Oleh: Mujtahid
BELAKANGAN ini, eksistensi pendidikan secara berlahan-lahan telah menunjukkan titik pencerahan. Meskipun kondisi bangsa belum mengalami peningkatan good goverment seperti sekarang ini tetapi pendidikan dapat berjalan sabagaimana mestinya. Anak-anak bangsa memiliki semangat untuk belajar mandiri dan diharapkan kelak nanti menjadi tokoh dan penerus pemimpin bangsa ini. Tidak hanya itu, tingkat kesadaran masyarakat mulai tergugah menyekolahkan anaknya demi masa depan mereka sendiri.
Wacana menarik yang sempat menjadi bahan perbincangan oleh pakar pendidikan adalah munculnya sekolah unggulan dan eksistensi pendidikan pesantren. Sebagaimana kita lihat bahwa di beberapa kota besar telah menjamur sekolah unggulan belakangan ini. Sementara sebagian di pedesaan masih kuatnya sistem pendidikan pesantren. Dua model pendidikan tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan yang melengkapi. Paling tidak, asumsi dasar penulis menganggap bahwa ada sebuah hubungan yang sinergis antara dua model pendidikan tersebut.
Potret Sekolah Unggulan
Sekolah unggulan yang lahir belakangan, tentu berdasar pada inovasi kekinian dan sengaja dipersiapkan terhadap kebutuhan modernitas yang berkembang sangat pesat. Sebagai salah sat alternatif pendidikan kontemporer, sekolah unggulan berusaha menampilkan visi orientasi pendidikannya pada dataran realitas. Berbagai kemungkinan masa depan yang bakal terjadi, pendidikan unggulan mencoba menawarkan “nilai jual”, daripada “jual nilai” yang kehilangan realitasnya. Sekolah unggulan tentu saja mengadopsi dari beberapa sistem pendidikan.
Sampai sekarang, sekolah unggulan masih tergolong langka dan tidak semua orang dapat ‘menyentuh’ model sekolah itu. Sekolah unggulan mencoba tampil beda dari yang lain. Sistem pendidikannya dikelola secara profesional dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadahi. Dari gedung sekolah sampai tempat pemondokan disediakan dengan sarana mewah. Alat-alat penunjang belajar tercukupi yang disediakan untuk anak didik. Bahkan lingkungannya pun memilih pada dataran yang benar-benar alami yang jauh dari polusi udara dan limbah kotoran.
Lain dari pendidikan pesantren, sekolah unggulan menekankan kedisiplinan belajar cukup tinggi. Karena itu, siswa yang tidak naik kelas atau nilainya rendah sudah barang tentu mendapat teguran (penyadaran). Model sekolah seperti ini memang ketat dan sangat formal yang tidak dimiliki pesantren atau sekolah lainya.
Model sekolah unggulan saat ini menjadi trend di tengah-tengah masyarakat. Menjamurnya model sekolah unggulan tidak lagi terdengar asing di telinga kita. Kebanyakan model sekolah tersebut terdapat kota-kota besar, seperti Jakarta, Bogor, tetapi sekarang sudah mulai merembet ke daerah-daerah tingkat II seperti yang ada di Jombang dan dibeberapa kota setingkat lainnya.
Seperti yang banyak dikemukakan oleh pakar pendidikan bahwa model sekolah unggulan merupakan terobosan baru untuk menjembatani antara dua sisi yakni kualitas ilmu-ilmu umum dan kualitas ilmu-ilmu agama. Di tengah era global yang sedang berjalan ini, dua nilai keilmuan tersebut harus dipadukan menjadi entitas yang utuh. Keilmuan umum (modern) tanpa dilandasi oleh nilai agama akan menyeret manusia kepada jurang kehancuran atau paling tidak bisa diklaim sebagai manusia sekuler. Sebaliknya nilai agama tanpa ditopang dengan nilai keilmuan umum akan tergilas oleh orang yang memiliki iptek yang canggih. Model semacam inilah yang seharusnya diterapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang ada.
Model Pesantren
Pesantren sebenarnya termasuk pendidikan yang paling berjasa dalam pengkaderan ulama (orang yang berilmu). Namun kemudian karena pesantren diidentikkan dengan pendidikan kaum kiayi maka prosentase penminatnya semakin berkurang. Meskipun demikian pesantren telah membawa dampak yang berarti bagi dinamika pendidikan. Pesantren sebagai pendidikan non formal tentu sistem dan model belajar mengajarnya pun masih banyak memakai cara-cara konvensional, kecuali pesantren yang sudah agak tergolong modern.
Model pendidikan pesantren lebih banyak memakai cara-cara kultural dari pada cara-cara struktural. Dari perjalanannya, pesantren sedikit demi sedikit telah mengalami perubahan pada sistem manejerialnya, kecuali pesantren yang tergolong salaf. Ciri khas dari model pendidikan pesantren salaf adalah peserta didik kurang diajak terlibat secara aktif, hanya mendengar dan menirukan dan biasanya hanya menumbuhkan budaya “patuh” daripada proses penyadaran atau menumbuh-kembangkan daya kreativitas anak didik tersebut. Sementara ciri yang menonjol lainnya adalah kadar lamanya waktu ‘nyantri’ (belajar) yang menjadi patokan kesuksesan.
Namun, pesantren bukan berarti tidak mempnyai arti dalam realitas kehidupan masyarakat, justru pesantren banyak memberi andil dalam putaran pendidikan yang tergolong paling awal. Sebelum pendidikan formal muncul, pesantren terlebih dahulu menjadi miniatur belajar. Jadi pesantren merupakan cikal bakal lahirnya lembaga pendidikan. Sehingga kehadiran pesantren tidak hanya sebagai mediator proses belajar mengajar tetapi juga sebagai benteng kekuatan yang patut diperhitungkan ketika ikut mempelopori kemerdekaan bangsa ini.
Sebagai lembaga pendidikan, model pesantren sebenarnya dapat diambil ‘semangat’nya yang kemudian diterapkan pada suatu lembaga umum lainnya. Semangat itu adalah terletak pada ketekunan dan keuletan. Sebab pendidikan umum lainnya hanya mampu mengasilkan lulusannya dengan reputasi ilmu-ilmu umum. Sementara ilmu agama sangat sulit didapat di sekolah umum secara memadahi. Pendidikan model pesantren boleh jadi sebagai penopang terhadap pendidikan umum yang kurang memiliki besic keagamaan itu.
Model Konvergensi
Agaknya, kita juga berpikir bahwa untuk memadukan antara model pesantren dan sekolah umum memang tidak mudah. Kendala utamanya adalah bukan terletak pada proses belajar mengajar di dalam kelas, tetapi terletak pada proses pembinaan secara intensif di luar kelas. Oleh karena itu, salah satu alternatif yang berusaha untuk memadukan dua model tersebut hanyalah model sekolah unggulan. Model pendidikan unggulan sudah menjadi kebutuhan paling urgent yang segera dapat menjawab dan memenuhi tantangan global itu.
Sekolah unggulan lahir sebagai salah satu tuntutan zaman dan upaya untuk mengurangi kesenjangan antara mutu pendidikan agama dan mutu pendidikan umum. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan unggulan merupakan salah satu pendidikan memiliki daya saing dengan mutu luar negeri. Manejerial sekolah unggulan tertata rapi yang tersedia segala macam kebutuhan pendidikan. Memang, pendidikan semacam inilah yang sebetulnya kita harapkan supaya produktifitas dan tersedianya sumber daya manusia (SDM) secara berlahan-lahan terwujud dengan baik.
Namun model sekolah unggulan juga tidak terlepas dari kekurangan dan kelebihan. Misanya, biaya kurang terjangkau oleh kelompok masyarakat kelas menengah kebawah. Selama ini, yang mampu untuk menyekolahkan pada sekolah unggulan tergolong anaknya para pejabat dan pengusaha yang berhasil. Sementara untuk orang-orang yang penghasilannya pas-pasan tentu juga berpikir kali lipat, karena masih banyak kebutuhan pokok yang juga membutuhkan biaya. Sehingga timbul sebuah kesan bahwa sekolah unggulan hanya milik orang kaya atau paling tidak dimonopoli oleh segelintir orang elit.***
*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang
Rabu, 07 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar