Sabtu, 27 Februari 2010

Perkembangan Pendidikan Islam dikesankan Lamban

Mujtahid*

Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam memang dinilai tidak sepesat kemajuan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Keterlambatan ini, antara lain disebabkan karena kurangnya apresiasi dan kajian penelitian yang memadahi dikalangan pemikir Islam. Kurangnya apresiasi dan penelitian bukanlah disebabkan terbatasnya bahan atau objek studi, melainkan disebabkan oleh adanya perhatian yang cenderung berlebihan terhadap kajian dan konsentrasi ilmu-ilmu keislaman lainnya, misalnya ilmu tafsir, ilmu kalam, fiqh, filsafat Islam, tasawuf, dan ilmu-ilmu Islam lainnya.
Sejarah membuktikan bahwa naluri pemikiran keislaman cenderung mengangkat seputar masalah yang mengundang kontroversi. Pasca kenabian umat Islam banyak disibukkan bagaimana melakukan ekspansi kedaerah-daerah sekitar, tapi tak banyak dari mereka yang memperhatikan bagaimana menumbuhkan proses pendidikan bagi komunitas Islam. Selain itu, sejak munculnya paham-paham teologi atau kalam, mazhab-mazhab fiqh, tarekat-terekat dalam tasawuf, hampir dapat dirasakan kelumpuhan yang luar biasa terhadap dinamika pendidikan Islam.
Padahal, sesungguhnya proses pendidikan Islam adalah kegiatan yang paling pertama di lakukan umat Islam. Sejak Nabi masih hidup sampai sesudah akhir hayatnya ia berpesan bahwa kegiatan pendidikan Islam harus tetap berjalan. Hanya saja, perhatian umat Islam lebih banyak terkuras untuk merespon tentang masalah-masalah yang bersifat aqidah, ubudiyah, fiqh dan sebagian juga ada memperbincangkan tarekat sufi. Hal ini jelas sekali ketika meletusnya skisme (perpecahan) dikalangan umat Islam, dinamika pemikiran bercondong ke arah yang bersifat reaktif.
Secara ilmiah, argumrntasi seperti ini bisa kita temukan alasannya yang kokoh bahwa betapa banyak hasil (karya) penelitian yang mengangkat tentang persoalan-persoalan “krusial” yang telah disebutkan di atas. Sementara objek kajian/penelitian pendidikan Islam masih dipandang sebelah mata. Artinya, respon dikalangan ilmuan Muslim menunjukkan sebuah ekspresi yang kurang menggemberikan. Dengan perhatian yang kurang tersebut, secara tidak langsung berpengaruh terhadap kelangsungan dan perkembangan dunia pendidikan Islam.

Upaya Mengatasi Kelambanan
Bertolak dari fenomena di atas, upaya untuk mengatasi kelambanan terhadap perkembangan pendidikan Islam adalah menanamkan semangat dan keberanian dalam melakukan kajian dan penelitian terhadap sistem pendidikan Islam baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat empirik. Hal ini penting, untuk mempercepat perkembangan sistem pendidikan Islam yang selama ini terabaikan. Selain itu, tuntutan dan perkembangan pendidikan Islam akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Kajian-kajian mengenai pendidikan Islam harus mengangkat isu-isu problematika mutakhir yang relevan dengan tuntutan zaman, serta tak kalan pentingnya harus berusaha menampilkan sebuah gagasan baru yang mampu mengubah persepsi yang negatif itu. Kajian dan penelitian dapat menyangkut seluruh bangunan pemikiran pendidikan.
Pengembangan sistem pendidikan juga harus bersikap inklusif, terbuka dan apresiatif terhadap berbagai macam pemikiran pendidikan. Hal ini penting supaya pendidikan Islam tidak terjebak pada ekstriminitas, atau suatu sikap yang cenderung ekslusif serta kurang ideal. Bila perlu, pengkajian terhadap sistem pendidikan Islam harus dikembangkan dengan pemikiran filosofis, dan menggunakan teori ilmu pendidikan, serta memiliki daya kontekstual. Artinya, pengkajian ini merupakan refleksi perenungan yang menelusuri relung-relung kekurangan yang terdapat pada sistem pendidikan Islam. Selanjutnya, sikap rekonstruksi harus menjadi kultur pemikiran yang berarti menuntuk keberanian mengubah pola-pola pemikiran lama (tradisionalis, konservatif, regresif dan sejenisnya) dengan pola-pola pemikiran baru (kontekstual, progresif, kreatif, modern dan sejenisnya) secara dinamis.
Selama ini, pola sistem pendidikan Islam biasanya lebih terjerumus pada kajian yang bersifat normatif-teologis an sich. Meski hal ini penting, tetapi tidak menuntut kemungkinan ada kajian lain yang jauh penting. Menurut penulis, di antara kajian sangat penting itu adalah suatu pendekatan multidisipliner yang masuk dalam kerangka pemikiran pendidikan, misalnya; pendekatan filosofis, psikologis, sosiologis, historis, kultural, ekonomi harus menjadi bidang garap yang perioritas. Sebab, fenomena yang terjadi dilapangan praksis, sudah tidak dirahasiakan lagi bahwa pendidikan Islam banyak dijauhi dari publik. Kemungkinan sebabnya adalah kurang adanya relevansi dengan pendekatan-pendekatan tersebut.
Karena itu, menurut penulis sebuah upaya yang sangat efektif untuk mengatasi keterlambanan itu adalah melakukan rekayasa melalui studi-studi penelitian, pengkajian terhadap sistem pendidikan Islam dengan menggunakan pendekatan multidispliner yang ditawarkan di atas. Pengkajian seperti ini, dapat dimulai dari sisi pola managerial, kurikulum, metodologis, sampai pada penciptaan sarana dan suasana kondusif bagi tumbuhnya proses sistem pendidikan Islam.
Menurut penulis, salah satu penggalian dan pengkajian dapat dilakukan melalui penelitian terhadap warisan khazanah pemikiran yang pernah dibangun sembelumnya, dengan catatan dikaji secara kontekstual dan uji falsifikasi. Serta tak kalah pentingnya, pengkajian tersebut harus diselaraskan dengan tuntutan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan perubahan-perubahan sosial yang ada.
Di samping solusi tersebut, perlu adanya pemberdayaan (empowerment) mencakup seluruh aspek yang ada dalam sistem pendidikan Islam. Pemberdayaan itu misalnya dari segi pola managerialnya, pola komunikatif antara atasan dan bawahan, penyaluran idealisme, aspirasi, kemampuan dedikasi, dan kreatifitas. Perberdayaan membutuhkan partisipasi aktif (involment) dari subjek yang ada dalam sistem pendidikan Islam.
*Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang

1 komentar:

  1. saya sepakat dengan pendapat bapak bahwa memang umat islam lebih terlambat di bidang pendidikan daripada bidang keagamaan lainnya, hal ini karena mereka lebih sibuk memikirkan teologi, tasawuf, fiqh dll.
    semoga dengan Ide seperti ini memang menyegarkan, sekaligus menggugah pada pengembang, praktisi pendidikan islam.

    BalasHapus