Mujtahid *
DALAM proses pendidikan salah satu unsur utama yang tidak dapat diabaikan adalah mewariskan sifat keteladanan. Pendidikan sebagai proses pembelajaran, tentu unsur keteladanan menjadi penting karena berkaitan dengan pembentukan sikap, perilaku serta perbuatan yang akan ditimbulkan oleh peserta didik. Unsur penting ini dalam wacana modernitas merupakan salah satu alternatif yang barangkali mampu menjawab dari sekian banyak persoalan yang dihadapi dunia pendidikan.
Problematika pendidikan yang selama ini belum terpecahkan adalah kurangnya tekanan pada pembentukan nilai, sikap dan perilaku keteladanan sebagai warisan yang harus miliki pendidik kepada peserta didik. Bertolak dari kenyataan ini penulis sangat tertarik untuk mengulas tentang visi keteladanan sebagai paradigma dalam pendidikan. Mengapa memakai unsur keteladanan sebagai alternatif? kita tahu bahwa proses pendidikan yang pertama kali diperoleh adalah sifat ketedanan. Kalau kita mempelajari proses hidup ini, maka keteladanan merupakan nilai yang berharga.
Dalam kaitannya dengan wacana modernitas, keberadaan pendidikan telah mengalami perubahan yang cukup drastis. Masalah yang dihadapi oleh lembaga pendidikan dari kari ke hari semakin rumit. Seperti yang sering terjadi diberbagai kota besar, tingkat tawuran siswa semakin meningkat, tindakan amoral lainnya juga bertambah. Hal ini merupakan salah satu dari sekian banyak indikator yang menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan tengah mengalami krisis moral. Pendidikan tidak hanya mementingkan satu aspek melainkan multiaspek. Aspek lain yang lebih positif yakni unsur keteladanan moral juga harus dimasukkan dalam proses pembelajaran di lembaga-lembaga sekolah.
Proses belajar mengajar di lembaga sekolah juga menuntut adanya pemeliharaan moral. Isu penting yang terkait dengan masalah kependidikan adalah perbincangan tentang peningkatan nilai moralitas peserta didik. Akhir-akhir ini penanaman moral dalam proses pendidikan merupakan sebuah tuntutan mutlak dilakukan. Penekanan moral banyak diberikan sebagai upaya untuk menjadikan cara hidup yang tepat dan merupakan bagian integral dari kebiasaan sehari-hari serta upaya memperbesar tanggung jawab sosial. Misalnya, dalam pendidikan mengajarkan secara rutin untuk melakukan ibadah agama, prilaku sosial, kesehatan pribadi dan berpakaian sopan, yang persis pernah diajarkan ibu kepada anaknya.
Siswa; Subyek Pendidikan
Dalam proses belajar mengajar, peserta didik seharusnya diletakkan sebagai subjek bukan sebagai objek semata-mata. Meskipun dalam batas-batas tertentu siswa bisa saja menjadi objek, namun dalam prakteknya peserta didik harus dibekali kemampuan untuk mengatur diri sendiri berdasarkan jadwal sehari-hari yang ketat, meliputi kebutuhan primer seperti; makan, mandi, pakaian. Spiritual seperti; shalat, baca kitab suci, puasa, dan Pendidikan seperti; belajar kelompok, menghadiri kelas, kursus. Di samping itu dalam proses pendidikan juga harus mengajarkan tentang keterlibatan siswa dalam berbagai aspek kehidupan; tidak hanya ibadah kepada Tuhan, tetapi juga perbuatan, pikiran, niat individu, berhubungan dengan orang lain.
Upaya untuk mengarahkan, mendidik dan memelihara potensinyanya, maka yang perlu dikedepankan adalah mewariskan budaya kerja. Praktek-praktek lapangan menjadi penting karena dapat melatih mereka supaya dapat berperilaku dewasa dan mandiri. Aktivitas demikian ini, akan menimbulkan bisa sebuah kepekaan pada diri mereka terhadap fenomena agama, moral, sosial, budaya dan fenomena lainnya.
Semua kandungan pendidikan diyakini akan menguntungkan peserta didik melalui upaya-upaya pembinaan mental yang dilakukan secara rutin. Proses belajar mengajar setidaknya harus menekankan disiplin moral yang dianggap secara khusus sangat diperlukan sebagai bekal siswa. Apalagi siswa yang menginjak masa-masa pubertas, mereka diyakini rentan dari segala mental dan emosional. Tatanan sosial perkotaan (metropolis) lebih dominan untuk menimbulkan prilaku siswa yang mengarah pada tindakan amoral dan destruktif.
Visi Keteladanan
Unsur dari visi keteladanan dalam pendidikan juga menghargai pentingnya keteladanan atau ketekunan. Peserta didik seharusnya mendapatkan sebuah perhatian yang sesuai bagi kebutuhan mereka. Dalam proses pendidikan tersebut hendaknya diajarkan apa yang dipandang perlu untuk mereka ketahui dan pelajari. Artinya peserta didik tidak dibiarkan begitu saja selepas dari tanggung jawab sekolah.
Di samping itu, idealnya pendidikan berharap dapat mengatur dan mengkontrol prilaku dan aktivitasnya mereka. Sebuah sistem yang baik apabila proses pembelajaran tidak terlalu membebani dan membuat putus asa pada peserta didik. Sikap tekun harus selalu ditekankan dalam menelusuri dan mengapai kesuksesan demi masa depan mereka sendiri.
Pendidikan visi keteladanan diharapkan mampu mengurangi segala persoalan kependidikan sekarang ini, dan sekaligus sebagai alternatif untuk memasuki gagasan kemajuan dan tantangan modernitas. Visi keteladanan dalam proses belajar mengajar diharapkan mampu menjembatani pendidikan yang amat “terbuka” itu. Unsur-unsur keteladanan, ketekunan dan kedisiplinan dalam pendidikan selama ini cenderung sering terabaikan.
Alternatif yang dikemukakan dalam tulisan ini sebenarnya mengingatkan kepada kita sebagai pelaku, bahwa peran sentral pendidikan adalah mendidik peserta didik supaya bersikap tekun, teladan dan membentuk sikap yang optimis. Pendidikan harus melahirkan sikap optimis bagi mereka supaya jiwa dan mentalnya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Sementara itu, pendidikan juga mengajarkan bahwa tugas mereka bukan hanya terpaku di dalam sekolah atau terbatas pada lembaga formal saja, melainkan masih banyak tugas-tugas lain yang dikerjakan diluar kelas.
Kiat dari visi keteladanan ini adalah hendak membangun melalui pendidikan sebuah semangat bermoral dan semangat tinggi dalam menjalani tugas-tugas belajar. Karena pendidikan adalah tempat bertemunya antara pendidik dan anak didik, maka upaya melatih peserta didik dapat hidup lurus sesuai dengan perkembangan zaman. Tidak mudah tergoyahkan oleh pengaruh dari luar yang cenderung menjerumuskan peserta didik pada kehancuran.
Upaya demikian ini merupakan salah satu metode yang barangkali dapat membantu dalam menangani persoalan yang dihadapi pendidikan. Namun semua itu tidak terlepas dari penanganan secara serius oleh para pengelola dan pembina pendidikan. Karena itu, kita bisa berharap pada sistem pendidikan supaya memperhatikan perkembangan pseserta didik.
Uraian di atas merupakan kerangka yang barangkali bisa memberikan rangsangan kepada peserta didik supaya bertindak dan berprilaku sesuai dengan harapan dan cita-cita pendidikan. Tentunya upaya demikian ini sangat melibatkan tenaga pendidik dalam memberikan bimbingan dan arahan yang membangun dan menggugah kesadaran yang konstruktif. Kesadaran anak didik bukan semata-mata karena tertekan atau terpaksa melainkan kesadaran yang betul-betul dari dalam diri mereka masing-masing.
*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang
Minggu, 21 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar