Mujtahid*
DALAM periodesasi sejarah, perkembangan pendidikan Islam pernah mengalami pasang surut. Maju mundurnya pendidikan Islam lebih dipengaruhi oleh dinamika sosio-kultural masyarakat dan kehidupan intelektual. Dalam sejarah pendidikan Islam, terdapat lima periodesasi perkembangan yaitu, masa Perenial-Esensialis Salafi, Perenial-Esensialis Mazhabi, Modernis, Perenial-Esensalis-Falsifikatif, dan Rekonstruksi sosial.
Pertama, masa Perenial-Esensialis Salafi adalah periode perkembangan pendidikan Islam yang bersumber pada al-Qur`an dan al-Sunnah secara tekstual, cenderung bersifat regresif (kebelakang), konservatif (melestarikan nilai-nilai era salafi) dan wawasan pendidikan Islam berorientasi pada masa silam (era salaf). Pandangan dari masa ini bahwa tujuan pendidikan adalah melestarikan dan mempertahankan nilai dan budaya masyarakat salaf, karena ia pandang sebagai masyarakat ideal.
Ciri-ciri pemikiran pada periode ini adalah menjawab persoalan pendidikan Islam dalam konteks salafi, memahami ayat-ayat (nash) dengan kembali ke salaf secara tekstual, dan pemahaman ayat dengan ayat, ayat dengan hadits dan kurang adanya perkembangan dan elaborasi.
Kedua, masa Perenial-Esensialis Mazhabi adalah periode perkembangan pendidikan Islam yang bersumber pada al-Qur`an dan al-Sunnah, cenderung bersifat regresif (pasca salaf/klasik), konservatif (mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai dan pemikiran para pendahulunya secara turun-temurun) dan mengikuti aliran, mengikuti pemahaman dan pemikiran terdahulu yang dianggap mapan, wawasan pendidikan Islam yang tradisional dan berorientasi pada masa silam. Pandangan dari periode ini bahwa tujuan pendidikan adalah melestarikan dan mempertahankan nilai dan budaya serta tradisi dari satu generasi ke generasi berikutnya, pengembangan potensi dan interaksinya dengan nilai budaya masyarakat terdahulu.
Ciri-ciri pemikiran dari periode ini adalah menekankan pada pemberian syarh dan hasyiyah terhadap pemikiran pendahulunya, dan kurang ada keberanian mengkritisi atau mengubah substansi materi pemikiran para pendahulunya. Keberanian hanya sebatas memberikan catatan-catatan yang dianggap perlu, selebihnya mengikuti apa yang terbangun sebelumnya.
Ketiga, masa Modernis adalah periode perkembangan pendidikan Islam yang bersumber pada al-Qur`an dan al-Sunnah, bebas modifikatif tapi terikat oleh nilai-nilai kebenaran universal (Allah), cenderung bersifat progresif dan dinamis dalam menghadapi dan merespon tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan lingkungannya), wawasan pendidikan Islam berorientasi pada isu-isu kontemporer. Pandangan dari periode ini bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan potensi individu secara optimal, interaksi potensi dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungannya, rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus agar dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu menyesuaikan kembali dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungannya.
Ciri-ciri pemikiran masa ini adalah tidak berkepentingan untuk mempertahankan dan melestarikan pemikiran dan sistem pendidikan para pendahulunya, lapang dada dalam menerima pemikiran pendidikan dari mana pun dan siapa pun untuk memajukan pendidikan Islam, selalu menyesuaikan dan melakukan penyesuaian kembali pendidikan Islam dengan tuntutan perubahan sosial dan perkembangan iptek.
Keempat, masa Perenial-Esensialis Kontekstual-Falsifikatif adalah periode perkembangan pendidikan Islam yang bersumber pada al-Qur`an dan al-Sunnah, cenderung bersifat regresif dan konservatif dengan melakukan kontekstualisasi dan uji falsifikasi, wawasan kependidikan Islam lebih concern terhadap kesinambungan pemikiran pendidikan Islam dalam merespon tuntutan perkembangan iptek dan perubahan sosial. Pandangan dari periode ini bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan potensi peserta didik, interaksi potensi dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungannya, melestarikan nilai-nilai ilahiyah dan insaniyah sekaligus menumbuhkannya dalam konteks perkembangan iptek dan perubahan sosial yang ada.
Ciri-ciri pemikiran periode ini adalah menghargai pemikiran pendidikan Islam yang berkembang pada era salaf, klasik serta pertengahan dalam konteks ruang dan waktu zamannya untuk difalsifikasi, rekonstruksi pemikiran pendidikan Islam terdahulu yang dianggap kurang relevan dengan tutuntan dan kebutuhan era kontemporer.
Kelima, masa Rekonstruksi Sosial adalah periode perkembangan pendidikan Islam yang bersumber pada al-Qur`an dan al-Sunnah, cenderung bersifat progresif dan dinamis, rekonstruksi sosial berkelanjutan yang dibangun dari bottom up, grass root dan pluralisme, wawasan kependidikan Islam yang proaktif dan antisipasif dalam menghadapi akselerasi perkembangan iptek, tuntutan perubahan yang tak terduga dan eksponensial, atau berorientasi ke masa depan. Pandangan periode ini bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menumbuhkan kreativitas peserta didik secara berkelanjutan, memperkaya khazanah budaya manusia, memperkaya isi nilai-nilai insani dan ilahi, menyiapkan tenaga kerja produktif serta mengantisipasi masa depan atau memberi corak struktur kerja masa depan.
Ciri-ciri pemikiran masa ini adalah tidak menampilkan konstruk tertentu yang closed-ended, tapi konstruk yang terus-menerus dikembangkan bolak-balik antara konsep empirik dan konsep teori, rekonstruksi sosial dikembangkan post-paradigmatik atau paradigmanya terus dikembangkan, komitmen terhadap pengembangan kreativitas yang berkelanjutan dan dalam menghadapi keragaman budaya, moral hidup ditampilkan dalam a fair justice dan mampu membuat overlapping concencus tata nilai.
*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang
Rabu, 10 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
DARIMANA MAS RUJUK PRIODISASI ITU MAS. KALAU BISA DIBUAT FOOT NOTE MAS YA AGAR BISA DIKUTIP ORANG LAIN. MATUR SUUN
BalasHapus