Mujtahid*
KRISIS ekonomi (krismon) 1997 yang mendera bangsa Indonesia, selain menimbulkan kesulitan bagi kebanyakan orang, juga menimbulkan peluang berupa tumbuhnya segmen baru bagi pemasar yang mampu mencermatinya. Krisis melahirkan perubahan pola konsumsi, gaya hidup, penghasilan, dan tingkat kesejahteraan yang makin menurun. Perubahan pasar dan konsumen inilah yang disiasati oleh pemasar yang cerdik dengan melihat aspek psikografis masyarakat Indonesia.
Akibat perubahan pola komunikasi pemasaran di atas, maka diperlukan strategi yang sesuai dengan gaya dan pola psikografis masyarakat. Kalau dicermati secara mendalam. paling tidak ada lima perubahan penting yang membuat komunikasi pemasaran seakan-akan “jungkir balik” dari segi konsep, gaya komunikasi, bentuk interaksi, pendekatan dan isi pesan, yaitu pergesaran dari selling telling, gaya iklan yang semula menolong menjadi komunikasi dialogis dan interaktif, pergeseran interaksi dari konsumen pasif ke konsumen aktif terlibat dan hubungan yang lebih intim, pendekatan pemasaran massal berubah menjadi pemasaran individual, dan isi pesan berubah dari pesan tunggal ke pesan seragam (customize message)
Hifni Alifahmi, dalam buku “Sinergi Komunikasi Pemasaran” (2005) menjelaskan bahwa strategi dan teknik komunikasi pemasaran yang bisa dipilih untuk mendatangkan hasil tak terbatas dengan biaya terbatas, yaitu pertama, memilih senjata komunikasi pemasaran. Ragam “senjata” komunikasi pemasaran yang bisa digunakan demikian bervariasi, namun dapat dimulai dari identitas, citra, dan reputasi yang kokoh dan selain itu juga bisa dipilih iklan, promosi penjualan, humas pemasaran, pemasaran langsung, hingga pemasaran getok-tular. Pemilihan teknik komunikasi pemasaran, ibarat memilih jenis senjata yang tepat untuk membidik sasaran, dan untuk memilih teknik yang efektif, maka perlu merujuk pada sasaran yang ditetapkan. Setiap teknik atau jenis senjata komunikasi pemasaran tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait antara satu dengan yang lain.
Kedua, mencermati iklan korporat. Sering iklan dikeluarkan oleh perusahaan untuk menanamkan suatu ide atau kesan tertentu, sehingga iklan seperti itu disebut iklan korporat. Ketiga, keluwesan iklan multiguna. Iklan multiguna dirancang bukan hanya untuk mencapai suatu tujuan, melainkan banyak tujuan atau sasaran sekaligus. Misalnya memperkenalkan produk, menginformasikan tawaran, potongan harga, mempengaruhi perilaku pembelian, membangun citra, dan masih banyak lagi.
Keempat, iklan peduli ala Indonesia. Selama krismon, iklan berisi pesan moral semacam ini memang makin ramai, seakan berlomba menghiasi halaman media cetak, serta gencar ditayangkan televisi dan bahkan tak ketinggalan terdengar di radio. Ada kecenderungan menarik jika kita mengamatisituasi krisis yang berlarut-larut dikaitkan dengan periklannan. Nada iklan semakin manusiawi dan menyentuh hati nurani.
Kelima, menggencarkan promosi silang. Ada tiga langkah yang perlu dicermati agar promosi silang efektif. Pertama, perhatikan karakteristik produk dan keterkaitannya dengan produk lain, dan akan mudah dilakukan bila masing-masing produk saling melengkapi, misalnya: komputer dengan disket. Kedua, amati profil konsumen, kebiasaan membeli dan memakai produk, serta gaya hidup mereka terkait dengan produk. Ketiga, seleksi mitra promosi silang, dengan memahami karakteristik produk dan profil konsumen maka kita lebih mudah untuk menemukan mitra promosi silang yang tepat.
Keenam, menggelar promosi simpatik. Apabila sebuah perusahaan pernah berpromosi dengan sikap peduli yang mengundang simpati, setidaknya citra nya di masyarakat menjadi lebih baik. Cercaan yang biasanya muncul bisa di redam.
Ketujuh, menggaet pemburu diskon. Dengan diskon yang etis, para pemasar tidak hanya bisa menggaet para pemburu diskon, tetapi sekaligus mampu menjaga citra positif untuk jangka panjang.
Kedelapan, sukses pemasaran dengan sentuhan PR (public relation). Ada empat kriteria agar suatu program disebut MPR (marketing public relation), yaitu memiliki nilai berita tinggi sehingga muncul lewat publikasi media cetak, elektronik, atau interaktif; mengundang rasa simpati publij sehingga banyak khalayak berdecak kagum aatu mendukung; melibatkan khalayak massal yang terkait dengan program kehumasan untuk pemasaran suatu produk atau jasa; dan menjadi sarana penyampaian pesan kehumasan dan kampanye pemasaarn.
Kesemblian, terobosan humas pemasaran menembus krisis. Terobosan baru dalam bidang pemasaran secara konseptual disebut humas pemasaran atau Marketing Public Relation (MPR). Ada beragam wujud program MPR di Indonesia khususnya di masa krisis, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, antara lain: Iklan bernilai berita atau iklan peduli, Promosi Simpatik, kehumasan untuk pemulihan citra, dan Pemasaran dengan sikap peduli.
Kesepuluh, publitising: Iklan dengan nilai berita. Publitising berasal dari kata publicity (publisitas) dan advertising (iklan). Jadi Publisiting merupakan gabungan antara dimensi periklanan dengan jurnalistik. Kesebelas, sensasi keterpaduan AFI dan Indonesian Idol. Program AFI dan Indonesian Idol menjadi ajang promosi yang menjadi tambahan pemirsa dan pengiklan, juga menjadi sarana Public Relation(PR) yang simpatik dan edukatif.
Keduabelas, keampuhan pemasaran Getok-Tular. Ada satu prinsip penting yang perlu diterapkan dalam pemasaran getok-tular, yaitu berusahalah melampaui harapan konsumen, jangan hanya sebatas membuat mereka puas.
Dari beberapa tawaran tersebut di atas, maka selusin strategi yang bisa diciptakan yaitu sinergii pesan tematik, egmentasi media, gaya komunikasi dialogis, kombinasi reputasi korporat dan citra produk, iklan multiguna, promosi penjualan simpatik, pemasaran berbasis data, humas pemasaran, pemasaran getok-tular, promosi di titik penjualan, ajang khusus pemasaran, dan komunikasi akrab pelanggan.
*) Mujtahid, HUMAS UIN MALIKI MALANG
Jumat, 30 Juli 2010
Kamis, 29 Juli 2010
Cara Mempromosikan Usaha Yang Sukses
Mujtahid*
DALAM dunia kerja, pemasaran dan komunikasi merupakan dua bidang yang sering beriringan dan terkadang sulit dibedakan dalam segi keilmuan maupun penerapannya. Komunikasi pemasaran yang berkembang pesat selama satu dasawarsa terakhir ini memancarkan kecerahan bagi para pelaku komunikasi dan pemasaran dunia bisnis, organisasi nirlaba maupun dikalangan akademisi. Hal ini tercermin dalam pembaharuan konsep dan penerapannya, serta luasnya profesi di bidang ini.
Ada tiga sisi menarik dari perkembangan terbaru komunikasi pemasaran, pertama, strategi yang ditawarkan begitu segar, menyodorkan terobosan baru yang mengombinasikan iklan, promosi, kehumasan sebagai alternatif ketimbang paradigma lama yang lebih mengedepankan iklan dan promosi sebagai bintang. Kedua, pendekatannya bersifat holistik (menyeluruh). Tidak melihat persoalan secara terpisah-pisah, tetapi merangkai pihak terkait (stakeholders) baik di internal organisasi maupun semua pihak luar yang berkepentingan. Ketiga, keluwesan dalam memadukan berbagai disiplin ilmu dan jenjang personil yang menjalankan fungsi yang berbeda-beda untuk menghasilkan sinergi.
Pelopor komunikasi pemasaran, Don E. Schultz, mengatakan model perencanaan komunikasi pemasaran terpadu melalui tujuh tahap rencana komunikasi pemasaran, yaitu klasifikasi dan segmentasi pelanggan dari bank data, menemukan titik kontak konsumen, menetapkan sasaran dan strategi komunikasi, menemukan dan memetakan jejaring merek, menemukan sasaran pemasaran, meramu berbagai teknik komunikasi pemasaran yang paling sesuai, dan memilih taktik komunikasi pemasaran.
Dengan ketujuh perencanaan komunikasi tersebut dimaksudkan sebagai sebuah keutuhan terpadu (integrasi) dalam pemasaran. Pemasaran terpadu (integrated marketing) merupakan proses antar fungsi dalam mengelola hubungan merek (brand relationships) yang menguntungkan dengan mengarahkan integrasi antara sumber daya manusia dan pengalaman perusahaan untuk memelihara konsistensi strategis dalam komunikasi merek, disertai dialog yang memberikan manfaat timbal balik dengan pelanggan dan semua pihak terkait, serta memasarkan misi korporat yang memperkuat kepercayaan terhadap merek. Namun konsep asli pemasaran sebenarnya adalah integrasi.
Semua upaya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan selera pelanggan. Dalam pemasaran terpadu, kita harus kembali pada akar pemasaran, hanya saja situasi lingkungan yang dihadapi telah berubah sedemikian rumit, dengan kata lain pemasaran terpadu tidak lain adalah mengelola kerumitan (complexity). Maka untuk menghadapi kerumitan lingkungan tersebut perusahaan perlu memadukan enam bidang, yaitu: 1). Keahlian dan keterampilan karyawan di berbagai lapisan atau bagian dari generalis hingga spesialis, 2). Pelanggan dan semua pihak terkait (stakeholders) didekati dengan pesan komunikasi yang seragam, 3). Tiap interaksi, transaksi, dan perilaku pelanggan dihimpun dalam bank data yang bisa dipakai semua karyawanguna meningkatkan pelayanan pelanggan dan nilai merek, 4). Menjaga konsistensi positioning merek yang memperkuat identitas dan reputasi perusahaan, 5). Memiliki satu ide dasar kreatif (big kreatif idea) yang dijabarkan dalam semua pesan komunikasi pemasaran, 6). Menjabarkan misi korporat dalam pemasaran.
Pemasaran terpadu menawarkan banyak manfaat seperti menciptakan keunggulan kompetitif pada produk agar tidak menjadi komoditas, menguatkan loyalitas merek, mengurangi pemberitaan negatifdi media massa, menghubungkan khalayak diseluruh dunia melalui saluran komunikasi dan bank data on-line, memperkecil penolakan konsumen atas pesan komersial; mengangkat merek lokal menjadi merek global, memperkuat kepercayaan publik terhadap perusahaan. Dalam suasana persaingan yang semakin sengit, banyak pemasar memilih untuk saling bersanding ketimbang harus bertanding atau bersaing. Alasannya sederhana, mengapa harus terus bersiteru kalau bisa bekerja sama dan mengapa harus menyingkirkan pesaing kalau bisa berjalan beriringan? Dan juga ada pameo, “if you can’t beat them, join them!” Jika anda tidak mampu memukul mereka, bergabung sajalah!
Cara seperti itu, mencerminkan paradigma baru pemasaran dalam melihat pesaing sebagai kawan, bukan lawan yang harus dihabisi, melainkan dibiarkan hidup agar mendorong persaingan yang sehat. Pada era 1990-an muncul konsep kemitraan strategis (strategic partnerships) dan pemasaran persahabatan (relationship marketing) yang diperkenalkan oleh Regis Mc Kenna atau kemitraan pemasaran (marketing partnering) yang meliputi kemitraan promosi, dan yang lebih canggih lagi berupa kemitraan bank data yang diungkapkan Stan Rapp & Tom Collins.
Secara garis besar kemitraan dapat dibagi menjadi dua, yaitu aspek strategis yang menyeluruh (yang berupa kemitraan atau aliansi strategis), serta aspek operasional atau fungsional yang parsial, seperti kemitraan teknologi, produksi, logistik, operasi, dan pemasaran. Dari beragam kemitraan fungsional, kemitraan pemasaran cukup menarik perhatian karena dampaknya terasa hingga konsumen dan masyarakat, dan lebih jelasnya ada enam pola kemitraan pemasaran, yaitu: kemitraan iklan (cooperative ad), kemitraan promosi (promotion Partnering), kemitraan bank data (database Partnering), kemitraan jaringan distribusi (network partnering), kemitraan pelanggan (customer Partnering), kemitraan merek (co-branding).
Pemasaran citra (image marketing) bukan sekedar tampil manis dalam iklan atau menyatakan diri sebagai terbesar atau terbaik. Lebih dari itu, pemasaran citra mengupayakan agar nama dan reputasi (perusahaan atau produk) serta persepsi publik makin positif, sehingga memperluas pengenalan perusahaan atau produk yang ujung-ujungnya mendongkrak perolehan pangsa pasar. Citra mencerminkan apa yang dipikirkan, emosi dan persepsi individu. Dan untuk bisa memasarkan citra, maka terlebih dulu memiliki citra yang ingin dimunculkan, lalu mengidentifikasi pasar sasaran yang dituju, merumuskan positioning yang tepat untuk mencerminkan citra itu, serta merancang pesan dan media kampanye.
Agar kampanye pemasaran efektif, ada sepuluh langkah yang harus ditempuh, yaitu menemukan alasan konsumen membeli, membandingkan realitas produk versus persepsi konsumen, mengenali situasi persaingan, mengetahui manfaat utama produk bagi konsumen dibanding pesaing, merancang program komunikasi pemasaran, menciptakan kepribadian merek, menetapkan sasaran dan tindakan komunikasi, menciptakan efek perseptual, menemukan titik kontak konsumen, merencanakan riset untuk masa yang akan datang.
Salah satu kesuksesan program komunikasi pemasaran modern yaitu ditandai dengan adanya sinergi atau integrasi antara iklan, public relations, dan promosi yang memberi kesan unik, kreatif, menggemparkan atau membuat heboh kepada pelanggan (customer).
*) Mujtahid, Humas UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
DALAM dunia kerja, pemasaran dan komunikasi merupakan dua bidang yang sering beriringan dan terkadang sulit dibedakan dalam segi keilmuan maupun penerapannya. Komunikasi pemasaran yang berkembang pesat selama satu dasawarsa terakhir ini memancarkan kecerahan bagi para pelaku komunikasi dan pemasaran dunia bisnis, organisasi nirlaba maupun dikalangan akademisi. Hal ini tercermin dalam pembaharuan konsep dan penerapannya, serta luasnya profesi di bidang ini.
Ada tiga sisi menarik dari perkembangan terbaru komunikasi pemasaran, pertama, strategi yang ditawarkan begitu segar, menyodorkan terobosan baru yang mengombinasikan iklan, promosi, kehumasan sebagai alternatif ketimbang paradigma lama yang lebih mengedepankan iklan dan promosi sebagai bintang. Kedua, pendekatannya bersifat holistik (menyeluruh). Tidak melihat persoalan secara terpisah-pisah, tetapi merangkai pihak terkait (stakeholders) baik di internal organisasi maupun semua pihak luar yang berkepentingan. Ketiga, keluwesan dalam memadukan berbagai disiplin ilmu dan jenjang personil yang menjalankan fungsi yang berbeda-beda untuk menghasilkan sinergi.
Pelopor komunikasi pemasaran, Don E. Schultz, mengatakan model perencanaan komunikasi pemasaran terpadu melalui tujuh tahap rencana komunikasi pemasaran, yaitu klasifikasi dan segmentasi pelanggan dari bank data, menemukan titik kontak konsumen, menetapkan sasaran dan strategi komunikasi, menemukan dan memetakan jejaring merek, menemukan sasaran pemasaran, meramu berbagai teknik komunikasi pemasaran yang paling sesuai, dan memilih taktik komunikasi pemasaran.
Dengan ketujuh perencanaan komunikasi tersebut dimaksudkan sebagai sebuah keutuhan terpadu (integrasi) dalam pemasaran. Pemasaran terpadu (integrated marketing) merupakan proses antar fungsi dalam mengelola hubungan merek (brand relationships) yang menguntungkan dengan mengarahkan integrasi antara sumber daya manusia dan pengalaman perusahaan untuk memelihara konsistensi strategis dalam komunikasi merek, disertai dialog yang memberikan manfaat timbal balik dengan pelanggan dan semua pihak terkait, serta memasarkan misi korporat yang memperkuat kepercayaan terhadap merek. Namun konsep asli pemasaran sebenarnya adalah integrasi.
Semua upaya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan selera pelanggan. Dalam pemasaran terpadu, kita harus kembali pada akar pemasaran, hanya saja situasi lingkungan yang dihadapi telah berubah sedemikian rumit, dengan kata lain pemasaran terpadu tidak lain adalah mengelola kerumitan (complexity). Maka untuk menghadapi kerumitan lingkungan tersebut perusahaan perlu memadukan enam bidang, yaitu: 1). Keahlian dan keterampilan karyawan di berbagai lapisan atau bagian dari generalis hingga spesialis, 2). Pelanggan dan semua pihak terkait (stakeholders) didekati dengan pesan komunikasi yang seragam, 3). Tiap interaksi, transaksi, dan perilaku pelanggan dihimpun dalam bank data yang bisa dipakai semua karyawanguna meningkatkan pelayanan pelanggan dan nilai merek, 4). Menjaga konsistensi positioning merek yang memperkuat identitas dan reputasi perusahaan, 5). Memiliki satu ide dasar kreatif (big kreatif idea) yang dijabarkan dalam semua pesan komunikasi pemasaran, 6). Menjabarkan misi korporat dalam pemasaran.
Pemasaran terpadu menawarkan banyak manfaat seperti menciptakan keunggulan kompetitif pada produk agar tidak menjadi komoditas, menguatkan loyalitas merek, mengurangi pemberitaan negatifdi media massa, menghubungkan khalayak diseluruh dunia melalui saluran komunikasi dan bank data on-line, memperkecil penolakan konsumen atas pesan komersial; mengangkat merek lokal menjadi merek global, memperkuat kepercayaan publik terhadap perusahaan. Dalam suasana persaingan yang semakin sengit, banyak pemasar memilih untuk saling bersanding ketimbang harus bertanding atau bersaing. Alasannya sederhana, mengapa harus terus bersiteru kalau bisa bekerja sama dan mengapa harus menyingkirkan pesaing kalau bisa berjalan beriringan? Dan juga ada pameo, “if you can’t beat them, join them!” Jika anda tidak mampu memukul mereka, bergabung sajalah!
Cara seperti itu, mencerminkan paradigma baru pemasaran dalam melihat pesaing sebagai kawan, bukan lawan yang harus dihabisi, melainkan dibiarkan hidup agar mendorong persaingan yang sehat. Pada era 1990-an muncul konsep kemitraan strategis (strategic partnerships) dan pemasaran persahabatan (relationship marketing) yang diperkenalkan oleh Regis Mc Kenna atau kemitraan pemasaran (marketing partnering) yang meliputi kemitraan promosi, dan yang lebih canggih lagi berupa kemitraan bank data yang diungkapkan Stan Rapp & Tom Collins.
Secara garis besar kemitraan dapat dibagi menjadi dua, yaitu aspek strategis yang menyeluruh (yang berupa kemitraan atau aliansi strategis), serta aspek operasional atau fungsional yang parsial, seperti kemitraan teknologi, produksi, logistik, operasi, dan pemasaran. Dari beragam kemitraan fungsional, kemitraan pemasaran cukup menarik perhatian karena dampaknya terasa hingga konsumen dan masyarakat, dan lebih jelasnya ada enam pola kemitraan pemasaran, yaitu: kemitraan iklan (cooperative ad), kemitraan promosi (promotion Partnering), kemitraan bank data (database Partnering), kemitraan jaringan distribusi (network partnering), kemitraan pelanggan (customer Partnering), kemitraan merek (co-branding).
Pemasaran citra (image marketing) bukan sekedar tampil manis dalam iklan atau menyatakan diri sebagai terbesar atau terbaik. Lebih dari itu, pemasaran citra mengupayakan agar nama dan reputasi (perusahaan atau produk) serta persepsi publik makin positif, sehingga memperluas pengenalan perusahaan atau produk yang ujung-ujungnya mendongkrak perolehan pangsa pasar. Citra mencerminkan apa yang dipikirkan, emosi dan persepsi individu. Dan untuk bisa memasarkan citra, maka terlebih dulu memiliki citra yang ingin dimunculkan, lalu mengidentifikasi pasar sasaran yang dituju, merumuskan positioning yang tepat untuk mencerminkan citra itu, serta merancang pesan dan media kampanye.
Agar kampanye pemasaran efektif, ada sepuluh langkah yang harus ditempuh, yaitu menemukan alasan konsumen membeli, membandingkan realitas produk versus persepsi konsumen, mengenali situasi persaingan, mengetahui manfaat utama produk bagi konsumen dibanding pesaing, merancang program komunikasi pemasaran, menciptakan kepribadian merek, menetapkan sasaran dan tindakan komunikasi, menciptakan efek perseptual, menemukan titik kontak konsumen, merencanakan riset untuk masa yang akan datang.
Salah satu kesuksesan program komunikasi pemasaran modern yaitu ditandai dengan adanya sinergi atau integrasi antara iklan, public relations, dan promosi yang memberi kesan unik, kreatif, menggemparkan atau membuat heboh kepada pelanggan (customer).
*) Mujtahid, Humas UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Rabu, 21 Juli 2010
Reimprovisasi Tujuan Pendidikan
Mujtahid*
PENDIDIKAN adalah kekuatan masa depan (future power). Tanpa pendidikan, dunia akan mengalami dekadensi ilmu pengetahuan dan akan menjadikan peradaban manusia suram. Pendidikan dipandang sebagai alat perubahan yang sangat ampuh untuk menyesuaikan cara berpikir dalam menghadapi tantangan dunia yang makin kompleks, cepat berubah, serta sulit diramalkan.
Edgar Morin (2006) melakukan beberapa kritik terhadap kontens (isi) pendidikan selama ini. Pendidikan kurang menyentuh hal-hal atau problem-problem mendasar yang itu sangat penting untuk dielaborasi kembali melalui kegiatan pendidikan. Untuk mengatasi problem tersebut, direktur Emeritus ini menghadirkan sebuah konsep yang beliau sebut dengan sebutan “Tujuh Pelajaran Komplek”, sebagai sebuah alat untuk mencermati ulang konsep dan praktik pendidikan selama ini.
Secara ideal, tujuan pendidikan (education goal) dimaksudkan sebagai penerusan atau alih pengetahuan (knowledge) dari generasi tua ke genarasi muda, ketrampilan (skill) dan sikap atau prilaku (attitude). Sasaran inilah sebagai sebuah tugas suci pendidikan untuk membangun generasi masa depan yang handal dan cemerlang. Selain ketiga hal itu, ada hal lain sangat penting yaitu nilai-nilai karakter, sikap, dan jiwa kreatif yang dapt tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan lingkungan.
Namun pada kenyataannya, pendidikan justru gagal menangkap realitas tersebut secara holistik dan integralistik. Selama ini, pendidikan baru mampu menghasilkan sosok manusia super dalam pengetahuannya, tapi gagal dalam membentuk watak dan karakter sifat dasar kemanusiannya itu. Padahal, manusia adalah makhluk yang unik, kompleks potensi fisik dan psikisnya yang itu merupakan anugerah yang harus digali dan ditumbuh-kembangkan secara maksimal.
Selain itu, pendidikan seharusnya memperlihatkan bahwa dalam derajat tertentu, belajar rentan akan kekeliruan dan ilusi. Teori informasi menunjukkan bahwa resiko kekeliruan akibat gangguan mesti ada dalam seluruh penyaluran informasi, serta semua penyampaian pesan-pesan komunikasi.
Itulah sebabnya, pendidikan masa depan dihadapkan pada masalah universal, bahwa proses belajar kita masih terkotak-kotak, sekelumit dan terpisah-pisah. Pola pembelajaran demikian ini tentu tidak memadai untuk menangkap realitas dan permasalahan yang makin global, trans-nasional, multi-dimensional, transversal, serta polidisiplin.
Menghadapi tuntutan yang sangat kompleks tersebut, pendidikan masa depan harus menjadi pendidikan utuh (universal), yang mengajarkan tentang kondisi manusiawi serta melakukan upaya untuk menyatukan kembali pengetahuan yang berserakan mulai dari ilmu alam, ilmu sosial, ilmu humaniora, dan mengintegrasikan ke dalam ilmu pengetahuan ilmiah, filsafat, sejarah, sastra, agama dan lain sebagainya.
Pendidikan harus menunjukkan dan menggambarkan berbagai wajah takdir manusia (takdir spesies manusia, individu, sosial, sejarah). Semua takdir tersebut bercampur tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Salah satu panggilan utama pendidikan masa depan adalah menggali dan mempelajari kompleksitas manusia yang akan mengantarkan cita-cita hidup dan kehidupannya.
Kesulitan yang dihadapi dalam mengelola dunia pendidikan seringkali diperburuk oleh cara berpikir kita yang cenderung membekukan kemampuan untuk mengkontektualisasi, mengglobalisasi, multidimensionalitas serta kompleksitas multikultural. Sikap kebekuan (jumud) ini jangan sampai menyelimuti pendidikan kita dan saatnya perlu mengubah cara berpikir untuk memahami makna konteks tersebut.
Berbicara soal pendidikan adalah berbicara mengenai interaksi belajar antar pendidik dan peserta didik. Belajar merupakan suatu petualangan untuk mengungkap segala bentuk ketidakpastian menjadi pasti dan nyata. Cara penyampaian materi yang bersifat dogmatis, doktriner, dan tidak toleran harus diakhiri dan diganti dengan cara-cara yang elegan yang mampu membangkitkan kreativitas dan performance anak didik yang bermutu.
Untuk mengatasi stagnasi itu, perlu sebuah upaya pembaruan model pendidikan yang sesuai dengan keadaan dan tingkat kebutuhan zaman sekarang ini. Yakni pendidikan masa depan yang diharapkan mampu membentuk kesadaran baru bagi munculnya generasi yang berkualitas, berkarakter dan berjiwa besar. Dalam prosesnya, pendidikan sebagai aksi nyata berkewajiban untuk menanamkan pengalaman empiris ke dalam jiwa generasi mendatang. Pendidikan harusnya mengajarkan materi yang relevan dengan kenyataan hidup di masyarakat dan bukan bententangan dengan kondisi empiris di lapangan.
Aksi berisiko pada kegagalan serta bisa mengakibatkan penyimpangan atau kebalikan dari tujuan awal. Maka cara efektif untuk untuk menghadapi ketidakpastian aksi adalah kesadaran penuh tentang taruhan yang terlibat dalam keputusan, dan bantuan strategi.
Dari kaca mata pedagogis, pembelajaran adalah proses manusiawi yang menghargai kreatifitas dan kebebasan yang dimiliki setiap subyek didik. Mereka dapat tumbuh dan berkembang selalu dipengaruhi oleh materi dan dipadukan dengan pengalaman, baik perubahan fisik, intelektual maupun moral yang berlangsung secara kontinuitas.
Dengan memilih materi yang sesuai dan dipadu dengan pengalaman yang cukup usaha pendidikan itu akan menemukan cahaya yang cerah. Membangun pendidikan yang handal harus menitiktekankan pada aspek keterbukaan, keluasan pemikiran dan kualitas metodologis, di samping tetap menghargai nilai-nilai luhur bangsa yang relevan harus perlu dipertahankan sebagai warisan sejarah
Itulah ulasan bagaimana cara menarik “benang merah” antara cita-cita dan tujuan pendidikan. Yaitu dengan cara mengelaborasi dan memperbaiki materi pendidikan yang dipadu dengan pengalaman (experience) yang compatible dan relevan akan sangat membantu mencapai tujuan dan cita-cita atau visi-misi pendidikan. Karena, tujuan pendidikan pada hakikatnya yaitu tujuan masyarakat atau bangsa. Sebuah tujuan yang didasarkan pada pengalaman aktual individu dalam bermasyarakat dan berbangsa. Dengan demikian, potensialitas pendidikan akan ditentukan oleh seberapa berbobot materi dan seberapa luas pengalaman yang diusung dalam interaksi edukatif yang dapat diserap oleh peserta didik.
*) Mujtahid, Dosen Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
PENDIDIKAN adalah kekuatan masa depan (future power). Tanpa pendidikan, dunia akan mengalami dekadensi ilmu pengetahuan dan akan menjadikan peradaban manusia suram. Pendidikan dipandang sebagai alat perubahan yang sangat ampuh untuk menyesuaikan cara berpikir dalam menghadapi tantangan dunia yang makin kompleks, cepat berubah, serta sulit diramalkan.
Edgar Morin (2006) melakukan beberapa kritik terhadap kontens (isi) pendidikan selama ini. Pendidikan kurang menyentuh hal-hal atau problem-problem mendasar yang itu sangat penting untuk dielaborasi kembali melalui kegiatan pendidikan. Untuk mengatasi problem tersebut, direktur Emeritus ini menghadirkan sebuah konsep yang beliau sebut dengan sebutan “Tujuh Pelajaran Komplek”, sebagai sebuah alat untuk mencermati ulang konsep dan praktik pendidikan selama ini.
Secara ideal, tujuan pendidikan (education goal) dimaksudkan sebagai penerusan atau alih pengetahuan (knowledge) dari generasi tua ke genarasi muda, ketrampilan (skill) dan sikap atau prilaku (attitude). Sasaran inilah sebagai sebuah tugas suci pendidikan untuk membangun generasi masa depan yang handal dan cemerlang. Selain ketiga hal itu, ada hal lain sangat penting yaitu nilai-nilai karakter, sikap, dan jiwa kreatif yang dapt tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan lingkungan.
Namun pada kenyataannya, pendidikan justru gagal menangkap realitas tersebut secara holistik dan integralistik. Selama ini, pendidikan baru mampu menghasilkan sosok manusia super dalam pengetahuannya, tapi gagal dalam membentuk watak dan karakter sifat dasar kemanusiannya itu. Padahal, manusia adalah makhluk yang unik, kompleks potensi fisik dan psikisnya yang itu merupakan anugerah yang harus digali dan ditumbuh-kembangkan secara maksimal.
Selain itu, pendidikan seharusnya memperlihatkan bahwa dalam derajat tertentu, belajar rentan akan kekeliruan dan ilusi. Teori informasi menunjukkan bahwa resiko kekeliruan akibat gangguan mesti ada dalam seluruh penyaluran informasi, serta semua penyampaian pesan-pesan komunikasi.
Itulah sebabnya, pendidikan masa depan dihadapkan pada masalah universal, bahwa proses belajar kita masih terkotak-kotak, sekelumit dan terpisah-pisah. Pola pembelajaran demikian ini tentu tidak memadai untuk menangkap realitas dan permasalahan yang makin global, trans-nasional, multi-dimensional, transversal, serta polidisiplin.
Menghadapi tuntutan yang sangat kompleks tersebut, pendidikan masa depan harus menjadi pendidikan utuh (universal), yang mengajarkan tentang kondisi manusiawi serta melakukan upaya untuk menyatukan kembali pengetahuan yang berserakan mulai dari ilmu alam, ilmu sosial, ilmu humaniora, dan mengintegrasikan ke dalam ilmu pengetahuan ilmiah, filsafat, sejarah, sastra, agama dan lain sebagainya.
Pendidikan harus menunjukkan dan menggambarkan berbagai wajah takdir manusia (takdir spesies manusia, individu, sosial, sejarah). Semua takdir tersebut bercampur tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Salah satu panggilan utama pendidikan masa depan adalah menggali dan mempelajari kompleksitas manusia yang akan mengantarkan cita-cita hidup dan kehidupannya.
Kesulitan yang dihadapi dalam mengelola dunia pendidikan seringkali diperburuk oleh cara berpikir kita yang cenderung membekukan kemampuan untuk mengkontektualisasi, mengglobalisasi, multidimensionalitas serta kompleksitas multikultural. Sikap kebekuan (jumud) ini jangan sampai menyelimuti pendidikan kita dan saatnya perlu mengubah cara berpikir untuk memahami makna konteks tersebut.
Berbicara soal pendidikan adalah berbicara mengenai interaksi belajar antar pendidik dan peserta didik. Belajar merupakan suatu petualangan untuk mengungkap segala bentuk ketidakpastian menjadi pasti dan nyata. Cara penyampaian materi yang bersifat dogmatis, doktriner, dan tidak toleran harus diakhiri dan diganti dengan cara-cara yang elegan yang mampu membangkitkan kreativitas dan performance anak didik yang bermutu.
Untuk mengatasi stagnasi itu, perlu sebuah upaya pembaruan model pendidikan yang sesuai dengan keadaan dan tingkat kebutuhan zaman sekarang ini. Yakni pendidikan masa depan yang diharapkan mampu membentuk kesadaran baru bagi munculnya generasi yang berkualitas, berkarakter dan berjiwa besar. Dalam prosesnya, pendidikan sebagai aksi nyata berkewajiban untuk menanamkan pengalaman empiris ke dalam jiwa generasi mendatang. Pendidikan harusnya mengajarkan materi yang relevan dengan kenyataan hidup di masyarakat dan bukan bententangan dengan kondisi empiris di lapangan.
Aksi berisiko pada kegagalan serta bisa mengakibatkan penyimpangan atau kebalikan dari tujuan awal. Maka cara efektif untuk untuk menghadapi ketidakpastian aksi adalah kesadaran penuh tentang taruhan yang terlibat dalam keputusan, dan bantuan strategi.
Dari kaca mata pedagogis, pembelajaran adalah proses manusiawi yang menghargai kreatifitas dan kebebasan yang dimiliki setiap subyek didik. Mereka dapat tumbuh dan berkembang selalu dipengaruhi oleh materi dan dipadukan dengan pengalaman, baik perubahan fisik, intelektual maupun moral yang berlangsung secara kontinuitas.
Dengan memilih materi yang sesuai dan dipadu dengan pengalaman yang cukup usaha pendidikan itu akan menemukan cahaya yang cerah. Membangun pendidikan yang handal harus menitiktekankan pada aspek keterbukaan, keluasan pemikiran dan kualitas metodologis, di samping tetap menghargai nilai-nilai luhur bangsa yang relevan harus perlu dipertahankan sebagai warisan sejarah
Itulah ulasan bagaimana cara menarik “benang merah” antara cita-cita dan tujuan pendidikan. Yaitu dengan cara mengelaborasi dan memperbaiki materi pendidikan yang dipadu dengan pengalaman (experience) yang compatible dan relevan akan sangat membantu mencapai tujuan dan cita-cita atau visi-misi pendidikan. Karena, tujuan pendidikan pada hakikatnya yaitu tujuan masyarakat atau bangsa. Sebuah tujuan yang didasarkan pada pengalaman aktual individu dalam bermasyarakat dan berbangsa. Dengan demikian, potensialitas pendidikan akan ditentukan oleh seberapa berbobot materi dan seberapa luas pengalaman yang diusung dalam interaksi edukatif yang dapat diserap oleh peserta didik.
*) Mujtahid, Dosen Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
Sabtu, 17 Juli 2010
Keagungan Akhlak Nabi Muhammad
Mujtahid*
PADA setiap zaman, lahir seorang tokoh besar. Muhammad saw lahir sebagai utusan Tuhan untuk menyempurnakan risalah para nabi dan rasul sebelumnya. Secara historis, kelahirannya memang sangat tepat bila dilihat dari setting kurun waktu dan tempat geografis yang benar-benar membutuhkan seorang sosok agung seperti nabi Muhammad.
Tidak berlebihan jika Michael Hart dalam buku best sellernya “Seratus Tokoh Dunia”, mengakui secara jujur dan objektif menempatkan Muhammad saw diurutan pertama di antara deretan nama-nama seratus tokoh yang paling terkenal di dunia. Muhammad, selain dikenal sebagai Nabi dan Rasul umat Islam, beliau juga dipandang sebagai pemimpin negara yang sukses di Tanah Arab. Prestasi gemilang yang beliau tunjukkan memang tidak saja kaum muslim yang mengakui, tetapi diluar itu juga banyak yang menyatakan demikian.
Pada kenyataannya, nabi Muhammad sebagai figur historis tidak hanya diakui oleh penganutnya sendiri, tetapi juga diakui seorang atheis sekalipun. Maxim Rodinson misalnya, ilmuan atheis yang memiliki andil besar dalam memperkenalkan ketokohan Muhammad kepada masyarakat Barat. Ketokohan Muhammad dikenal sebagai sosok manusia agung, yang memiliki jiwa dan moral yang bersih. Banyak kisah biografi beliau yang telah ditulis orang, dan semuanya mereka mengatakan bahwa Muhammad adalah figur sejarah umat Islam sepanjang zaman, kecuali orang yang kufur hati dan jiwanya.
Belum lagi, ilmuan lain seperti Montgomery Watt, Annemarie Schimmel, Martin Lings, ataupun Karen Armstrong yang selama 9 tahun aktif sebagai biarawati. Mereka itu, melalui karya tulisannya dengan segala kelebihan dan kekurangan telah melakukan pembelaan historis-akedemis terhadap reputasi Nabi Muhammad sebagai salah seorang dari sekian tokoh sejarah yang meletakkan dasar, pedoman dan spirit bagi pembangunan peradaban manusia.
Merupakan keharusan ilmiah belaka jika ilmuan semacam Philip K. Kitti ataupun Marshall G. Hodgson melihat Nabi Muhammad dan agama Islam yang diwariskannya telah sanggup menyulap dunia Arab dari padang pasir gundul menjadi mata air peradaban yang pada gilirannya secara signifikan ikut mewarnai wacana dan perjalanan panjang sejarah dunia.
Dari pengakuan para tokoh di atas, menunjukkan kepada kita bahwa Nabi Muhammad telah melakukan transformasi akhlak terhadap tatanan kemasyarakatan kala itu. Kejujuran dan keluhuran pekertinya tidak hanya diakui oleh kaum muslim, tetapi juga non muslim.
Membaca sejarah hidup Muhammad saw kian lama kian mengasyikkan dan tidak pernah bosan. Semakin kita mengenal nabi, semakin banyak keistimewaan yang ada padanya. Dengan mengetahui keistimewaan tersebut kita akan bertambah cinta dan taat menjalankan sunah-sunahnya. Jika sebuah pepatah ”tak kenal maka tak sayang” itu menjadi pijakan kita, maka tak salah kalau kita harus membaca biografi beliau secara tuntas. Sehingga akhirnya kita dapat meneladani dan mencintai sunnah-sunnah yang beliau lakukan setia hari.
Bagi seorang muslim, Rasululah saw adalah sumber teladan utama yang patut diikuti. Karena sunnah-sunnahnya mengajari umatnya bagaimana meneguhkan iman dan taqwa, bersabar dalam setiap musibah, bersyukur ketika mendapatkan anugerah, bersikap ridha dan tawakal dalam setiap urusan, bertindak jujur dalam segenap keadaan, serta berjiwa ikhlas dalam beramal.
Akhlak nabi yang demikian luhur dan agung itu karena selalu dipancari dengan kekokohan iman. Sehingga para ulama membuat tiga rumusan kadar iman yaitu; penegasan hati, ucapan dan tindakan. Al-Ghazali misalnya, menyebut kalbu merupakan poros tempat beredarnya iman, ucapan lisan sebagai syarat iman, dan amal perbuatan merupakan pelengkap dan penyempurnya iman.”
Sementara itu, dalam diri nabi Muhammad juga terpatri jiwa taqwa. Yaitu suatu daya atau potensi yang terpancang dalam jiwa yang mampu secara aktif mencegah seseorang dari melakukan larangan Tuhan, dan mendorongnya untuk melaksanakan titah-Nya.
Dalam hidupnya, nabi Muhammad juga selalu sabar. Sikap sabar adalah sikap berhati-hati dalam bertindak, berupaya dengan kemantapan hati yang teguh untuk mencapai hasil yang diharapkan, disertai dengan do’a atau permohonan kepada sang khaliq.
Keteladanan nabi berikutnya yaitu sikap syukur. Ia selalu bersyukur atas pemberian yang diberikan kepadanya. Karena syukur merupakan sikap lahiriyah untuk menunjukkan terima kasih atas suatu nikmat kepada Sang Pemberi nikmat. Pernyataan syukur mengandung empat unsur dan kewajiban, yaitu manifestasi kegembiraan, menyatakan kegembiraan itu dengan ucapan dan perbuatan, mendayagunakan nikmat yang diterima dengan amanah, dan membalas pemberian nikmat itu sesuai dengan tata cara yang ditentukan.
Tak kalah pentingnya lagi, sikap diri nabi yaitu ridha dan tawakkal. Sikap ini yaitu menerima dengan sepenuh hati atas apa yang ditetapkan Tuhan. Adapun tawakkal adalah menyerahkan nasib diri sebagai usaha kepada Tuhan. Dua sikap ini menjadikan seseorang lebih berhati-hati dalam meraih sesuatu. Karena tak jarang banyak orang prustasi lantaran cita-citanya kadang kandas ditengah jalan.
Salah satu bekal keteladanan dari nabi itu adalah taubat. Secara bahasa, taubat berakar dari kata taaba yang berarti kembali. Artinya kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat yang terpuji, kembali lari larangan Tuhan menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Tuhan menuju yang diridha’i-Nya, kembali dari yang saling bertentangan menuju yang saling menyenangkan, dan seterusnya.
Nabi walaupun sudah dijamin masuk surga, tetapi ia selalu taubat atas kesalahan yang dilakukannya. Taubat artinya kembali kepada jalan Tuhan. Dengan mengutip ayat al-Qur’an, nabi saw menyerukan: “Kembalilah kamu sekalian kepada jalan Tuhan, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. Mengapa manusia perlu bertaubat? Kata nabi, karena manusia dihidupkan dan dimatikan hanya oleh Tuhan. Sehingga modal untuk kembali kepada Tuhan hanyalah dengan keadaan Suci (fitrah) dari segala bentuk dosa dan perbuatan maksiat, yang menentang kemahakuasaan Tuhan.
*) Mujtahid, Dosen Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
PADA setiap zaman, lahir seorang tokoh besar. Muhammad saw lahir sebagai utusan Tuhan untuk menyempurnakan risalah para nabi dan rasul sebelumnya. Secara historis, kelahirannya memang sangat tepat bila dilihat dari setting kurun waktu dan tempat geografis yang benar-benar membutuhkan seorang sosok agung seperti nabi Muhammad.
Tidak berlebihan jika Michael Hart dalam buku best sellernya “Seratus Tokoh Dunia”, mengakui secara jujur dan objektif menempatkan Muhammad saw diurutan pertama di antara deretan nama-nama seratus tokoh yang paling terkenal di dunia. Muhammad, selain dikenal sebagai Nabi dan Rasul umat Islam, beliau juga dipandang sebagai pemimpin negara yang sukses di Tanah Arab. Prestasi gemilang yang beliau tunjukkan memang tidak saja kaum muslim yang mengakui, tetapi diluar itu juga banyak yang menyatakan demikian.
Pada kenyataannya, nabi Muhammad sebagai figur historis tidak hanya diakui oleh penganutnya sendiri, tetapi juga diakui seorang atheis sekalipun. Maxim Rodinson misalnya, ilmuan atheis yang memiliki andil besar dalam memperkenalkan ketokohan Muhammad kepada masyarakat Barat. Ketokohan Muhammad dikenal sebagai sosok manusia agung, yang memiliki jiwa dan moral yang bersih. Banyak kisah biografi beliau yang telah ditulis orang, dan semuanya mereka mengatakan bahwa Muhammad adalah figur sejarah umat Islam sepanjang zaman, kecuali orang yang kufur hati dan jiwanya.
Belum lagi, ilmuan lain seperti Montgomery Watt, Annemarie Schimmel, Martin Lings, ataupun Karen Armstrong yang selama 9 tahun aktif sebagai biarawati. Mereka itu, melalui karya tulisannya dengan segala kelebihan dan kekurangan telah melakukan pembelaan historis-akedemis terhadap reputasi Nabi Muhammad sebagai salah seorang dari sekian tokoh sejarah yang meletakkan dasar, pedoman dan spirit bagi pembangunan peradaban manusia.
Merupakan keharusan ilmiah belaka jika ilmuan semacam Philip K. Kitti ataupun Marshall G. Hodgson melihat Nabi Muhammad dan agama Islam yang diwariskannya telah sanggup menyulap dunia Arab dari padang pasir gundul menjadi mata air peradaban yang pada gilirannya secara signifikan ikut mewarnai wacana dan perjalanan panjang sejarah dunia.
Dari pengakuan para tokoh di atas, menunjukkan kepada kita bahwa Nabi Muhammad telah melakukan transformasi akhlak terhadap tatanan kemasyarakatan kala itu. Kejujuran dan keluhuran pekertinya tidak hanya diakui oleh kaum muslim, tetapi juga non muslim.
Membaca sejarah hidup Muhammad saw kian lama kian mengasyikkan dan tidak pernah bosan. Semakin kita mengenal nabi, semakin banyak keistimewaan yang ada padanya. Dengan mengetahui keistimewaan tersebut kita akan bertambah cinta dan taat menjalankan sunah-sunahnya. Jika sebuah pepatah ”tak kenal maka tak sayang” itu menjadi pijakan kita, maka tak salah kalau kita harus membaca biografi beliau secara tuntas. Sehingga akhirnya kita dapat meneladani dan mencintai sunnah-sunnah yang beliau lakukan setia hari.
Bagi seorang muslim, Rasululah saw adalah sumber teladan utama yang patut diikuti. Karena sunnah-sunnahnya mengajari umatnya bagaimana meneguhkan iman dan taqwa, bersabar dalam setiap musibah, bersyukur ketika mendapatkan anugerah, bersikap ridha dan tawakal dalam setiap urusan, bertindak jujur dalam segenap keadaan, serta berjiwa ikhlas dalam beramal.
Akhlak nabi yang demikian luhur dan agung itu karena selalu dipancari dengan kekokohan iman. Sehingga para ulama membuat tiga rumusan kadar iman yaitu; penegasan hati, ucapan dan tindakan. Al-Ghazali misalnya, menyebut kalbu merupakan poros tempat beredarnya iman, ucapan lisan sebagai syarat iman, dan amal perbuatan merupakan pelengkap dan penyempurnya iman.”
Sementara itu, dalam diri nabi Muhammad juga terpatri jiwa taqwa. Yaitu suatu daya atau potensi yang terpancang dalam jiwa yang mampu secara aktif mencegah seseorang dari melakukan larangan Tuhan, dan mendorongnya untuk melaksanakan titah-Nya.
Dalam hidupnya, nabi Muhammad juga selalu sabar. Sikap sabar adalah sikap berhati-hati dalam bertindak, berupaya dengan kemantapan hati yang teguh untuk mencapai hasil yang diharapkan, disertai dengan do’a atau permohonan kepada sang khaliq.
Keteladanan nabi berikutnya yaitu sikap syukur. Ia selalu bersyukur atas pemberian yang diberikan kepadanya. Karena syukur merupakan sikap lahiriyah untuk menunjukkan terima kasih atas suatu nikmat kepada Sang Pemberi nikmat. Pernyataan syukur mengandung empat unsur dan kewajiban, yaitu manifestasi kegembiraan, menyatakan kegembiraan itu dengan ucapan dan perbuatan, mendayagunakan nikmat yang diterima dengan amanah, dan membalas pemberian nikmat itu sesuai dengan tata cara yang ditentukan.
Tak kalah pentingnya lagi, sikap diri nabi yaitu ridha dan tawakkal. Sikap ini yaitu menerima dengan sepenuh hati atas apa yang ditetapkan Tuhan. Adapun tawakkal adalah menyerahkan nasib diri sebagai usaha kepada Tuhan. Dua sikap ini menjadikan seseorang lebih berhati-hati dalam meraih sesuatu. Karena tak jarang banyak orang prustasi lantaran cita-citanya kadang kandas ditengah jalan.
Salah satu bekal keteladanan dari nabi itu adalah taubat. Secara bahasa, taubat berakar dari kata taaba yang berarti kembali. Artinya kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat yang terpuji, kembali lari larangan Tuhan menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Tuhan menuju yang diridha’i-Nya, kembali dari yang saling bertentangan menuju yang saling menyenangkan, dan seterusnya.
Nabi walaupun sudah dijamin masuk surga, tetapi ia selalu taubat atas kesalahan yang dilakukannya. Taubat artinya kembali kepada jalan Tuhan. Dengan mengutip ayat al-Qur’an, nabi saw menyerukan: “Kembalilah kamu sekalian kepada jalan Tuhan, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. Mengapa manusia perlu bertaubat? Kata nabi, karena manusia dihidupkan dan dimatikan hanya oleh Tuhan. Sehingga modal untuk kembali kepada Tuhan hanyalah dengan keadaan Suci (fitrah) dari segala bentuk dosa dan perbuatan maksiat, yang menentang kemahakuasaan Tuhan.
*) Mujtahid, Dosen Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Kamis, 01 Juli 2010
Kiat Sukses Menjadikan Hati Tetap Suci
Mujtahid*
DALAM jiwa manusia, terdapat dua tabiat yang cenderung bersifat paradoks, yaitu tabiat hasanah (baik) dan sayyi’ah (jelek). Selain manusia dikenal sebagai makhluk yang kasih sayang, lemah lembut, suka menolong, juga dikenal sebagai makhluk yang kejam, otoriter, dan sadis. Kedua tabiat tersebut mengiringi organisme manusia sepanjang hayatnya.
Tetapi, tabiat yang bertolak belakang secara diametral tersebut, masih sangat ditentukan oleh eksistensi kalbu, sebagai potensi (al-quwwah, fakultas) yang menentukan pilihan dan tindakan (action) manusia. Dengan potensi kalbu, manusia dapat membedakan antara baik dan buruk; antara benar dan salah.
Menurut Ibnu Athaillah Al- Sakandari (seorang yang kapasitasnya sebagai sufi), bahwa Dunia tasawuf (sufi) merupakan dunia yang dikenal dekat dengan hati (kalbu). Karena salah satu aspek untuk mencapai derajat sampai ma’rifat, ia harus dapat menundukkan kalbunya terlebih dahulu. Untuk menjadi sufi, sepintas memang terkesan agak sulit, tetapi jika dijalani dengan penuh kesungguhan dan istiqamah tentu pasti akan tercapai. Lantas, bagaimana metode menundukkan hati (kalbu)? Buku yang berjudul Menjaga Kesucian Kalbu, telah menyuguhkan kurang lebih 40 essai supaya kita benar-benar sukses menjaga kesucian kalbu ini.
Sederetan nama sufi, Athaillah merupakan tokoh ulama yang zahid, wara’ serta sebagai duta orang-orang ‘arif dan imam para sufi. Sufi asal Iskandariyah itu sejak usia dini memang memiliki semangat berguru pada mursid-mursid (guru sufi) pendahulunya. Atas keberhasilannya, ia sangat dikagumi pada zamannya, khususnya kepiawiannya dalam bidang ilmu syari’at dan hakikat. Demikianlah sekilas “otobiografi” sang penulis buku ini.
Dalam sebuah tulisannya, Athaillah menegaskan bahwa untuk meraih derajat tinggi dan tempat mulia di hadapan Allah, diperlukan kedalaman pengetahuan pada diri Muhammad Saw, sebagai utusan Allah. Bagi kaum Muslim, figur utama yang perlu diikuti dan dihormati adalah Rasulullah, kata Athailah dengan nada semangat. Dengan mengikuti sunnah Rasul, secara pasti kehidupan ini akan terbimbing ke arah jalan yang diridhai Allah.
Metode ampuh untuk menjaga kesucian kalbu adalah dengan taubat. Secara bahasa, taubat berakar dari kata taaba yang berarti kembali. Artinya kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat yang terpuji, kembali lari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridha’i-Nya, kembali dari yang saling bertentangan menuju yang saling menyenangkan, dan seterusnya.
Jalan taubat sengaja di buka oleh Allah guna apabila seorang Muslim melakukan kesalahan, baik yang besar maupun kecil, ia wajib segera kembali kepada jalan Allah. Dengan mengutip ayat al-Qur’an, Athaillah menyerukan: “Kembalilah kamu sekalian kepada jalan Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. Mengapa manusia perlu bertaubat? Kata Athailah, karena manusia dihidupkan dan dimatikan hanya oleh Allah. Sehingga modal untuk kembali kepada Allah hanyalah dengan keadaan Suci (fitrah) dari segala bentuk dosa dan perbuatan maksiat, yang menentang kemahakuasaan Allah.
Hal menarik lainnya dari essai Athaillah adalah muhasabah (introspeksi diri). Manusia seharusnya punya kesadaran bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah di manapun ia berada, baik siang maupun malam. Dengan demikian, manusia akan terdorong untuk melakukan muhasabah (introspeksi diri, perhitungan, evaluasi) terhadap amal perbuatan, tingkah laku dan sikap kalbunya sendiri. Menurut Athailah, Muhasabah dapat direncanakan sebelum melakukan sesuatu dengan secara tepat dan matang. Mempertimbangkan terlebih dahulu baik-buruk dan manfaat perbuatannya itu.
Satu hal lagi yang menjadi catatan Athaillah agar Kalbu tetap suci adalah sikap ikhlas. Secara etimologis, ikhlas berakar dari khalasha yang berarti bersih, jernih, murni; tidak tercampur. Ikhlas bagaikan air bening yang belum tercapur oleh zat apapun. Sikap ikhlas berarti membersihkan atau memurnikan dari setiap kemauan, keinginan yang didasarkan bukan kepada Allah.
Masih mangenai ikhlas, ia menjelaskan bahwa segala amal perbuatan yang dikerjakan manusia jika tidak ikhlas, maka amal perbuatan tersebut tidak diterima Allah. Dengan kata lain, ihklas mengajarkan supaya manusia berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah.. Karenanya, setiap perbuatan harus diawali dengan kata niat. Seperti yang dianjurkan Nabi: “Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada niat. Dan sesungguhnya setiap orang memperoleh sesuatu sesuai dengan niatnya”.
*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang
DALAM jiwa manusia, terdapat dua tabiat yang cenderung bersifat paradoks, yaitu tabiat hasanah (baik) dan sayyi’ah (jelek). Selain manusia dikenal sebagai makhluk yang kasih sayang, lemah lembut, suka menolong, juga dikenal sebagai makhluk yang kejam, otoriter, dan sadis. Kedua tabiat tersebut mengiringi organisme manusia sepanjang hayatnya.
Tetapi, tabiat yang bertolak belakang secara diametral tersebut, masih sangat ditentukan oleh eksistensi kalbu, sebagai potensi (al-quwwah, fakultas) yang menentukan pilihan dan tindakan (action) manusia. Dengan potensi kalbu, manusia dapat membedakan antara baik dan buruk; antara benar dan salah.
Menurut Ibnu Athaillah Al- Sakandari (seorang yang kapasitasnya sebagai sufi), bahwa Dunia tasawuf (sufi) merupakan dunia yang dikenal dekat dengan hati (kalbu). Karena salah satu aspek untuk mencapai derajat sampai ma’rifat, ia harus dapat menundukkan kalbunya terlebih dahulu. Untuk menjadi sufi, sepintas memang terkesan agak sulit, tetapi jika dijalani dengan penuh kesungguhan dan istiqamah tentu pasti akan tercapai. Lantas, bagaimana metode menundukkan hati (kalbu)? Buku yang berjudul Menjaga Kesucian Kalbu, telah menyuguhkan kurang lebih 40 essai supaya kita benar-benar sukses menjaga kesucian kalbu ini.
Sederetan nama sufi, Athaillah merupakan tokoh ulama yang zahid, wara’ serta sebagai duta orang-orang ‘arif dan imam para sufi. Sufi asal Iskandariyah itu sejak usia dini memang memiliki semangat berguru pada mursid-mursid (guru sufi) pendahulunya. Atas keberhasilannya, ia sangat dikagumi pada zamannya, khususnya kepiawiannya dalam bidang ilmu syari’at dan hakikat. Demikianlah sekilas “otobiografi” sang penulis buku ini.
Dalam sebuah tulisannya, Athaillah menegaskan bahwa untuk meraih derajat tinggi dan tempat mulia di hadapan Allah, diperlukan kedalaman pengetahuan pada diri Muhammad Saw, sebagai utusan Allah. Bagi kaum Muslim, figur utama yang perlu diikuti dan dihormati adalah Rasulullah, kata Athailah dengan nada semangat. Dengan mengikuti sunnah Rasul, secara pasti kehidupan ini akan terbimbing ke arah jalan yang diridhai Allah.
Metode ampuh untuk menjaga kesucian kalbu adalah dengan taubat. Secara bahasa, taubat berakar dari kata taaba yang berarti kembali. Artinya kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat yang terpuji, kembali lari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridha’i-Nya, kembali dari yang saling bertentangan menuju yang saling menyenangkan, dan seterusnya.
Jalan taubat sengaja di buka oleh Allah guna apabila seorang Muslim melakukan kesalahan, baik yang besar maupun kecil, ia wajib segera kembali kepada jalan Allah. Dengan mengutip ayat al-Qur’an, Athaillah menyerukan: “Kembalilah kamu sekalian kepada jalan Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. Mengapa manusia perlu bertaubat? Kata Athailah, karena manusia dihidupkan dan dimatikan hanya oleh Allah. Sehingga modal untuk kembali kepada Allah hanyalah dengan keadaan Suci (fitrah) dari segala bentuk dosa dan perbuatan maksiat, yang menentang kemahakuasaan Allah.
Hal menarik lainnya dari essai Athaillah adalah muhasabah (introspeksi diri). Manusia seharusnya punya kesadaran bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah di manapun ia berada, baik siang maupun malam. Dengan demikian, manusia akan terdorong untuk melakukan muhasabah (introspeksi diri, perhitungan, evaluasi) terhadap amal perbuatan, tingkah laku dan sikap kalbunya sendiri. Menurut Athailah, Muhasabah dapat direncanakan sebelum melakukan sesuatu dengan secara tepat dan matang. Mempertimbangkan terlebih dahulu baik-buruk dan manfaat perbuatannya itu.
Satu hal lagi yang menjadi catatan Athaillah agar Kalbu tetap suci adalah sikap ikhlas. Secara etimologis, ikhlas berakar dari khalasha yang berarti bersih, jernih, murni; tidak tercampur. Ikhlas bagaikan air bening yang belum tercapur oleh zat apapun. Sikap ikhlas berarti membersihkan atau memurnikan dari setiap kemauan, keinginan yang didasarkan bukan kepada Allah.
Masih mangenai ikhlas, ia menjelaskan bahwa segala amal perbuatan yang dikerjakan manusia jika tidak ikhlas, maka amal perbuatan tersebut tidak diterima Allah. Dengan kata lain, ihklas mengajarkan supaya manusia berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah.. Karenanya, setiap perbuatan harus diawali dengan kata niat. Seperti yang dianjurkan Nabi: “Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada niat. Dan sesungguhnya setiap orang memperoleh sesuatu sesuai dengan niatnya”.
*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang
Langganan:
Postingan (Atom)