tag:blogger.com,1999:blog-31999255069198252772024-02-02T12:35:21.941+07:00mujtahidKOMUNITAS PENDIDIKANMujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.comBlogger213125tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-32710188601386443422016-03-11T09:47:00.000+07:002016-03-11T09:47:04.715+07:00Membangun Peradaban Islam Washatan<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--></div>
<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Cambria;"></span></b><b><span style="font-family: Cambria;">Pendahuluan</span></b>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Islam merupakan pandangan hidup (<i>whay of life</i>)
yang menerangi jalan hidup para pemeluknya, yang mampu mengatur semua urusan kehidupan
manusia mulai dari masalah peribadatan, ritual hingga masalah keduniaan. Oleh
sebab itu, pantaslah seorang pujangga ahli sejarah H.A.R. Gibb memuji Islam dengan
ungkapan “<i>Islam indeed much more a system of theology, if is complete
civilisation</i>” (Islam sesungguhnya bukan hanya satu sistem teologi semata,
tetapi ia merupakan peradaban yang lengkap).<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Islam mengajarkan umatnya agar berkualitas, unggul
dan mampu berkontribusi positif untuk kelangsungan hidup di alam semesta (<i>rahmatan
lil alamin</i>). Sebagaimana pesan Rasulullah, bahwa tugas hidup seorang muslim
ialah menanam kebaikan dan kemanfaatan untuk sesama. “sebaik-baik manusia
adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Untuk menerjemahkan Islam ke dalam lingkup tatanan kehidupan
sosial, perlu sebuah pandangan yang lurus serta mendalam. Dalam hal ini,
Nurcholis Madjid pernah menawarkan gagasan tentang pentingnya <i>“al-hanifiat
al-samhah”.</i> Suatu pandangan yang tidak lagi terkotak dalam wujud
komunalisme atau bentuk yang cenderung mengurung diri pada struktural tertentu.
Pemahaman seperti<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ini mendorong seseorang
agar terpanggil untuk berpartisipasi pada agenda-agenda besar dan luas yang
bermanfaat, yang bukan saja bagi internal golongannya, melainkan juga bermuara pada
semua golongan manusia. Islam memuat agenda dan cita-cita universal, yaitu
mewujudkan keselamatan, keadilan, kedamaian, yang bersendikan pada nilai-nilai tauhid
dan sifat dasar kemanusiaan. Tesis Nurcholis Madjid tersebut, intinya adalah
munculnya sikap yang moderat dan inklusif dalam memperjuangkan agenda-agenda
universal untuk kemajuan peradaban umat manusia.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span></span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Apa yang menjadi cita-cita Islam sesungguhnya telah
diterangkan secara utuh, holistik dan komprehensif dalam <i>ummul kitab</i>,
yaitu surah al-Fatihah. Surat
al-Fatihah memuat saripati ajaran Islam yang benar-benar memiliki misi
universalitas dan iklusivitas yang mengajak umatnya agar mendapat petunjuk dan
kasih sayang-Nya. Sulit diingkari bahwa ajaran pokok Islam, seperti yang
terkandung surat
al-Fatihah merupakan jalan yang lurus, petunjuk yang menjadi pegangan sekaligus
haluan hidup manusia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ayat pertama
sebagai pembuka surat,
dimulai dengan bacaan basmalah, “<i>bismillahirrahmanirrahim</i>”. Pesan teologisnya
ialah kasih sayang Allah Swt. tidak terbatas bagi mereka yang beriman dan
beramal saleh. Seperti yang diungkapkan Komaruddin Hidayat, bahwa cinta ilahi merupakan
sumber dan spirit kehidupan itu sendiri, “<i>the spirit of life is love, the
divine love</i>”.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span></span></span></a> Pesan
etisnya yaitu setiap pembaca ayat ini harus mengedepankan kasih sayang, menyebarkan
rahmat, dan menjunjung tinggi cahaya kebenaran. Basmalah mengajak setiap
pembaca untuk mengenali Allah Swt sebagai pemilik kasih sayang, yang tiada
henti selalu memberi rahmat dan kasih sayang-Nya kepada semua ciptaannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Cambria;">Ummatan Washatan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Termenologi ummatan washatan diambil dari surat al-Baqarah ayat 143:
“<i>Dan dengan demikian Kami (Allah Swt) telah menciptakan kamu (kaum Muslimin)
sebagai ummatan washatan agar kamu sekalian dapat menjadi saksi atas diri kamu
sekalian; dan sesungguhnyalah Rasul (utusan Allah) menjadi saksi atas diri kamu
sekalian</i>.” Penggunaan termenologi ini ditujukan kepada umat Islam yang
berada garis tengah (seimbang), atau tidak ekstrim dalam pemahaman dan pengamalan
Islam. Di saat kondisi Islam yang dikesankan sebagai agama radikal dan teroris oleh
bangsa-bangsa Barat, maka sebutan ummatan washatan menemukan momentumnya untuk menjadi
jalan tengah sebagai pengerim laju tindakan-tindakan pelaku umat Islam yang
kaku dan ekstrim itu, ulah itu jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Di Indonesia penggunaan term <i>ummatan washatan</i>
telah muncul sejak akhir abad ke 12 dan 13, dengan ditandainya Islamisasi yang
damai, toleran jauh dari konfrontasi dan perlawanan. Islam diajarkan oleh para
da’i/mubaligh kepada masyarakat melalui perdagangan di pasar, pertanian di sawah,
nelayan di pesisir dengan penuh santun dan toleran. Proses penyebaran Islam di
Indonesia membutuhkan waktu berabad-abad, karena Islam mengambil jalur damai
dan mengedepankan etika, tanpa konfrontasi yang menimbulkan gejolak sosial,
apalagi sampai mengambil jalan pintas dengan kekerasan atau pertumpahan darah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Kehadiran Islam di Indonesia, seperti yang disebut
oleh Van Leur,<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span></span></span></a>
merupakan indikasi bahwa Islam bukan saja sebagai sistem keagamaan semata,
namun sekaligus merupakan alternatif yang cukup diperhitungkan dalam mengubah
setiap bentuk tatanan kehidupan yang tidak sesuai dengan harkat kemanusiaan. Kedatangan
Islam di Indonesia tampil dengan sangat elegan, ramah dan lentur hingga mendapat
simpati yang sangat luar biasa sampai ke pelosok penjuru tanah air. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Berbeda dengan penyebaran Islam di Cordova atau
Andalusia, dan negara-negara sekitarnya, penyebaran Islam di Indonesia lebih
mengedepankan jalur kultural, serta terkadang mengambil cara “kompromi” dengan sistem
budaya dan kepercayaan yang ada, namun pelan-pelan akhirnya Islam dapat
diterima dengan senang hati. Ada
tiga hal yang <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menyebabkan kesuksesan
dakwah Islam di Indonesia, yang merupakan sebagai perwujudan kekuatan <i>Islam
Washatan, </i>yaitu: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span style="font-family: Cambria;">Pertama</span></i><span style="font-family: Cambria;">,
Islam mengajarkan sistem tauhid. Ajaran ini merupakan pembebas dari segala
bentuk kekuatan selain Allah Swt. Secara teologis, manusia dihadapan Allah
adalah sama, tanpa ada stratifikasi sosial seperti yang ditunjukkan dalam
kehidupan masyarakat sebelumnya. Prinsip tauhid mengajarkan asas keadilan dan
kesamaan dalan sistem tata kehidupan masyarakat. Ajaran tauhid lebih manusiawi
ketimbang ajaran-ajaran sebelumnya yang terkotak-kotak dalam sistem kasta. Sehingga
Islam lebih diterima ketimbang melanggengkan ajaran yang selama ini mereka
jalani. Ajaran Islam menempatkan pemeluknya lebih terhormat dan mulia,
ketimbang ajaran dan kepercayaan yang mereka yakini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span style="font-family: Cambria;">Kedua</span></i><span style="font-family: Cambria;">,
Ajaran Islam relevan dengan roda perubahan zaman. Ajaran Islam sangat lentur,
fleksibel sesuai dengan dimensi ruang dan waktu. Melalui pendekatan <i>ma’ruf, </i>Islam
mudah beradaptasi dengan budaya dan tata kehidupan masyarakat. Hal-hal yang
menjadi kebiasaan masyarakat kala itu, kalau tidak bertentangan dengan ajaran
Islam, maka tidak perlu ditolak atau dibubarkan, tetapi cukup diluruskan atau
dibumbui dengan nilai-nilai Islam. Tapi sebaliknya, kalau kebiasaan itu tidak
sesuai dengan prinsip Islam, maka tidak henti-hentinya para da’i mengajak untuk
meninggalkannya. Pendekatan <i>ma’ruf, </i>ini merupakan bagian “jalan tengah”
(washatan) dalam memahami dan menjalankan aktivitas Islam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Ketiga, Islam mengajarkan prinsip tasamuh dan <i>fastabiqul
khairat</i>. Prinsip Islam sangat kental dengan keterbukaan, tidak
setengah-setengah, melainkan harus <i>kaffah</i>. Islam menjunjung tinggi sikap
tasamuh, toleransi serta apresiasi terhadap sesuatu kebenaran dari manapun
datangnya. Oleh karenanya, apakah pada aspek fikih (mazhab), tasawuf (sufi),
maupun aliran teologi, umat Islam Indonesia sangat terbuka dan biasa
berbeda dalam hal itu. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Begitu juga tak kalah
pentingnya dalam menyumbangkan kesuksesan penyebaran Islam yaitu sikap daya
juang, berlomba-lomba dalam kebaikan. Para
da’i, ulama’ dan kyai membuat caranya masing-masing dalam mengajarkan Islam
kepada masyarakat. Peran dan kiprah para tokoh-tokoh Islam dengan prinsip <i>fastabiqul
khairat</i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lalu diwujudkan dengan sarana
dakwah, antara lain misalnya; <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mendirikan
lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, serta lembaga lainnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Dalam pandangan Azyumardi Azra, <i>ummatan washatan</i>
atau Islam washatiyyah di Indonesia
menemukan model khas yang terumuskan dalam Pancasila, sebagai <i>kalimatun
sawa’ </i>merupakan prinsip-prinsip yang sama (<i>common flatform</i>) yang
merekatkan kemajemukan dan kebhinekaan anak bangsa.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span></span></span></a>
Sebagai negara yang besar dan mayoritas penduduknya muslim, Islam Washatiyyah tampil
dengan berdirinya berbagai organisasi Islam, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama (NU), Persis, Al-Khairat, dan lain-lain. Masing-masing organisasi
tersebut mengambil jalan tengah (<i>washatan</i>), baik <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tercermin dalam pemahaman dan pengamalan
praksis keislamannya, maupun dalam sikap sosial, budaya dan politiknya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Islam washatan mengambil peran-peran kemanusian
lintas batas, yang tanpa sekat primordial dan komunal. Muhammadiyah misalnya, meski
sebagai organisasi Islam atau pesyarikatan Islam, telah mendedikasikan diri
dalam berbagai bidang, seperti bidang sosial keagamaan, pendidikan dan
kesehatan kepada semua masyarakat tanpa pandang status ras, suku, budaya dan
agama, demi kemajuan peradaban bangsa. Islam hadir sebagai penggerak peradaban,
yang mendorong transformasi sosial kearah tatanan kehidupan yang berperikemanusiaan
dan kedamaian. </span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria; mso-bidi-font-family: Garamond;"> Islam dan Realitas
Sosial</span></h2>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;">Secara teologis, Islam disamping
menjadi dasar keyakinan, juga memerankan dirinya sebagai sumber nilai yang
mutlak dan universal. Sebagai sebuah sumber nilai, Islam menjadi kerangka etis
dalam membangun realitas kehidupan masyarakat. Islam diyakini sebagai risalah atau
ajaran suci dari Tuhan yang bersifat <i>theo-centris</i>, sementara kehidupan
bermasyarakat merupakan bagian dari <i>antropo-centris </i>yang menitik
beratkan pada persoalan hubungan manusia antar sesama.</span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Antara Islam
dan kehidupan manusia tidaklah mungkin dipisahkan. Sebab, Islam merupakan sumber
nilai-nilai kebenaran hakiki yang mengajarkan tentang tatakrama dalam membangun
relasi humanitas dalam konteks pergumulan antar sesamanya.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn6" name="_ftnref6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span></span></span></a>
Islam harus mewarnai segala tindakan, ucapan dan perilaku pemeluknya, sehingga
terwujud keadaban dan kemuliaan baik untuk dirinya maupun sesamanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sebagai
makhluk sosial yang dibekali potensi religi (<i>fitrah</i>), manusia diharapkan
bisa bertindak netral dan bersikap objektif dalam segala hal. Sebagai <i>abdullah</i>
dan <i>khalifatullah</i>, seorang muslim seharusnya tidak membiarkan dirinya
berperilaku secara destruktif, melainkan harus menunjukkan citra dirinya
sebagai sosok <i>insan kamil</i> yang memiliki kesadaran moral dan etis yang
lahir dari spirit keimanan atau keyakinannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Oleh karenanya, iman adalah tonggak tertinggi dalam
diri manusia yang tidak akan mungkin terpisah dari amal perbuatannya. Amal
perbuatan yaitu cabang dari pohon iman. Makin banyak amal kebajikannya, maka
makin besar dan tinggi pohonnya. Makin kuat iman seseorang, makin banyak amal
saleh yang dikerjakannya. Gambaran tersebut seperti yang diilustrasikan Allah
Swt. sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: Cambria;">“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh
dan cabangnya (menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada setiap
musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat”</span></i><span style="font-family: Cambria;">
(QS. Ibrahim[14]:24-25)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Islam memberikan petunjuk kepada umatnya agar tugas
hidup di muka bumi ini laksana pohon yang punya akar kuat yang menghujam ke
tanah, rimbun daun dan buahnya bisa menjadi makanan bagi makhluk yang ada
disekitarnya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Seorang muslim harus
menjadi pohon lebat yang akarnya menunjam kuat. Artinya harus punya pondasi
iman yang kuat. Selain itu, juga rindang sehingga membuat siapa pun yang berinteraksi
dengan dirinya merasa teduh, nyaman, dan betah tanpa curiga. Islam harus diyakini
sekaligus diamalkan secara utuh, sehingga mampu membuahkan kemanfaatan,
kebajikan bagi semua makhluk disekitarnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyTextIndent3" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;">Islam sebagai dasar
keyakinan sekaligus sumber nilai diharapkan menjadi inspirasi, spirit bagi pemeluknya
agar selalu menegakkan kebajikan, keadilan, moralitas (<i>moral force</i>) dalam
semua urusan dimuka bumi ini. </span><span style="font-family: Cambria; mso-bidi-font-family: Garamond;">Seperti yang diungkapkan H.A.R. Gibb sebelumnya,
bahwa Islam sesungguhnya bukan hanya satu sistem teologi semata, tetapi ia
merupakan peradaban yang lengkap. Artinya, Gibb memandang dalam Islam terdapat perpaduan
(integritas) antara dimensi sakral (ilahiyah) dan profan (duniawi) merupakan
satu entitas utuh yang sulit dipisahkan. Sehingga antara yang profan dan yang
sakral tidak terdapat kepincangan atau kesenjangan baik dari segi pemahaman
maupun pengamalannya.</span></div>
<div class="MsoBodyTextIndent3" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria; mso-bidi-font-family: Garamond;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh M.
Natsir dan Sidi Gazalba, bahwa Islam meliputi semua aspek masyarakat dan
kebudayaan, serta menolak pengertian Islam sebagai agama dalam arti sempit,
maka sesungguhnya mereka lebih banyak berbicara tentang impian, daripada
bertitik tolak dari kenyataan yang terjadi disebagian besar bumi Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria; mso-bidi-font-family: Garamond;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Begitu
juga pendapat Ernest Gellner, bahwa dalam tradisi Islam terdapat jalinan kuat
antara spirit dan hukum keagamaan dengan wilayah sosial. </span><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Berbeda dengan agama Kristen, Islam tidak pernah padam dari suatu ideologi.
Bahkan Islam akan tidak pernah terpisah dari persoalan-persoalan sosial-budaya.
Karena itu, tidak perlu heran kalau Islam pernah mengukir sejarah dunia. Islam
telah mengalami kejayaan gemilang dan dirasakan sebagai warisan dan <i>blueprint
</i>sosial yang masih sangat mungkin dapat dihidupkan kembali pada zaman yang
berbeda.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Bertolak dari ketiga pandangan di
atas, kajian Islam (<i>Islamic studies</i>) saat ini yang harus dihadapi adalah
perumuskan metodologis guna melihat makna keagamaannya secara koheren. Sebab
jika tidak dilakukan, maka kajian Islam akan mengalami penurunan yang cenderung
mengabaikan makna keagamaannya itu sendiri. Amin Abdullah menyatakan bahwa
fenomena beragama bukanlah fenomena sederhana seperti yang biasa dibayangkan
orang lain. Karena sikap beragama membutuhkan kesadaran dan kemauan untuk
menerima suatu keberbedaan.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn7" name="_ftnref7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[7]</span></span></span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sikap
keberagamaan di Indonesia dalam kajian sosiologis, dapat dipetakan menjadi
beberapa tipologis. Komaruddin Hidayat di Majalah Ummat (1996) menggambarkan
bahwa ada lima tipologi sikap keberagamaan. <i>Pertama</i>, ekslusivisme
berpandangan bahwa sikap keberagamaan akan melahirkan pandangan bahwa ajaran
yang paling benar hanyalah agama yang dipeluknya. Agama lain sesat, sehingga
dipandang wajib dikikis atau pemeluknya terkutuk dalam pandangan Tuhan. <i>Kedua</i>,
sikap inklusivisme berpandangan bahwa di luar agama yang dipeluknya juga terdapat
kebenaran, meskipun tidak seutuh dan sesempurnya agama yang dianutnya. Di sini
masih didapatkan toleransi teologis dan iman. <i>Ketiga</i>, pluralisme, lebih
moderat lagi, berpandangan bahwa secara teologis pluralitas agama dipandang
sebagai suatu realitas niscaya yang masing-masing berdiri sejajar sehingga
semangat missionaris atau dakwah dianggap tidak relevan. <i>Keempat</i>,
eklektivisme, yaitu suatu sikap keberagamaan yang berusaha memilih dan
mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dipandang baik dan cocok untuk
dirinya sehingga format akhir dari sebuah agama menjadi semacam mosaik yang
bersifat eklektik. <i>Kelima</i>, universalisme, beranggapan bahwa pada
dasarnya semua agama adalah satu dan sama, hanya saja karena faktor
historis-antropologis maka agama lalu tampil dalam format formal.</span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"> </span></h4>
<h4 style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Islam dan Sosial
Budaya</span></h4>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Banyak para ahli, baik sarjana dalam negeri maupun luar negeri yang
menfokuskan kajiannya tentang Islam dan sosial budaya. Rata-rata pusat kajian
mereka menggunakan pendekatan atau sudut pandang sosio-antropologis. Salah satu
studi penelitian sosial-budaya yang paling menumental mengenai aspek
keberagamaan atau perilaku Islam di Indonesia adalah </span>Clifford<span style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;"> <span lang="SV">Geertz yang hingga saat ini masih menjadi primadona, sebagai
rujukan utama. Meskipun penelitian itu pada akhirnya juga akan terjadi sebuah
pergeseran dan keotentikan hasil, karena dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
yang jauh berbeda.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Seperti yang ditulis dalam <i>The Religion of Java</i>, Geertz membedakan
kebudayaan Jawa dalam tiga tipe; abangan, santri dan priyayi. Abangan, mewakili
suatu kelompok yang lebih menitik beratkan pada aspek animistik dari
sinkretisme Jawa dan secara luas dihubungkan dengan elemen petani. Santri,
mewakili suatu titik berat pada aspek Islam dari sinkretisme itu dan umumnya
dihubungkan dengan elemen dagang dan juga elemen tertentu di kalangan petani. Priyayi,
mewakili suatu kelompok yang lebih menekankan aspek-aspek Hindu dihubungkan
dengan elemen birokratik. <a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn8" name="_ftnref8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[8]</span></span></span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Ketiga varian tersebut adalah gambaran atau tafsiran subjektif peneliti yang
sangat dipengaruhi oleh situasional dan kondisi pada lokasi itu. Namun temuan
tersebut seolah-olah dapat ditranfer kesemua tempat di Indonesia dimana Islam
itu ada. Ketika Geertz membukukan hasil penelitiannya di Mojokuto (nama samaran
sebuah kota kecil, Pare di Jawa Timur) pada awal tahun 1950-an, ia mungkin
belum membayangkan bahwa akan terjadi perubahan kultural di kalangan abangan,
santri dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>priyayi.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Terlepas dari kritik yang banyak ditujukan
oleh ilmuwan sosial atas kategorisasi itu, sampai saat ini dalam analisis
ilmu-ilmu sosial trikotomi tersebut masih kerap digunakan, meskipun dengan
sikap yang berhati-hati. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Kritik sekaligus ingin mematahkan tesis Gertz
dilakukan banyak tokoh. Misalnya M. Bambang Pranowo, menyebutkan bahwa kelompok
abangan yang sarat akan mistiknya itu telah menerapkan prisip-prinsip Islam,
walaupun dengan cara melegitimasi melalui narasi-narasi atau bacaan-bacaan teks
kitab suci. Tetapi mereka (abangan) justru sangat lentur dan tak sering konflik
dalam kehidupan masyarakat. Hal ini berbeda dengan kelompok santri yang justru
lebih mudah memantik perbedaan dan percecokan.</span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Seperti halnya disinyalir para pengamat,
Indonesia saat ini terjadi peningkatan antusiasme dalam berislam yang ditandai
dengan semakin meningkatnya gairah dalam menjalankan Islam baik secara pribadi,
yaitu dengan semakin banyaknya orang yang mengunjungi tempat-tempat ibadah dan
juga penampakan identitas keislaman yang lebih jelas. Gejala-gejala yang
bersifat umum, misalnya banyaknya lembaga-lembaga keagamaan, munculnya banyak
penerbitan Islam dan meningkatnya intelektualitas umat. Situasi ini oleh
Esposito disebut sebagai "kebangkitan Islam" atau "aktivisme
Islam" dan oleh Azyumardi disebut sebagai intensitas santrinisasi. Secara
umum hal ini dapat diartikan sebagai tampilnya Islam sebagai kekuatan baru yang
diperhitungkan oleh kawan maupun lawan dalam segala aspek kehidupan.</span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Atas dasar tersebut, maka ada dua kemungkinan dalam hal ini, mereka yang
mengalami peningkatan antusiasme keagamaan adalah mereka yang semula masih
dalam kategori abangan kemudian berubah menjadi santri. Kemungkinan lain,
mereka sebelumnya sudah menjadi santri kemudian secara kualitatif
mengalami<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>peningkatan kembali kualitas
kesantriannya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Sejalan dengan kemungkinan yang pertama, dalam suatu kesempatan wawancara
dengan Islamika, Hefner mengatakan bahwa "peta kaum abangan sekarang
ini<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mulai berkurang, meskipun mulai<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dari Batu sampai Pare, boleh dikatakan masih tetap
ada orang-orang yang menyebut dirinya sebagai Kejawen". Semakin
menyusutnya jumlah abangan ini dijelaskan Hefner banyak penyebabnya, tetapi
mereka yang sedang mengalami proses transformasi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kultural ini selain yang terbesar menjadi
santri, ada juga yang masuk aliran kebatinan atau berbagai aliran kepercayaan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Kategori abangan dan santri juga dapat diletakkan dalam dua pendekatan,
yakni dari segi kualitas keagamaan dan stratifikasi sosial, atau sebagai
golongan sosio-religius dan sebagai kekuatan sosio-politik. Kategori ini juga
tidak bersifat statis, misalnya antara priyayi dan wong cilik karena adanya
mobilitas sosial maka mengalami pergeseran. Begitu juga dengan perbedaan antara
abangan dan santri tidak selalu bersifat antagonis, tetapi merupakan sekala
budaya dan pemahaman agama. Sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi transformasi
dan pergeseran baik wong cilik menjadi priyayi maupun abangan menjadi santri.
Seperti dikatakan Hefner, ada priyayi yang abangan dan yang santri, juga ada
abangan yang agak priyayi, santri agak priyayi dan sebaliknya.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn9" name="_ftnref9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[9]</span></span></span></span></a><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Tesis yang penting diajukan adalah mengapa terjadi transformasi kultural?
Atau mengapa abangan berubah menjadi santri? Jawaban tentatif tentu dapat
bermacam-macam, misalnya karena modernisasi, politik, pendidikan dan tidak
menutup kemungkinan adalah peran para elit Islam yang dengan semangat kuat
membimbing dan mengajak mereka untuk lebih taat dalam beragama. Ada beberapa
asumsi sebagai penyebab berubahnya kaum abangan menjadi santri. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Menurut Nurcholish Madjid maupun Daliar Noer di
atas dapat dirujuk pula dari kesimpulan beberapa pengamat Islam kontemporer,
misalnya Robert N. Bellah dan Ernest Gellner. Menurut Bellah yang dikutip
Madjid dari Beyond Belief, bahwa Islam menurut zaman dan tempatnya, adalah
sangat modern, bahkan terlalu modern sehingga gagal. Dan kegagalan itu disebabkan
karena tidak adanya prasarana sosial di Timur Tengah saat itu guna mendasari
penerimaan sepenuhnya ide modernitas Islam dan pelaksanaannya yang tepat.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn10" name="_ftnref10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[10]</span></span></span></span></a> </span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Selanjutnya Madjid menjelaskan, jika Islam sebuah modernitas, maka zaman modern
akan memberi kesempatan kepada orang-orang Islam untuk dapat melaksanakan
ajaran agamanya secara baik, dan menjadi modern dapat dipandang sebagai
penyiapan lebih jauh infrastruktur sosial guna melaksanakan ajaran Islam secara
sepenuhnya. Berarti pula, bahwa di zaman modern ini orang-orang Islam akan
dapat memahami ajaran agamanya dan menangkap makna ajaran agama itu sedemikian
rupa sehingga "api" Islam, atau spirit dan ruh atau subtansi ajaran
Islam dapat bersinar dan memebri kontribusi yang berarti dalam kehidupan Muslim
secara pribadi maupun dalam masyarakat secara luas.</span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Sedangkan Gellner, mengatakan bahwa para sosiolog yang telah lama akrab dan
sering membenarkan teori sekularisasi mengatakan bahwa dalam masyarakat
ilmiah-industri, iman dan amalan agama akan menurun.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn11" name="_ftnref11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[11]</span></span></span></span></a>
Banyak argumen yang dapat dikedepankan untuk memberi topangan intelektual atas
pandangan tersebut, dapat pula dalam hal ini dikedepankan bukti-bukti empiris.
Tetapi, harus ada pengecualian yang dramatis dan mecolok, yaitu Islam.
Menganggap sekularisasi telah melanda Islam tidaklah berlebihan. Namun anggapan
itu salah, sebab saat ini Islam tetap kuat seperti seabad yang lampau, bahkan
mungkin lebih kuat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sebagai agama, Islam dapat dilihat
sebagai gejala sosial-budaya. Atha Mudzhar menjelaskan bahwa agama dapat diteliti
kalau telah menjadi gejala budaya. Dalam perspektif ilmu sosial kajian budaya
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebab,
kajian budaya selalu unik yang hampir tidak pernah selesai dibahas dan diteliti
oleh manusia. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Paling tidak, gejala agama dapat
dilihat dari lima sudut. <i>Pertama</i>, berkenaan dengan teks-teks atau sumber
ajaran agama. <i>Kedua</i>, dilihat dari sikap dan prilaku para pemimpin dan
penganutnya. <i>Ketiga</i>, dilihat dari ritus-ritus, lembaga-lembaga dan
ibadat-ibadatnya. <i>Keempat</i>, alat-alat atau media peribadatan, dan <i>kelima</i>,
organisasi keagamaan sebagai sarana mereka berperan dan bertindak.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftn12" name="_ftnref12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="SV" style="font-family: Cambria; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[12]</span></span></span></span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Kuntowijoyo menjelaskan bahwa perubahan kebudayaan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu yang terjadi secara natural, disebut sebagai
"transformasi"; dan yang terjadi secara artifisial, atau dibuat
disebut sebagai "rekayasa". Transformasi bisa berkenaan dengan nilai,
bisa juga berkenaan dengan struktur. Transformasi dalam studi ini berkenaan
dengan nilai, yaitu agama yang dihayati oleh pemeluk-pemeluknya. Dalam hal ini
golongan abangan menunjukkan kecenderungan peningkatan kualitas dalam hal
keagamaannya dari sekadar muslim secara formal menjadi muslim secara
subtansial, atau spiritual.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Penutup</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Islam sebagai pandangan hidup manusia, menempatkan dua tujuan utama, yakni kesuksesan
di dunia dan di akhirat. Seperti kata Malinowski, agama (Islam) adalah "<i>wishful
thinking</i>", yaitu suatu harapan yang muncul karena manusia melihat
bahwa kehidupannya akhirnya akan berakhir dengan kematian. Ia tampaknya masih
memandang agama sebagai sesuatu yang memiliki nilai positif. Karena Islam dapat
menolong untuk mengatasi frustasi dan membantu mewujudkan persatuan sosial. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Islam menekankan dua aspek penting, yakni adanya hubungan dengan Allah (<i>hablum
minallah</i>) dan hubungan dengan sesama manusia (<i>hablum Minannas</i>)
secara integral. Keutuhan dan keseimbangan hubungan itu akan menjadikan
seseorang dapat bergaul dengan sangat luwes dan tidak sempit. Sebab keutuhan
Islam dibangun mulai dari sistem kepercayaan (<i>belief</i>), peribadatan (<i>ritual</i>),
masyarakat (<i>community</i>), lembaga atau kelembagaan (<i>institution</i>)
dan masalah pengalaman keagamaan (<i>religious</i> <i>experience</i>).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Islam menempatkan kitab suci sebagai petunjuk atau "suatu kekuatan
hidup yang tertinggi". Apa yang terlihat di dalamnya adalah suatu yang mampu
mengatasi segala kebutuhan makhluknya. Melalui kitab suci ini setiap muslim terdorong
untuk melakukan pengabdian, penghambaan dan bahkan pengorbanan untuk mewujudkan
kehidupan yang bermafaat bagi kemaslahatan ummat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Garamond;">Daftar Bacaan</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Abdullah,
M. Amin, <i>Studi Islam, Normativitas atau Historisitas.?</i> Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998.</span><span style="font-family: Cambria;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Ali, Fachry dan Bahtiar Effendy,
Merambah Jalan Baru Islam; Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia, Bandung:
Mizan, 1986.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Ali, Fachry, dalam Pengantar
Nurcholish, Madjid, <i>Dialog Keterbukaan, Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana
Sosial Politik Kontemporer</i>, Jakarta: Paramadina, 1998</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Aziz, M. Amin, <i>The Power
al-Fatihah</i>,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Cet. III, Jakarta: Pinbuk Press,
2008</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Azra, Azyumardi, Islam Indonesia:
Kontribusi pada Peradaban Global, <i>MAKALAH</i>, belum diterbitkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Geertz, Clifford.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i>The Religion of Java</i>. [terj]. Aswab
Mahasin. Jakarta:
Pustaka Jaya, 1983</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Gellener, Ernest, <i>Muslim Society,
</i>Combridge University Press Gellner, 1994</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Gibb, H.A.R. <i>Whither Islam, London: Victor Gollanez
Ltd., 1932. </i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Hefner, Robert W. <i>ICMI dan
Perjuangan Kelas Menengah Muslim Indonesia</i>,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994, hal. 59.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Hidayat, Komaruddin, <i>Tragedi Raja
Midas Moralitas Agama dan Krisis Modernitas</i>, Jakarta: Paramadina, 1998.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<i><span style="font-family: Cambria;">M. Natsir, Capita Selecta, I., </span></i><span style="font-family: Cambria;">Jakarta</span><span style="font-family: Cambria;">: Bulan Bintang, 1973.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Madjid,
Nurcholish, <i>Islam Doktrin dan Peradaban</i>, Jakarta: Paramadina, 1992.</span><span style="font-family: Cambria;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -42pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Mudzhar,
Atha, <i>Pendekatan Studi Islam, dalam Teori dan Praktek</i>, Yogayakarta:
Pustaka Pelajar, 1998.</span><span style="font-family: Cambria;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br clear="all" />
<hr size="1" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" width="33%" />
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 12pt; text-indent: -12pt;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></a>
Gibb, H.A.R. <i>Whither Islam, London:
Victor Gollanez Ltd., 1932. hal. 12. seperti yang dikutip M. Natsir, Capita
Selecta, I., (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), </i>hal. 15<i>.</i></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 12pt; text-indent: -12pt;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span></span></span></a>
Ali, Fachry, dalam Pengantar Nurcholish, Madjid, <i>Dialog Keterbukaan,
Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer</i>, (Jakarta:
Paramadina, 1998), hal. xlv-xlvi</div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 12pt; text-indent: -12pt;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span></span></span></a>
Aziz, M. Amin, <i>The Power al-Fatihah</i>,<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Cet. III, (Jakarta:
Pinbuk Press, 2008), Hal. xxviii.</div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 12pt; text-indent: -12pt;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span></span></span></a>
Lihat, Ali, Fachry dan Bahtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam; Rekonstruksi
Pemikiran Islam Indonesia,
(Bandung: Mizan, 1986) hal. 32.</div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 12pt; text-indent: -12pt;">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span></span></span></a>
Azra, Azyumardi, Islam Indonesia:
Kontribusi pada Peradaban Global, <i>MAKALAH</i>, belum diterbitkan..</div>
</div>
<div id="ftn6">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref6" name="_ftn6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span></span></span></a>
Hidayat, Komaruddin, <i>Tragedi Raja Midas Moralitas Agama dan Krisis
Modernitas</i>, (Jakarta: Paramadina, 1998), hal. 9. </div>
</div>
<div id="ftn7">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref7" name="_ftn7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[7]</span></span></span></span></a><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Abdullah, M. Amin, <i>Studi Islam,
Normativitas atau Historisitas.?</i> (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal.
23.</span></div>
</div>
<div id="ftn8">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref8" name="_ftn8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[8]</span></span></span></span></a>
Geertz, Clifford.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i>The Religion of
Java</i>. <span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">[terj]. Aswab Mahasin.
(Jakarta: Pustaka Jaya, </span>1983), hal. 8.</div>
</div>
<div id="ftn9">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref9" name="_ftn9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[9]</span></span></span></span></a>Hefner,
Robert W. <i>ICMI dan Perjuangan Kelas Menengah Muslim Indonesia</i>, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1994), hal. <span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">59.</span></div>
</div>
<div id="ftn10">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref10" name="_ftn10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[10]</span></span></span></span></a> <span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Madjid, Nurcholish, <i>Islam Doktrin dan
Peradaban</i>, (</span>Jakarta: Paramadina, 1992), hal. <span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">lxxiv.</span></div>
</div>
<div id="ftn11">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref11" name="_ftn11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[11]</span></span></span></span></a> Gellener,
Ernest, <i>Muslim Society, </i>(Combridge University Press Gellner, <span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">1994), hal. 16-17.</span></div>
</div>
<div id="ftn12">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3199925506919825277#_ftnref12" name="_ftn12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[12]</span></span></span></span></a> <span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Mudzhar</span><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">, Atha, <i>Pendekatan Studi Islam, dalam Teori dan
Praktek</i>, (Yogayakarta: Pustaka Pelajar,1998), hal</span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> 14.</span></div>
</div>
</div>
Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-78405263783092041812015-10-12T14:43:00.000+07:002015-10-12T14:43:20.208+07:00MEMBANGUN PENDIDIKAN TINGGI ISLAM BEREPUTASI DUNIA (Menggalang Prestasi dan Aksi UIN Maliki Malang Menuju World Class University) <!--[if !mso]>
<style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style>
<![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:shapedefaults v:ext="edit" spidmax="1076"/>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:shapelayout v:ext="edit">
<o:idmap v:ext="edit" data="1"/>
<o:rules v:ext="edit">
<o:r id="V:Rule1" type="connector" idref="#_s1070">
<o:proxy start="" idref="#_s1072" connectloc="0"/>
<o:proxy end="" idref="#_s1071" connectloc="2"/>
</o:r>
<o:r id="V:Rule2" type="connector" idref="#_s1069">
<o:proxy start="" idref="#_s1073" connectloc="0"/>
<o:proxy end="" idref="#_s1071" connectloc="2"/>
</o:r>
<o:r id="V:Rule3" type="connector" idref="#_s1068">
<o:proxy start="" idref="#_s1074" connectloc="0"/>
<o:proxy end="" idref="#_s1071" connectloc="2"/>
</o:r>
<o:r id="V:Rule4" type="connector" idref="#_s1067">
<o:proxy start="" idref="#_s1075" connectloc="0"/>
<o:proxy end="" idref="#_s1071" connectloc="2"/>
</o:r>
</o:rules>
</o:shapelayout></xml><![endif]--><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-fareast-font-family: Cambria;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span dir="LTR"><b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Sketsa
Awal: Prestasi dan Aksi</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Memasuki
usia satu dasawarsa (sepuluh tahun), sejak berubah status dari Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) pada 21 Juni 2004
lalu, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengalami lompatan historis yang sangat
ekspektatif di tengah arus persaingan perguruan tinggi di tanah air. Capaian
dan prestasi gemilang tersebut telah menggugah pikiran, membuka pandangan,
serta mengundang perhatian banyak kalangan, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sebagai perguruan tinggi Islam yang bermula sangat kecil
dan belum masuk perbincangan skala nasional, kini UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang memiliki kekuatan dan keunikan yang luar biasa. Sentuhan kepemimpinan
Imam Suprayogo selama empat periode berturut-turut atau enam belas tahun, mampu
memainkan peranan universitas ini menjadi referensi atau ”rujukan utama” bagi
semua pihak, tidak saja bagi perguruan tinggi Islam melainkan juga perguruan
tinggi umum dari segala penjuru dunia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kesuksesan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang itu bukanlah
sesuatu yang terjadi secara kebetulan dan takdir belaka, akan tetapi karena dibangun
atas tekad, spirit dan motivasi yang kuat untuk menjabarkan ”Islam yang
sesungguhnya”. Yaitu menjabarkan ajaran Islam yang mendorong umatnya, agar
menjadi umat yang unggul, terdepan dan berkontribusi bagi pembangunan peradaban
masyarakat, negara dan dunia yang bernilai tinggi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Alhasil, kini UIN Maliki Malang ditunjuk oleh Menteri
Agama RI bersama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk diproyeksikan menuju <i>World
Class University</i> (WCU). Amanah sekaligus kepercayaan itu adalah tantangan
baru yang harus dilewati dan dijawab dengan kerja sungguh-sungguh secara sistemik
dan penuh dedikatif oleh seluruh sivitas akademika. Seperti pada masa transisi
perubahan (transformasi) dari STAIN ke UIN, semua warga kampus harus ambil
bagian sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Semangat
juang, pengorbanan serta dedikasi selama ini yang telah ”mendarah daging”,
menyatu jiwa raga,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bagi semua warga
kampus sepertinya akan ”diuji kembali” demi tercapainya tujuan dan cita-cita
menjadikan universitas Islam negeri ini bereputasi dunia. Untuk menggapai keinginan
itu sebenarnya tidaklah ringan, akan tetapi sivitas akademika telah memiliki modal
historis, modal intelektual serta modal sosial yang luar biasa untuk memenuhi harapan
itu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Melalui
beberapa modal di atas, spirit untuk menjadikan UIN Maliki Malang sebagai
”kampus nomor 1” di dunia sepertinya mendapat titik terang. Kini sumber daya
manusia (SDM) yang dimiliki universitas jauh mengalami peningkatan secara signifikan,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sebagai modal intelektual, universitas
saat ini memiliki dosen yang bergelar doktor lebih dari 35 persen. Semakin
bertambahnya SDM yang berkelas itu, tentu dampaknya ialah detak jantung dan urat
nadi kampus akan bergerak secara normal. Kompas perjalanan dan kemajuan
universitas ini ke depan sangat ditentukan oleh SDM yang hebat dan unggul
dengan ditopang kearifan spiritual dan moral (akhlak).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Sementara
itu, modal sosialnya adalah universitas ini telah menjalin kerjasama dengan
berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri, baik berasal dari negara
tetangga (ASEAN), negara Timur Tengah maupun negara Barat. Selain itu,
universitas juga menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait, misalnya; <i>Islamic
Development Bank</i> (IDB), JICA, serta beberapa lembaga lainnya. Belum lagi
kepercayaan dari organisasi Islam dunia, organisasi Islam tanah air, serta para
ulama’ dania, para tokoh, para ahli dan para ilmuwan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Adapun yang tidak kalah penting untuk menjadikan jalan
mulus universitas ini menuju WCU adalah modal historis. Sejak sepuluh tahun
terakhir, kampus ini dikenal oleh ”orang luar” sebagai kampus yang ”serba bisa”
untuk mengubah dari yang tidak mungkin menjadi mungkin, dari yang tidak percaya
menjadi percaya dan begitu seterusnya. Melalui modal historis itulah
kebangkitan ”jilid dua” UIN Maliki Malang perlu disentuh dan dihidupkan
kembali. Kesuksesan historis universitas ini bukanlah kebetulan dan keajaiban
belaka, melainkan ada kobaran semangat, lembaran jiwa ikhlas (<i>altruistik</i>),
serta ketulusan hati dari para aktor, pelaku dan penggerak kemajuan kampus ini.
</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: SV;">GAMBAR 1: </span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span style="font-family: Cambria; font-size: 11.0pt; line-height: 150%;">TIGA MODAL UTAMA MENUJU
WORLD CLASS UNIVERSITY</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="mso-ignore: vglayout;">
</span></div>
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="8" width="95"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><img height="298" src="file:///C:\Users\PAI-FITK\AppData\Local\Temp\msohtml1\01\clip_image001.gif" width="358" /></td>
</tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Cambria;"> </span>
<br clear="ALL" style="mso-ignore: vglayout;" />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Melalui
tiga modal tersebut di atas, prestasi dan aksi menuju universitas bertaraf
internasional terbuka lebar. Kebangkitan UIN Maliki Malang ”jilid dua” ditentukan
peran-peran strategis dan taktis oleh semua pihak, baik dari pimpinan tertinggi
hingga pada lapisan paling bawah. Sesuai dengan slogan dan jargon pada saat <i>launching</i>
WCU yang digelar bersamaan dengan peringatan Hari Jadi Kementerian Agama RI ke-68
(3/1/2014), bahwa kampus ini memerlukan gerakan massif ”<i>one heart</i>”, ”<i>one
spirit</i>”, ”<i>one vision</i>”, dan ”<i>one</i> <i>teamwork</i>”. Energi dan
kekuatan sumber daya yang dimiliki universitas harus diorganisir, dikelola dan
diberdayakan secara optimal. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Cita-cita
menuju universitas bereputasi dunia merupakan tonggak penting sekaligus
menandai sejarah baru bagi kampus UIN Maliki Malang. Saatnya semua warga kampus
membuka lembaran baru agar konsentrasi dan fokus dalam menjalankan aksi dan
kreasi yang tepat sasaran dan tujuan. Kampus yang memiliki <i>trademark</i>
perpaduan antara perguruan tinggi dan ma’had aly, pusat sekaligus pelopor pembelajaran
bahasa asing (bilingual) bahasa Arab dan bahasa Inggris, serta pengakaderan
tahfidz al-Qur’an ini merupakan keunikan sekaligus <i>distingsi</i> (daya beda)
dari perguruan tinggi lain yang ada di dunia. Sebagai pijakan awal, barangkali keunggulan,
prestasi dan daya beda (distingsi) itulah sebagai pintu masuk menuju WCU. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-fareast-font-family: Cambria;"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span dir="LTR"><b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Ukuran
Tradisi Akademik Bertaraf Internasional</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Sejak berdiri
tahun 1960-an yang silam, tradisi akademik di kampus ini telah cukup dikenal oleh
kalangan luas, baik secara regional maupun nasional. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sekalipun berstatus cabang dari IAIN Sunan
Ampel Surabaya, perguruan tinggi ini memiliki reputasi yang sangat luar biasa.
Tidak sedikit para dosen IAIN/STAIN Malang telah melahirkan karya tulis, baik
berupa buku, modul, maupun diktat yang terbit dan digunakan sebagai bahan
referensi dan rujukan di pelbagai perguruan tinggi lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Tradisi akademik
melalui budaya menulis atau membuat karya tulis ilmiah itu sulit terbantahkan
di UIN Maliki Malang (d/h. IAIN/STAIN). Dari sekian jumlah dosen yang ada,
hampir semua dosen memiliki karya berupa buku <i>masterpis </i>(monumental)
sesuai bidang keahliannya masing-masing. Padahal, para dosen tersebut hidup di
era kegelapan, yang jauh berbeda dengan sekarang. Dulu, mereka berkarya saat
belum ada listrik, alat komputer, internet, Ipad dan segala bentuk kecanggihan
teknologi lainnya. Walaupun begitu, tanpa menyurutkan semangat dan mengurangi kreasi
mereka, tradisi dan spirit akademik tetap tumbuh dan berkembang secara luar
biasa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Hal lain yang menandai tradisi akademik yaitu
proses pembelajaran yang dilakukan para dosen dan mahasiswa. Para dosen
IAIN/STAIN, sekalipun mereka mengajar dengan cara dan metode seadanya,----
belum ada dukungan media elektronik modern seperti akhir-akhir ini,--- tetapi proses
pembelajaran itu berjalan dengan sangat mengesankan, dan dapat melahirkan lulusan
yang hebat dan handal. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Hasil
pembelajaran seolah-olah bukan ditentukan oleh seberapa canggih dan modernnya
alat dan media ajar, melainkan oleh ruh dan jiwa mengajar yang menyatu dan
melebur pada diri dosen. Model seperti itulah sesungguhnya kekuatan, kearifan
serta sebagai bentuk menandai kedalaman dan keluasan ilmu para dosen tempo dulu.
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Proses
pembelajaran yang dilaksanakan para dosen begitu disegani dan dihormati oleh
para mahasiswa. Proses penilaian kegiatan akademik juga berlangsung sangat
jujur dan terbuka, tidak ada budaya tawar menawar apalagi jual beli nilai
antara dosen dan mahasiswa. Tradisi pembelajaran yang berupa penilaian hasil
akhir akan kembali kepada <i>capability </i>(kemampuan) diri masing-masing
mahasiswa. Kalau dirinya tidak mampu dan tidak lulus, maka ia akan berusaha
belajar lebih giat lagi untuk mengulang ujian hingga sampai mendapatkan
predikat lulus. Kewibawaan akademik sangat terjaga dan menjadi sangat sakral bagi
semua orang yang belajar di perguruan tinggi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Gambaran dua hal di atas, antara budaya menulis dan
budaya proses pembelajaran adalah ciri khas tradisi akademik tingkat tinggi. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Empat paragraf sebelumnya, merupakan sebuah ”narasi
historis” betapa gigih dan kuatnya para dosen dalam menjaga dan menghormati
tradisi akademik. Mulai tahun 1960-an hingga 1990-an, menurut hemat penulis, adalah
era pertumbuhan menuju terwujudnya cita-cita menjadi Universitas Islam Negeri
(UIN). Sebelum berubah menjadi universitas, atau berlangsung lebih kurang 30-an
tahun, bibit-bibit peninggalan atau warisan tradisi akademik yang luar biasa tersebut
telah ditanamkan oleh para dosen pendahulu kita.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">GAMBAR 2:</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="height: 300px; left: 0px; margin-left: 72px; margin-top: 23px; mso-ignore: vglayout; position: absolute; width: 396px; z-index: 4;"><img alt="Cycle Diagram" height="300" src="file:///C:\Users\PAI-FITK\AppData\Local\Temp\msohtml1\01\clip_image002.gif" width="396" /></span><b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">GENERASI PERINTIS (MASA
PERTUMBUHAN) UIN MALIKI MALANG</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Seperti yang
telah dicontohkan para pendahulu (generasi perintis) di atas, kiranya patut
menjadi pelajaran dan bekal berharga bagi semua warga kampus untuk menggerakkan
jiwa, pikiran dan hati guna mencapai cita-cita WCU. Tradisi akademik adalah
iklim keilmuan yang harus dijunjung tinggi universitas. Keterpaduan visi-misi, dan
tujuan akademik yang dikembangkan oleh universitas itu kiranya perlu disadari dan
dijalankan secara bersama-sama, baik para dosen PNS, dosen BLU, maupun dosen
luar biasa. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Peran dan fungsi dosen sangat dibutuhkan dalam mengawal
tradisi akademik ini. Untuk menuju WCU tenaga pengajar (dosen) yang harus
dimiliki universitas yaitu tidak kurang dari 40 persen bergelar doktor, dari
jumlah dosen yang ada. Bagi UIN Maliki Malang, syarat ini tidaklah terlalu
sulit, karena hingga tahun 2014 ini para dosen yang bergelar doktor hampir
mendekati angka 40 persen. Belum lagi ditambah puluhan dosen yang tengah
menyelesaikan studi program doktor (S3) di berbagai perguruan tinggi, baik
dalam negeri maupun luar negeri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ciri tradisi akademik bertaraf internasional adalah adanya
publikasi internasional. Hingga saat ini, karya ilmiah dosen UIN Maliki Malang
masih tergolong minim, untuk tidak mengatakan hampir tidak ada. Perhatian dari
pimpinan bidang akademik perlu menstresingkan kembali (memfokuskan) lebih tajam
lagi untuk mendorong para dosen agar menulis, meneliti, dan mempublikasikan
melalui jurnal-jurnal dan proseding-proseding internasional. Kehebatan dan
kewibawaan dosen UIN Maliki Malang bukan saja ukurannya rajin mengajar di
kampus, namun akan dinilai seberapa besar sumbangsih pemikiran melalui
publikasi di media jurnal atau media lainnya yang bertaraf internasional.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Begitu juga
halnya dengan jurnal terakreditasi nasional dan internasional yang harus
dimiliki UIN Maliki Malang. Hingga awal tahun 2014, baru ada dua buah jurnal
yang terakreditasi nasional (jurnal el-Harakah dan Jurnal Lingua), sementara
jurnal terakreditasi internasional belum ada. Padahal, jurnal yang terbit di
kampus ini, baik dikelola ditingkat universitas, fakultas, dan jurusan jumlahnya
lebih dari 20 Jurnal. Media yang sangat strategis dan memiliki nilai sangat
tinggi ini perlu mendapat sentuhan dan perhatian para pimpinan yang ada sebagai
sarana publikasi karya ilmiah dosen.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Untuk mendukung para dosen UIN Maliki Malang agar memiliki
publikasi internasional, maka gerakan membaca, menulis, diskusi dan riset harus
dihidupkan ulang, baik di dalam kampus dan luar kampus. Budaya yang serba formalitas,
gugur kewajiban, serta memenuhi syarat aturan yang tidak sejalan dengan tradisi
akademik itu, harus diubah dan dikembangkan sesuai dengan tujuan dan haluan WCU
yang dicanangkan universitas. Banyak hasil riset para dosen UIN Maliki Malang yang
belum terpublikasikan. Padahal, hasil temuan riset merupakan ”genuinisasi
keilmuan” yang dihasilkan peneliti berdasarkan prosedur ilmiah yang sangat
dipertanggungjawabkan, yang semestinya patut disebarluaskan melalui media-media
nasional maupun internasional. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Selain itu, upaya yang perlu pikirkan adalah pendanaan riset
perlu ditingkatkan secara signifikan. Berdasarkan pengalaman beberapa kampus yang
berpredikat WCU, bahwa anggaran riset yang disediakan minimal US$ 1300/ dosen
per tahun. Melalui pendanaan yang cukup dan kompetitif, maka diharapkan para
dosen UIN Maliki Malang mampu melahirkan tradisi riset yang benar-benar unggul
dan pada akhirnya dapat ditransformasikan melalui publikasi media jurnal
terakreditasi baik tingkat nasional maupun internasional. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Riset yang
bermutu akan dijadikan sebagai pijakan pihak lain atau pengguna sebagai
terobosan baru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (<i>sciences</i>) dan teknologi
terapan (melahirkan produk baru). Melalui hasil riset yang berkualitas dan
bernilai tinggi itu kemudian dipatenkan pada lembaga hak paten dan akan menjadi
nilai tambah dan keunggulan luar biasa yang dimiliki universitas. Ukuran
universitas yang berkelas dunia, selain akan dilihat berapa banyak penelitian
yang dihasilkan juga yang lebih penting lagi adalah akan dinilai seberapa tinggi
dampak riset yang dihasilkannya bagi pengembangan peradaban dan kemajuan
masyarakat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sebagai ciri universitas berkelas dunia yaitu adanya
manajemen pengembangan ICT (<i>Information Communication Technology</i>) yang
handal untuk mendukung kegiatan-kegiatan akademik. Proses kegiatan pembelajaran
dosen dan mahasiswa saat ini tidak luput dari pendayagunaan ICT yang telah disediakan
universitas. ICT menjadi sarana akademik (<i>academic atmosphere</i>) yang
sangat urgen guna menumbuhkan budaya belajar, budaya membaca, alat komunikasi serta
menjadi alat yang memudahkan pencarian informasi, sumber belajar yang di akses
oleh dosen, mahasiswa, maupun seluruh staff akademik. Melalui ketersediaan ICT
yang modern dan handal, tentu akan menambah lingkungan akademik semakin nyaman,
<i>betah</i>, dan enjoy yang dinikmati oleh seluruh warga kampus. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Untuk mengembangkan manajemen ICT yang benar-benar unggul
dan berkualitas tinggi, sistem yang dibangun selain sebagai alat untuk pemograman
kartu rencana studi (KRS), pelayanan pendaftaran mahasiswa baru (MABA), pendaftaran
wisuda, media lelang barang/jasa (barjas), dan sebagai sarana informasi seputar
kampus, semestinya ICT harus memuat seluruh hasil temuan penelitian (<i>riset</i>)
dan karya ilmiah lainnya, baik berupa artikel, jurnal, buku dosen dan mahasiswa
yang dalam bentuk publikasi. ICT yang terintegrasi ke semua fakultas, lembaga dan
unit yang sangat mudah diakses oleh para pengguna. Sebagai ukuran perguruan
tinggi yang bertaraf WCU, kemudahan akses ICT yang perlu disediakan universitas
sekurang-kurangnya harus 10/KB per mahasiswa dan dosen.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Masih dalam mengukur tradisi akademik bertaraf internasional,
bahwa total populasi mahasiswa yang aktif kuliah, 40 persennya adalah mahasiswa
pascasarjana, program magister (S2) dan program doktor (S3). Selain itu, WCU
juga mensyaratkan sekalipun tidak wajib, bahwa sebutan universitas berkelas dunia
itu manakala jumlah mahasiswanya tidak kurang 20 persennya mahasiswa asing. Untuk
syarat ini sepertinya UIN Maliki Malang tidak terlalu sulit, sebab mahasiswa
pascasarjana terus mengalami peningkatan secara signifikan, hanya perlu
penambahan prodi-prodi baru untuk program studi yang belum ada. Sementara itu, mahasiswa
asing yang belajar di kampus ulul albab ini juga bertambah terus dan sekarang
telah melewati angka lebih dari 25 negara dari berbagai belahan dunia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Hal lain yang menandai ukuran kampus berkelas WCU adalah suburnya
penulisan buku. Tradisi akademik yang unggul akan selalu dilihat dari sisi
kuantitas dan kualitas buku yang dihasilkan para dosen. Buku yang ditulis para
dosen UIN Maliki Malang, bukan saja untuk bahan perkuliahan mahasiswanya sendiri,
tetapi dapat digunakan secara umum oleh semua dosen dan mahasiswa di manapun
mereka berada. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Buku yang
ditulis dosen UIN Maliki Malang tersebut diperbincangkan, dikutip dan dijadikan
acuan referensi orang lain. Untuk ukuran ini, UIN Maliki Malang agak bernafas
lega, karena beberapa tahun terakhir secara kuantitas buku-buku karya dosen yang
diterbitkan UIN-Maliki Press tidak kurang dari 60 judul buku per tahun. Untuk
skala nasional, UIN Maliki Malang termasuk salah satu universitas yang paling
subur dalam penulisan buku. Selain karya buku dosen yang terbit dalam kampus,
juga tidak sedikit karya buku dosen diterbitkan oleh berbagai penerbit luar. Kreativitas
dan produktivitas karya ilmiah berbentuk buku merupakan penanda kewibawaan
akademik kampus amat sangat terjaga.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">GAMBAR 3:</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">UKURAN TRADISI
AKADEMIK BERTARAF WCU</span></b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="height: 213px; left: -14px; mso-ignore: vglayout; position: relative; top: 12px; width: 568px; z-index: 3;"><img height="201" src="file:///C:\Users\PAI-FITK\AppData\Local\Temp\msohtml1\01\clip_image003.gif" width="568" /></span><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<br clear="ALL" style="mso-ignore: vglayout;" />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Berdasarkan
ukuran tradisi akademik yang bertaraf WCU di atas, maka semua pelaku yang ada
dalam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang harus kerja keras, disiplin dan sesuai <i>roadmap</i>
yang dikembangkan oleh universitas. Tidak pernah ada sejarah yang menunjukkan
bahwa lembaga pendidikan sukses dan berhasil itu langsung dimulai dari skala
yang tinggi, melainkan dimulai dari yang kecil, sederhana, dan urgen. Dan
tradisi sukses yang pernah diukir UIN Maliki Malang selama ini nampaknya telah teruji
oleh zaman.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-fareast-font-family: Cambria;"><span style="mso-list: Ignore;">C.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span dir="LTR"><b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Membangun
Mutu Kinerja (Integritas, Etika dan Kebersamaan)</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Pola kinerja
yang harus dibangun ke depan dalam rangka menuju <i>World Class University</i> (WCU)
adalah perlunya integritas, etika dan kebersamaan yang dimiliki oleh semua
aktor dan pelaku di UIN Maliki Malang. Dalam waktu yang relatif singkat,
universitas ini berhasil membangun sistem, budaya dan organisasi perguruan
tinggi yang kokoh. Nampaknya UIN Maliki Malang berhasil menerobos fenomena ini
dan menghasilkan fakta baru bahwa kampus ini tidak hanya berkompetisi tingkat
nasional tetapi merasuk tingkat dunia. Hal ini karena hadirnya integritas yang
tinggi dari semua warga sivitas akademika.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">UIN Maliki
Malang akan menjadi pertama kalinya masuk peringkat WCU ditengah percaturan
kompetisi perguruan tinggi Islam di Indonesia. Upaya ini sekaligus mematahkan dominasi
dan kekuatan kampus lain di era persaingan yang super ketat ini untuk menggapai
kemajuan dan keunggulan sebagai universitas terbaik di dunia. Nilai keyakinan
dan kepercayaan harus diusung dan dijadikan spirit dalam menggalang prestasi
dan aksi menuju WCU tersebut. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kunci sukses meraih impian WCU tersebut adalah
terbentuknya integritas mental semua warga kampus, baik kepribadian yang tampak
pada pola pikirnya, perilakunya maupun tindakannya. Integritas adalah
kesungguh-sungguhan (<i>sincerety</i>) atau dalam bahasa Jepang disebut ”makoto”.
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Menarik untuk kita kaitkan dengan
filosofi Jepang, bahwa sikap ”makoto” merupakan sikap yang menjunjung tinggi
kemurnian dalam batin dan motivasi. Nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam
”makoto” itulah yang menjadi kunci sukses Jepang menjadi ”negara nomor 1” di
Asia. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sebagaimana suksesnya Jepang, integritas dari
semua warga UIN Maliki Malang sangat diperlukan karena ingin mencetak ”kesuksesan
baru” yang membutuhkan pikiran besar, jiwa yang luas, hati yang tulus, dan
kesungguh-sungguhan yang luarbiasa. Sikap integritas secara otomatis menolak
adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi dirinya sendiri, kelompok dan
berjangka sesaat. Sikap integritas juga tidak menyukai cara berpikir dan
berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis. Melainkan sikap integritas ialah
sesuatu tindakan yang diperbuat oleh seseorang dengan penuh kejujuran dan
kesungguh-sungguhan untuk memberikan pelayanan yang terbaik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Bagi orang
yang memiliki integritas, dirinya akan tahan uji dan tahan cobaan. Integritas
bukanlah ciri orang yang suka mengeluh, menuntut dan bahkan melemahkan
cita-cita yang sedang dibangun dan direncanakan oleh lembaga. Untuk memajukan UIN
Maliki Malang ke depan, kita membutuhkan sosok yang berani, jujur, tanggungjawab
dan pantang menyerah. Universitas ini harus dihuni sosok/figur pegawai yang berjiwa
besar, pemikir sekaligus pekerja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Jika kita maknai dari perspektif sosio-teologis, sikap
kesungguh-sungguhan (integritas) merupakan buah dari ”keimanan” seseorang dalam
menjalankan ajaran agama. Islam mengenalkan doktrin tentang ”<i>mujahadah</i>”,
yang artinya adalah kesungguh-sungguhan. Sikap seperti ini ialah kesempunaan
hidup. Oleh karena itu, profesi apapun adalah penting. Jadi, tidak hanya
rektor, para wakil rektor, dekan dan wakil dekan itu penting, tetapi juga
pekerjaan tukang sapu, satpam dan seterusnya adalah penting. Semua pelaku (pegawai)
menjadi penting, demikian halnya semua pekerjaan sama pentingnya, sehingga yang
menjadi ukuran bagi seseorang bukanlah pekerjaan apa yang dilakukan, tetapi
bagaimana ia melakukan pekerjaan itu. Apakah ia dengan kesungguh-sungguhan atau
tidak melakukan pekerjaannya tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dalam sebuah <i>mahfudhat</i> (ungkapan) disebutkan bahwa
<i>”man jadda wajada” </i>(barangsiapa bersungguh-sungguh, maka ia akan sukses)
adalah tepat untuk menggambarkan sikap integritas yang kita maksud. UIN Maliki
Malang tidak membutuhkan sikap yang setengah-setengah, apalagi sikap
antagonistik, melainkan yang diperlukan adalah totalitas dan loyalitas. Untuk
mendorong kemajuan kampus harus dibangun di atas pondasi niat, kemauan kerja
keras dan kesungguh-sungguhan yang mendalam. Dari beberapa uraian paragraf di
atas, dapat kita rangkum dengan satu kata yang indah, ialah integritas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sementara itu, perjalanan UIN Maliki Malang ke depan
selain bermodalkan integritas, juga berbekalkan etika (akhlak) yang tinggi. Secara
semantik, antara integritas dan etika memang sulit dipisahkan. Integritas
berbuah etos (semangat/motivasi), sementara etika berbuah etik (tampilan/ perilaku).
Sebagai universitas berkelas dunia, kita akan diikat oleh nilai-nilai etika
universal yang berlaku dalam pergaulan lokal, regional maupun global. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dalam arus globalisasi sekarang ini etika tingkat tinggi
(<i>high</i> <i>moral</i> dan <i>high dignity</i>) harus menjadi acuan semua orang
dalam menjalankan pekerjaannya, terutama etika akademik (<i>moral academic</i>).
Seorang pendidik (dosen) misalnya, harus bertindak secara objektif, ilmiah,
serta sesuai norma-norma etik dalam kegiatan keilmuan. Tidak sedikit para dosen
dibeberapa kampus lain terjerumus plagiasi (penjiplakan) karya orang lain, yang
merupakan pelanggaran berat etika akademik. Sikap kejujuran dan keobjektifan
harus dijaga dan dijunjung tinggi oleh semua dosen. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sikap ilmiah harus dibarengi dengan etika yang baik.
Sebab tidak sedikit para ilmuan, termasuk pendidik/dosen, melakukan riset-riset
pengembangan kebijakan yang terkadang hasilnya bertentangan dengan kebenaran objektif,
hanya karena ada titipan pesan sponsor tertentu. Kebenaran ilmiah harus
ditopang dengan etika yang kuat. Dalam level internasional, etika harus
menjunjung kejujuran dan kebenaran secara universal, bukan mementingkan
kepentingan lembaga tertentu, apalagi perseorangan. Etika akademik adalah ”martabat
universitas” dalam upaya menyambung dan menyumbangkan nilai kontribusi positif
bagi pembangunan masyarakat, bangsa dan dunia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dalam proses pembelajaran misalnya, apakah seorang dosen
mampu menjunjung tinggi kejujuran dibidang keilmuan yang ditekuninya. Seorang
dosen tidak boleh melakukan <i>illegal teaching </i>atau<i> illegal learning, </i>melalui
cara duplikasi dan replikasi ilmu yang diperoleh dengan cara tidak jujur dan
tidak objektif. Etika menjadikan patokan bersama, supaya kita berhati-hati
dalam menjalankan tugas dan pekerjaan. Universitas-universitas besar di dunia,
selalu menumpahkan perhatiannya agar semua pegawai memiliki etika yang baik,
dan dijadikan sebagai pijakan sebelum berbuat dan bertindak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Begitu pentingnya etika (akhlak), UIN Maliki Malang menjadikan
pilar tersebut sebagai salah satu pilar utama yang dikembangkan dan menjadi
tujuan bersama, selain pilar kedalaman spiritual, keluasan ilmu dan kematangan
profesional. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Etika yang dibangun oleh UIN
Maliki Malang adalah kepribadian yang utuh, kepribadian yang digali dari
nilai-nilai keyakinan dan kitab suci (al-Qur’an dan Hadis). Melalui etika yang
tinggi, diharapkan semua penghuni universitas (dosen, karyawan dan mahasiswa)
dapat menampilkan dirinya sebagai sosok yang berperilaku dan bertindak alim,
arif dan bijaksana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Adapun
yang tidak kalah penting dalam mengembangkan UIN Maliki Malang menuju WCU
adalah membangun sikap kebersamaan. Kata ”kebersamaan” berasal dari kata sama,
yaitu menunjuk sebuah arti keterpaduan, kesepahaman dan kesaudaraan dari setiap
diri yang berbeda-beda untuk mencapai sebuah tujuan dan cita-cita bersama. Kebersamaan
adalah kunci kesuksesan dalam memajukan UIN Maliki Malang selama ini, tidak
terkecuali juga untuk meraih reputasi skala internasional.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sikap kebersamaan merupakan energi yang dibutuhkan dalam
mengembangkan sistem organisasi dan tatakelola UIN Maliki Malang yang akan kita
bangun secara profesional. Sikap kebersamaan membuat lingkungan kerja menjadi
nyaman dan saling percaya. Posisi satu dengan posisi lainnya saling melengkapi
dan menopang kinerja masing-masing. Kebersamaan membuat seseorang bekerja tanpa
rasa curiga, prasangka dan beban. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sistem kinerja yang perlu kita bangun dalam mengembangkan
UIN Maliki Malang menuju WCU ialah menempatkan dan menghargai orang sesuai
dengan tingkat kemampuan dan dedikasinya, bukan berdasarkan kesukaan dan sektarianisme.
Melalui sikap kebersamaan itu, kita dapat melepaskan diri dari ego sektoral dan
komunal masing-masing. Kebersamaan senantiasa berpikir untuk membahagiakan
orang lain, bukan untuk mengintimidasi dan mendiskriminasi orang lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ciri kebersamaan ialah kita merasa bahagia manakala kita
membuat orang lain sukses atau bahagia. Membahagiakan orang lain merupakan ruh
terpenting dalam semua agama. Bahkan, dalam Islam karakter ini sebagai salah
satu ciri utama keimanan. Seperti dalam hadis dijelaskan; ”<i>Tidak beriman
seorang di antara kalian hingga ia mencintai bagi saudaranya apa yang ia cintai
bagi dirinya sendiri</i>” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Baihaqi). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sebagai ciri universitas berkelas dunia, kebersamaan akan
sangat menentukan, bahkan sebagai kekuatan (<i>power</i>). Kita harus terbuka
dan menerima pendapat lintas batas dari mana saja sumbernya asalkan mengandung
kebenaran dan manfaat, tanpa harus melihat tentang siapa asal muasal sumbernya,
sekalipun itu penting. Sebagai kode etik universal, ada sebuah pepatah yang
menyatakan sebagai berikut: (a) kita harus memperlakukan orang lain sesuai
dengan bagaimana orang lain untuk memperlakukan diri kita; (b) perlakukan orang
lain seperti kita ingin diperlakukan; (c) kita seharusnya tidak memperlakukan
orang lain dengan cara yang tidak ingin kita diperlakukan seperti itu; dan (d)
jangan memperlakukan orang lain, dengan cara kita tidak ingin diperlakukan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kebersamaan memerlukan hati mulia dan jiwa besar. </span><span style="font-family: Cambria;">Orang yang berjiwa besar dan mulia disebut sebagai <i>the
great people. </i>Yaitu manusia pilihan yang bersedia berjuang dan berkorban
untuk kepentingan bersama, berjuang demi kebahagiaan dan kesuksesan bersama,
mengutamakan kepentingan orang banyak ketimbang kepentingan diri sendiri,
memberikan energi positif dan manfaat di manapun ditempatkan, serta sebagai
perjalanan diri yang teguh dan konsisten. UIN Maliki Malang harus menjadi tenda
besar untuk melahirkan manusia besar (<i>great people</i>), serta menjadi
miniatur peradaban Islam terkemuka di dunia. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Sesuai dengan slogan
UIN Maliki Malang, kebersamaan terbangun atas kesatuan hati, spirit, visi dan
tim kerja. Jargon tersebut maknanya sangat mulia dan sangat dalam. Kebersamaan
yang dibangun atas kerendahan hati (egaliter), tidak ambisius, memiliki
integritas akan membuahkan energi positif bagi semua warga dan seluruh sivitas
akademika. Sikap kebersamaan adalah sikap utama yang harus diteladankan UIN
Maliki Malang kepada semua pihak, khususnya bagi perguruan tinggi Islam di
tanah air. Tidak sedikit kampus Islam sulit berkembang dan maju, karena dilanda
konflik di dalam kampus itu sendiri. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">GAMBAR 4:</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="height: 287px; left: 0px; margin-left: 79px; margin-top: 23px; mso-ignore: vglayout; position: absolute; width: 382px; z-index: 2;"><img height="287" src="file:///C:\Users\PAI-FITK\AppData\Local\Temp\msohtml1\01\clip_image004.gif" width="382" /></span><b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">MUTU KINERJA UIN
MALIKI MALANG MENUJU WCU </span></b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Melalui
ilustrasi gambar di atas, maka pola kinerja para pegawai UIN Maliki Malang harus
berlandaskan pada nilai-nilai pokok utama, yaitu integritas, etika dan
kebersamaan. </span><span lang="FI" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: FI;">Tiga kekuatan tersebut diharapkan mampu mengawal dan melapangkan proses
universitas yang baru saja meraih akreditasi institusi ”A” dari Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) ini menuju <i>world class university.</i>
Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai ketiga hal pokok dimaksud diangankan mampu
menginspirasi dan menggugah seluruh warga kampus agar terus menjalankan tanggungjawab
dan dedikasi (perjuangan dan pengorbanan) yang tinggi dengan penuh kelapangan hati
dan kesadaran jiwa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span lang="FI" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b><span style="font-family: Cambria; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-fareast-font-family: Cambria;"><span style="mso-list: Ignore;">D.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span></b><span dir="LTR"><b><span style="font-family: Cambria;">Kontribusi dan Layanan (<i>contribution and service</i>)</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: Cambria;">Peran global perguruan tinggi Islam,
salah satunya UIN Maliki Malang, dalam merespon tuntutan modernisasi masyarakat
sangat dinanti dan dibutuhkan oleh semua orang. Gagasan WCU sebenarnya lebih
pada memberikan perhatian ”nilai kontribusi” sesuatu yang nyata untuk kebaikan demi
kelangsungan kehidupan manusia di dunia yang lebih baik. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pemikiran
pokok mengenai reputasi universitas berkelas WCU, sebetulnya bukanlah sekadar
sebagai “gagah-gagahan”, atau “mewah-mewahan” melainkan berbicara sumbangsih
peradaban nyata bagi kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, kampus yang
menyandang WCU adalah kampus yang mapan, baik secara kelembagaan maupun secara pendanaan
untuk pengelolaan universitasnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kontribusi
nyata (riil) adalah ukuran universitas berkelas dunia. Sebagai ilustrasi misalnya,
universitas <span class="c6gzn1qoblr">Harvard University</span>, Oxford
University, dan <span class="c6gzn1qoblr">Cambridge University</span>,
sesungguhnya kampus tersebut berdiri tidak dirancang untuk menjadi <em><span style="font-family: Cambria;">WCU, </span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;">tetapi</span></em><em><span style="font-family: Cambria;"> </span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;">dengan sendirinya sebagai
universitas besar (WCU), karena nilai kontribusinya luar biasa. UIN Maliki
Malang akan menyusul daftar urutan berikutnya dengan catatan harus memberikan
kontribusi nyata bagi pembangunan pusat peradaban negeri dan dunia. </span></em></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;">Untuk menjadi
universitas yang memiliki kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu, teknologi
dan seni harus dimulai dari membangun </span></em><em><span style="font-family: Cambria;">mindset</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;"> para dosen dan seluruh aktor lainnya. Nilai kontribusi dapat dilihat dari
jumlah dan bobot riset (penelitian) yang dihasilkan, kualitas buku yang
diterbitkan, jurnal-jurnal yang bermutu, bentuk-bentuk binaan sosial
(pengabdian masyarakat) yang diberikan univeritas kepada masyarakat.</span></em></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Inovasi
dan kreasi yang dilakukan oleh para dosen, baik berupa pikiran, temuan
penelitian serta terapan bidang ilmu tertentu kepada masyarakat merupakan
kontribusi nyata. UIN Maliki Malang mengabdi untuk kemajuan bangsa dan dunia,
melalui sumbangsih gagasan, ide-ide fantastis serta aksi nyata yang dirasakan
bagi masyarakat luas.</span></em></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Selain
tuntutan peran dan kontribusi universitas bagi kemajuan peradaban manusia, hal
lain yang tidak kalah penting untuk dipersiapkan menuju </span></em><em><span style="font-family: Cambria;">world class university</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;"> ialah pelayanan (</span></em><em><span style="font-family: Cambria;">service</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;">). Pelayanan prima (</span></em><em><span style="font-family: Cambria;">excellent service</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;">) adalah ukuran yang
menggambarkan keseluruhan jiwa (ruh) bahwa universitas itu pertanda baik. Sistem
pelayanan di lembaga resmi, seperti universitas misalnya, memang berbeda dengan
sebuah perusahaan, sebab universitas lebih kompleks dan luas cakupannya. Walapun
begitu, bukanlah sesuatu yang tepat untuk kita jadikan sebagai </span></em><em><span style="font-family: Cambria;">alibi</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;"> (alasan) untuk berkelit dan menghindar dari upaya
memberikan nilai </span></em><em><span style="font-family: Cambria;">excellent service
</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;">kepada semua
pelanggan, yaitu mahasiswa, mitra kerjasama, tamu pengunjung (</span></em><em><span style="font-family: Cambria;">visitor</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;">), </span></em><em><span style="font-family: Cambria;">stakeholders</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;">, hingga orang tua atau wali
mahasiswa</span></em><em><span style="font-family: Cambria;">.</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;"></span></em></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dalam
era modern seperti sekarang ini, </span></em><em><span style="font-family: Cambria;">service</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;"> memainkan peran yang sangat
penting. Melalui </span></em><em><span style="font-family: Cambria;">service</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;"> yang tepat kepada mereka, tentu
akan membuat mereka menjadi “pelanggan” yang loyal dan yakin. Bahkan tak jarang
berkat </span></em><em><span style="font-family: Cambria;">service</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;"> (layanan) yang baik dan berkualitas,
mereka menjadi “pembela institusi” kita, semisal membantu proses promosi dan memberikan
citra positif kepada siapa saja.</span></em></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Untuk
menggapai impian menuju WCU, UIN Maliki Malang harus belajar dan mengambil
impirasi dari sistem “perusahan besar” dunia yang mapan dan berkelas, misalnya
perusahan maskapai penerbangan, perusahan otomotif, perusahan telekomunikasi,
dan sebagainya. Dari sistem pelayanan yang diberikan oleh macam-macam perusahan
tersebut banyak hal yang dapat kita tiru sebagai inspirasi baru untuk kita dikembangkan
dalam pelayanan di universitas.</span></em><span style="font-family: Cambria;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sebagai
upaya melihat kembali posisi UIN Maliki Malang menuju tangga universitas
berkelas WCU, <i>service</i> merupakan solusi sekaligus kebutuhan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mendasar yang sulit diabaikan. Apakah standar
akademik (<i>academic standard</i>) yang kita rancang dan terapkan itu sudah
sesuai dengan kebutuhan dan selaras dengan zaman? Layanan bukan hanya sekadar
memberikan dengan cara terbaik, namun lebih dari itu adalah menawarkan solusi
untuk membantu mengurangi permasalahan yang dihadapi oleh manusia. <span style="color: red;"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><i>Service
</i>merupakan nilai tambah. Sebuah nilai yang terus menerus diberikan kepada pelanggan
tanpa kita pikirkan kapan dampaknya akan kembali pada lembaga. Dengan
memberikan pelayanan memuaskan kepada seluruh sivitas akademika, tamu
pengunjung serta mitra kerjasama, otomatis universitas akan menciptakan <i>positioning</i>
yang kuat dibenak mereka sebagai tempat tujuan yang menyenangkan dan memuaskan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Perjalanan
selama sepuluh tahun menyandang status UIN Maliki Malang, sangatlah penting sebagai
pengalaman/pelajaran berharga untuk menentukan bentuk pelayanan yang
benar-benar bernilai tinggi. UIN Maliki Malang dikenal sebagai kampus yang
“sering tak terduga” dalam memberikan layanan. Jadi, ketika orang berkunjung ke
UIN Maliki Malang, yang sekiranya mempersepsi biasa-biasa saja, ternyata di
luar “dugaan” mereka, bahwa layanan yang kita berikan jauh lebih baik dari yang
mereka impikan sebelumnya. Layanan semacam itu menciptakan sebuah pengalaman (<i>experience</i>)
yang tak terlupakan kepada orang lain, dan menjadi nilai tambah berupa <i>emotional
benefit</i> (manfaat emosional) dan <i>functional benefit </i>(manfaat
fungsional). Itulah sebabnya, mengapa beberapa tamu pengunjung, merasa
“ketagihan” untuk datang kembali ke kampus hingga berulang-ulang kali, karena
bentuk layanan yang mengesankan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sejalan
dengan nilai-nilai yang dikembangkan UIN Maliki Malang, bahwa melayani harus
melibatkan hati. Pelayanan dengan menggunakan hati akan berdampak pada kualitas
layanan. Kita bekerja bukan sekadar menjalankan tugas dan kewajiban sebagai
pegawai, melainkan lebih dari itu ialah kerja merupakan panggilan hati,
panggilan jiwa dan panggilan hidup. Layanan berstandar tinggi akan menjadi
kharisma tersendiri, yang memperlakukan mereka sangat dihormati, dihargai dan
“di-orangkan”. Upaya seperti inilah cara-cara “berinvestasi” berjangka panjang.
Sekaligus menjadi “kekuatan siluman” yang bakal medorong kemajuan universitas ke
depan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Secara
umum, tolak ukur WCU adalah menekankan pentingnya <i>excellent</i> secara
totalitas yang terjadi dalam kehidupan perguruan tinggi, khususnya dalam hal
riset dan teaching. Dalam hal <i>teaching</i> misalnya, seorang tenaga pendidik
(dosen) harus memberikan layanan yang berkualitas kepada mahasiswa. Perkuliahan
yang menyenangkan, ramah, empati, dan materi yang sampaikan berbobot dan mudah
dipahami oleh para mahasiswa. Sehingga, para mahasiswa begitu terkesan, dan
apabila mereka tidak masuk, dirinya akan merasa menyesal dan merugi, sebab
tidak dapat mengikuti perkuliahan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Universitas sebagai lembaga yang
bergerak di bidang jasa (pendidikan), maka sesuatu yang patut kita jaga dalam
memberikan layanan antara lain; (a) <i>reliability, </i>yakni<i> </i>kita harus
memenuhi semua janji atau harapan yang pernah kita tawarkan kepada orang lain,
(b) <i>responsiveness</i>, yaitu kemampuan untuk menyikapi adanya tuntutan
perubahan dan perkembangan, seperti perubahan kurikulum, perubahan sosial dan
budaya, kebijakan pemerintah, kebutuhan pasar atau permintaan stakeholders,
serta lainnya. (c) <i>emphaty</i>, ialah upaya memahami orang lain secara
mendalam dan memperlakukannya secara baik. Layanan bersifat empati pada
ujungnya adalah “tabungan” yang <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berbuah
“<i>credit-point</i>” (membuat orang lain puas) ataukah “<i>debit-point</i>”
(membuat orang lain kecewa). </span><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">(d) <i>tangible</i>, menjaga penampilan fisik secara
elegan, menarik, dan mengesankan orang. Orang akan mudah menilai dari performa
luar terlebih dahulu, kemudian akan merasakan performa dari dalam (<i>intangible</i>).
Tampilan fisik kampus sangat mudah dipersepsi orang lain, dengan cara menafsirkan
keseluruhan sistem yang ada di dalamnya. Misalnya, soal kebersihan, keindahan
lingkungan, menyediakan <i>eco green</i> (lingkungan yang hijau), keramahan
para penghuninya, dan seterusnya.</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: Cambria;">GAMBAR 5:</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span style="font-family: Cambria;">NILAI-NILAI <i>EXCELLENT SERVICE </i>YANG HARUS
DIKEMBANGKAN</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="mso-ignore: vglayout;">
</span></div>
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td height="15" width="11"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td><br /></td>
<td><img alt="Organization Chart" height="96" src="file:///C:\Users\PAI-FITK\AppData\Local\Temp\msohtml1\01\clip_image005.gif" width="546" /></td>
</tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Cambria;"> </span>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<br clear="ALL" style="mso-ignore: vglayout;" />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Berdasarkan
gambar di atas, makna <i>service</i> (layanan) bukan sebatas layanan biasa,
melainkan bagaimana kita dapat bertindak sesuai dengan janji yang kita tawarkan
(visi, misi dan tujuan), bergerak cepat dan tepat dalam merespon perubahan dan
pekembangan zaman, menciptakan <i>memorable experience</i> pada semua orang, sehingga
mereka ketagihan dan kecanduan untuk datang kembali, serta menjaga performa
lahir (<i>tangible</i>) sekaligus batin (<i>intangible</i>) secara konsisten,
arif, bijak, secara terus menerus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Cambria;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span style="font-family: Cambria; font-size: 6.0pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-fareast-font-family: Cambria;"><span style="mso-list: Ignore;">E.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><span dir="LTR"><b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Penutup</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Dari
uraian di atas dapat kita tegaskan bahwa membangun pendidikan tinggi Islam bereputasi
dunia memerlukan aksi nyata melalui langkah-langkah strategik, sistemik dan
holistik dari semua pelaku dan aktor dalam institusi UIN Maliki Malang.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Melalui tulisan ini, ada empat hal yang dapat
penulis simpulkan sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<i><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Pertama</span></i><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">, sebagai ruh (jiwa)
dan jati diri UIN Maliki Malang, paling tidak untuk memasuki pintu WCU, terdapat
tiga modal utama, adalah (a) modal intelektual, yaitu bertambahnya kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualifikasi tinggi, (b) modal
sosial, melalui mitra kerjasama, kepercayaan baik dari lembaga maupun personal;
dan (c) modal historis, adanya spirit, semangat, motivasi yang kuat untuk
menentukan perubahan dan kemajuan universitas dari para aktor dan pelaku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<i><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Kedua</span></i><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">, tradisi akademik
bertaraf internasional meliputi beberapa syarat, antara lain: (a) Dosen yang
dimiliki perguruan tinggi minimal 40 persen bergelar doktor; (b) Kuantitas dan
kualitas publikasi internasional karya ilmiah dosen; (c) pendanaan yang cukup
untuk pengembangan riset-riset unggul dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berkualitas bagi dosen, sekurang-kurangnya US</span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">$</span><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"> 1300/dosen per tahun; (d) adanya dukungan
manajemen pengembangan ICT (<i>information communication technology</i>) yang
modern, minimal 10 KB/ mahasiswa; (e) proporsi mahasiswa pascasarjana sekurangnya
40 persen dari populasi mahasiswa; (f) mahasiswa asing (manca negara) yang kuliah
di universitas itu tidak kurang dari 20 persen; dan (g) tumbuhnya budaya
menulis karya ilmiah bagi dosen melalui publikasi buku (<i>paperless</i>)
maupun e-book (<i>electronic book</i>) yang dapat dijadikan sebagai rujukan
bagi semua kalangan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><i>Ketiga</i>, langkah nyata UIN Maliki Malang menuju WCU
memerlukan pola kinerja yang unggul yaitu: (a) pentingnya integritas bagi
seluruh pegawai, ialah kesungguh-sungguhan, kejujuran, semangat/motivasi
tinggi, dan kerja keras; (b) adanya etika yang menjadi acuan bersama agar
dapat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berperilaku luhur, objektif,
ilmiah, profesional serta dapat menjaga nama baik pribadi maupun lembaga; (c) adanya
sikap kebersamaan dan kerja kolektif yang secara massif untuk berbuat yang
seoptimal mungkin. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<i><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Keempat</span></i><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">, dampak atau efek
dari cita-cita UIN Maliki Malang ingin menggapai WCU harus memperbesar porsi
dua hal pokok, yakni: (a) peran dan kontribusi, melalui temuan-temuan riset
ilmiah, memperbanyak penulisan karya ilmiah di jurnal nasional dan
internasional, serta sumbangsih pengabdian nyata untuk memajukan tatanan kehidupan
sosial yang lebih baik, dan (b) memberikan <i>excellent service </i>(layanan
prima) kepada semua pelanggan, meliputi <em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;">mahasiswa, mitra kerjasama, tamu pengunjung (</span></em><em><span style="font-family: Cambria;">visitor</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;">), </span></em><em><span style="font-family: Cambria;">stakeholders</span></em><em><span style="font-family: Cambria; font-style: normal;">, wali mahasiswa maupun
masyarakat sekitar. </span></em></span></div>
<em><span lang="SV" style="font-family: Cambria; font-style: normal; mso-ansi-language: SV;">*) Mujtahid,</span></em><b><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"> </span></b><i><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Dosen Tetap Jurusan
PAI-FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang</span></i><br />
<span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;"></span><br />Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-82367401235860802272014-11-04T16:04:00.004+07:002014-11-04T16:05:27.792+07:00Dzikir Mengasah Kesadaran Nurani<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<h1 style="margin-left: 74.8pt; tab-stops: 65.45pt; text-indent: -74.8pt;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; font-style: normal;">Judul Buku<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: </span><span lang="SV" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; font-style: normal; mso-ansi-language: SV;">Zikrullah;
Urgensinya dalam Kehidupan</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; font-style: normal;"></span></span></h1>
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11.0pt;">Penulis<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt;"> Usman Said Sarqawi<span style="color: black;"></span></span>
<br />
<div align="left" class="MsoBodyText2" style="tab-stops: 65.45pt; text-align: left; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11.0pt;">Penerbit<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Rosdakarya, Bandung</span></div>
<div align="left" class="MsoBodyText2" style="tab-stops: 63.0pt 65.45pt; text-align: left; text-autospace: none;">
<span lang="FI" style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: FI;">Cetakan<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>
: I (Pertama), <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>2013</span></div>
<div align="left" class="MsoBodyText2" style="tab-stops: 63.0pt 65.45pt; text-align: left; text-autospace: none;">
<span lang="FI" style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: FI;">Tebal<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>
: 196 halaman</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: FI;">Peresensi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>:
Mujtahid *</span></div>
<h2>
<span lang="FI" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: FI;"></span><span lang="FI" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: FI;"></span></h2>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="FI" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: FI;">DZIKIR</span></b><span lang="FI" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: FI;"> adalah
upaya membangun dimensi kesadaran jiwa, hati dan nurani antara makhluk (manusia)
dengan Sang Khaliq (Tuhan). Secara bahasa, dzikir berarti mengingat,
memperhatikan, mengambil pelajaran, atau mengenal. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sebagai pengangan hidup kaum mukmin, al-Qur’an
menyerukan supaya kita selalu berdzikir dalam keadaan apa pun (QS. 33: 41;
QS.4: 103).</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: FI;">Secara fungsional, makna dzikir yaitu sebagai ”kompas hidup” yang menuntun jalan
hidup manusia. Dzikir harus menjadi kekuatan<i> bathiniyah </i>dalam membangun
kualitas perilaku, watak dan tindakan yang sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai
al-Qur’an dan al-Sunnah. Dzikir bukanlah sekadar sebagai ritual seremonial
esoteris (ruhani) yang diucapkan berkali-kali, melainkan sebagai panduan dan
kendali gerak tindakan empiris (<i>eksoteris</i>) manusia di muka bumi. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: FI;">Dzikir dalam al-Qur’an dikaitkan dengan ciri utama <i>ulul albab</i> (QS.
3: 190-191). Yaitu sosok manusia yang pikirannya cerdas, hatinya lembut,
pandangannya tajam dan beramal shaleh (profesional). Melalui dzikir, seharusnya
manusia mawas diri, tidak berbuat jahat, korupsi, melanggar hukum, dan segala bentuk
kejahatan lainnya.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: FI;">Merespon isu-isu mutakhir mengenai merosotnya kualitas hidup manusia di
tanah air, Usman Said Sarqawi, melalui karya ini menawarkan gagasan konstruktif,
bahwa dzikir adalah solusi nyata yang menyadarkan nurani manusia supaya
hidupnya selaras dengan cita-cita, tujuan, haluan dan taqdir dari Sang Pencipta
(khaliq). </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: SV;">Hakikat dzikir yaitu menghadirkan ”keagungan Allah” dalam setiap detak
napas diri kita. Sepanjang jiwa raga ini masih bernapas, maka dzikir itu tiada
henti diamalkan, baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring. </span><span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;">Posisi
manusia di muka bumi ini pasti tiga hal itu, yakni berdiri, duduk dan
berbaring. Ilustrasi dalam al-Qur’an itulah mengapa ungkapan ”<i>dzikran katsiran</i>”
(dzikir sebanyak-banyaknya) tidak hanya dimaknai sebatas kuantitas (jumlah),
melainkan jauh lebih penting dari itu ialah nilai kualitas (kebermaknaan) dzikir
itu sendiri.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;">Dalam menjalani hidup di alam semesta ini, dzikir adalah kebutuhan. Dzikir
dapat menenangkan jiwa (batin). Dzikir mempengaruhi kualitas dan produktifitas kinerja
(profesi). Kualitas dzikir sejatinya menjadi ”<i>equlibrium</i>” (penyeimbang) antara
gerak jiwa (<i>nafs</i>) dan raga (<i>jism</i>). Dzikir dapat menyehatkan, baik
jasmani maupun ruhani. Dzikir juga dipersepsi mampu memperpanjang umur, sebab
terdapat keselarasan (koneksitas) yang holistik (utuh) antara ruh, otak, jiwa,
hati dan tindakan. Dzikir membuat sel-sel saraf, urat nadi, dan organ-organ
fisik lainnya bekerja secara teratur dan seimbang.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;">Begitu urgennya makna dzikir, kita harus selalui mengamalkan setiap saat untuk
mencerahkan jiwa (<i>tanwirul nafs</i>) dan menyehatkan jasmani. Orang
berdzikir semestinya selalu berpikir positif (<i>husnudhan</i>), hidupnya
bermanfaat bagi sesama, dan tidak mecelakai orang. Perilaku mudzakir (orang
yang berdzikir) harusnya menampakkan kebaikan di manapun mereka berada. Dzikir mestinya
menjadi ”monitor” yang selalu mengawasi dirinya saat beraktivitas ditempat
kerja, berbicara dengan orang lain di manapun dan kapanpun. Misalnya, dzikir merupakan
manifestasi ”kemuliaan Tuhan” tatkala kita melayani ”konsumen”, rapat/sidang di
kantor, jual-beli di pasar, mengajar di sekolah, menangkap ikan di laut, mengatur
lalu lintas di jalan, dan di mana saja.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;">Sejalan dengan misi dan tujuan hidup manusia, dzikir sejatinya sebagai
penguat jiwa (<i>nafs</i>) dan ruhani manusia agar selalu dalam naungan
kebenaran ilahi. Amalan dzikir harus dipahami sebagai ”pembangkit” atau
motivasi yang menggerakkan seluruh potensi yang kita miliki untuk berbuat
secara arif dan bijaksana (<i>wisdom</i>). Pendek kata, dzikir sebagai peredam setiap
tindakan destruktif, baik berupa <i>amarah </i>(penjahat), <i>musawwilah</i>
(penipu), <i>lawwamah</i> (pencela) dan bentuk lainnya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;"></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;"></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;"></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;"></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;"></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;"></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;"></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;"><span style="mso-tab-count: 1;"></span>Nilai spiritual edukatif dzikir yaitu
ber-<i>takhalli</i> (membersihkan diri dari sifat yang tercela/maksiat lahir
maupun batin, dan ber-<i>tajalli</i> (mengisi dengan sikap <i>ihlas </i>(niat
tulus/murni<i>)</i>, <i>muraqabah</i> (merasa diawasi oleh Sang Khaliq), <i>muhasabah</i>
(memperhitungkan kualitas tindakan), <i>hubb</i> (cinta kepada Allah), serta<i>
</i>sifat-sifat<i> </i>mulia lainnya.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;">Dari nilai-nilai hakikat dan makna tersebut, dzikir tidak berarti ditempuh
dengan cara <i>uzlah/khalwat </i>(mengasingkan diri) di tempat-tempat dan
seremonial tertentu, tetapi justru harus tetap aktif melibatkan diri dalam
aktivitas duniawi. Penghayatan dzikir tidak berhenti sebatas pemuas batiniah,
melainkan seharusnya memancarkan aura tindakan yang memadukan antara kedalaman
spiritual dengan perbuatan nyata (<i>action</i>) yang produktif dan kontributif
bagi kemakmuran alam raya.</span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;">Sebagai bahan
renungan sekaligus pelajaran (<i>ibrah</i>) yang begitu inspiratif dan mendalam,
buku ini selayaknya menjadi <i>remote</i> yang menghidupkan kesadaran jiwa,
hati dan nurani kita yang barangkali tertidur. Sejuta anugerah potensi pada
diri kita, selayaknya perlu diasah, disentuh dan dilatih secara <i>istiqamah</i>
supaya hadir penuh makna, baik untuk diri sendiri, orang lain, alam semesta, dan
tentu ujungnya ialah memperoleh <i>keridhaan</i> dan kecintaan dari Sang Khaliq
Dzat yang Maha Agung dan Kekal. Selamat membaca!</span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IT;"><br />
<i>*) Mujtahid, Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br />
<div style="text-align: right;">
</div>
<span style="font-family: Arial; font-size: 11.0pt;">
</span></div>
Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-35249554597927969882014-06-15T14:37:00.000+07:002014-11-04T14:59:03.744+07:00Mengemas Dakwah sebagai Edukasi Sosial<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<br />
<div style="margin-left: 74.8pt; tab-stops: 65.45pt; text-indent: -74.8pt;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-style: normal;">Judul Buku<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Kajian Dakwah Multiperspektif</span></span></div>
<br />
<div align="left" class="MsoBodyText2" style="tab-stops: 65.45pt; text-align: left; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span lang="SV" style="color: black;">Penulis<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:</span> Asep Muhyiddin, dkk<span lang="SV" style="color: black;"></span></span></div>
<br />
<div align="left" class="MsoBodyText2" style="tab-stops: 65.45pt; text-align: left; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span lang="SV" style="color: black;">Penerbit<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Rosdakarya, Bandung</span></span></div>
<br />
<div align="left" class="MsoBodyText2" style="tab-stops: 63.0pt 65.45pt; text-align: left; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span lang="SV" style="color: black;">Cetakan<span style="mso-tab-count: 1;"> </span> : I (Pertama),
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>2014</span></span></div>
<br />
<div align="left" class="MsoBodyText2" style="tab-stops: 63.0pt 65.45pt; text-align: left; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span lang="SV" style="color: black;">Tebal<span style="mso-tab-count: 1;"> </span> : 336
halaman</span><span lang="SV" style="color: black;"></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Peresensi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>: Mujtahid *</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>DAKWAH</b> adalah seruan atau ajakan
yang dilaksanakan para penda’i untuk mengajak dan ”mengilhami” semua orang agar
mereka senantiasa berbuat baik. Umumnya, pandangan tentang dakwah, masih dimaknai
sebatas kegiatan keagamaan (memuaskan dimensi spiritualitas), pengajian (<i>syukuran,
peringatan hari besar Islam</i>), dan siraman rohani yang hanya bermuara dakwah
<i>bil lisan </i>(ceramah) melalui mimbar, <i>takshow</i>, atau orasi bebas. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Padahal, dakwah era kontemporer saat ini tidak cukup
hanya dengan lisan (ceramah), melainkan harus dengan aksi nyata (<i>bil hal</i>)
dan media tulisan (<i>bil kalam</i>). Model dakwah yang menyentuh dan berdampak
positif akan membuat masyarakat lebih merasakan langsung ketimbang dengan
ceramah melalui mimbar-mimbar, walaupun hal itu penting. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dakwah merupakan jalan penerang kehidupan
manusia. Para nabi dan rasul diutus untuk menjadi penerang (<i>tanwir</i>) yang
mengajak umatnya untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan (<i>fastabiqul khairat</i>).
Secara historis, kesuksesan dakwah para nabi/rasul adalah karena pilihan format
dan tindakan dakwahnya yang sangat menyentuh dan adaptif terhadap kebutuhan umatnya.
Dakwah para nabi/rasul tidak mengambil jalan konfrontatif, apalagi menggunakan
cara-cara anarkhis. Strategi dakwah profetik (kenabian) selalu mengedepankan nilai-nilai
”keadaban” dan ”kemanusian” yang agung dan mulia.</span></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Misi besar Islam yang diterjemahkan para nabi,
rasul serta para penda’i adalah membuat tatanan masyarakat menjadi cerdas, unggul
dan maju. Dakwah sebagai tugas mulia, memiliki makna penting yang luarbiasa
dalam membangun alam kesadaran intelektual dan perilaku sosial umat manusia
yang etis dan luhur.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Merespon cita-cita mendasar seperti hal di atas, Asep
Muhyiddin, dkk melalui buku ini, menghadirkan konstruksi teoritis dan praktis
mengemas model dakwah yang solutif. Para pegiat dakwah akan melihat fenomena sosial, membaca
realitas masyarakat serta mengaitkan isu-isu global dengan nilai-nilai Islam. Selain
berlandaskan teoritis dan praktis, karya ini juga menyuguhkan kajian akademik
bersumber pada riset-riset ilmiah tentang problem-problem kajian dakwah. </span></div>
<br />
<br /><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Misi
Dakwah: Edukasi Sosial</b></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dakwah dapat dimaknai sebagai proses edukasi
(pembelajaran) oleh pendidik (nabi/rasul, guru, mursyid) kepada semua
orang.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dakwah merupakan wahana untuk
mencerdaskan pikiran (otak), menumbuhkan-suburkan spiritual (jiwa/hati), serta
membekali ketrampilan (skill) kepada umat. Peran nyata yang diakibatkan oleh
kegiatan dakwah, yaitu melakukan misi edukasi sosial yang terus menerus
sepanjang zaman.</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dakwah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>era
kontemporer sekarang ini membutuhkan metode yang tepat sasaran dan efektif. Mengatasi
hal itu, kita perlu mengemas strategi dakwah dengan pendekatan multidimensional,
yakni melalui cara-cara adaptif-efektif yang relevan dengan kondisi dan situasi
masyarakat. Strategi dakwah yang melintas batas bidang kehidupan, seperti masalah
sosial, ekonomi, budaya, keagamaan, politik, pendidikan, pertanian, kelautan,
kesehatan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan seterusnya. Dakwah <i>bil hal</i>
akan semakin manjur dan efektif dalam membangun akselerasi tatanan kehidupan
sosial lebih baik.</span></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dakwah era kontemporer dapat dilakukan dengan bentuk
pendidikan dan latihan (diklat) yang hasilnya lebih kontributif dan nyata
(riil). Selain dakwah yang sifatnya monolog (ceramah), kiranya perlu dipikirkan
terobosan baru dengan aksi dan kreasi yang kompatibel dengan persoalan umat. Dakwah
adalah solusi mengentaskan persoalan (<i>problem solving</i>) umat, dan bukan malah
menambah beban umat. Dakwah menjadikan umat ”teredukasi” (tercerahkan, terpelajar)
yang dampaknya mereka mampu mengatasi problematika masing-masing. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Upaya hal tersebut memerlukan peran dakwah secara
kolektif, yaitu melalui organisasi<i> </i>masyarakat (ormas), terutama Ormas
Islam (Muhammadiyah, Al-Irsyad, Nahdlatul Ulama, Persis, Hidayatullah, dll)
sebagai pilihan utama untuk mencerdaskan dan membangun kualitas masyarakat
terpelajar. Gerakan dakwah perlu diubah dari bersifat monolog (seremonial),
menuju aksi (tindakan) nyata, misalnya memperbesar porsi dakwah dibidang
pendidikan, kesehatan, pertanian dan kelautan melalui pembinaan budidaya
tanaman dan perikanan, ekonomi melalui pelatihan usaha kecil dan menengah (UKM),
serta bentuk-bentuk usaha kreatif lainnya. </span></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Dakwah masa depan diangankan menjadi kebutuhan edukatif umat dan sebagai
jalan solusi problem sosial keagamaan. Sebagai rujukan para juru dakwah, sumber
bacaan seperti ini diharapkan menjadi inspirasi dan bekal praktis untuk merespons
isu-isu strategis dakwah yang relevan dengan perkembangan zaman. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Gagasan para akademisi ini meneguhkan semangat akademik untuk terus
mematangkan dan mengembangkan konstruksi ilmu dakwah, baik secara metodologis
maupun ketegasan batasan dan wilayah kajiannya, termasuk menggambarkan ragam
problem dan tantangan yang dihadapinya. Selamat Membaca!</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht0md-vSFEBDIm-nRrE6K19yJ4EF2yW_waGz-XZyTkl9ZVRemzcb2o87KYFpT4K1zuyeSTFbcRgvhSoEl1HIjE1vqBNb02r2CsKs4Vk95DFcJNKggnNhzU3KhUHHz7wE-CDeyk8LMRLYmD/s1600/DAKWAH+MULTIPERSPEKTIF.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEht0md-vSFEBDIm-nRrE6K19yJ4EF2yW_waGz-XZyTkl9ZVRemzcb2o87KYFpT4K1zuyeSTFbcRgvhSoEl1HIjE1vqBNb02r2CsKs4Vk95DFcJNKggnNhzU3KhUHHz7wE-CDeyk8LMRLYmD/s1600/DAKWAH+MULTIPERSPEKTIF.jpg" height="320" width="206" /></a></div>
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>*) Mujtahid, Dosen Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang</i></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-87973184299025608662014-02-10T14:13:00.000+07:002014-11-04T15:07:23.199+07:00Meneladani Spirit Hidup Nabi Muhammad SAW<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Mujtahid*</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>SUDAH</b> menjadi tradisi turun temurun di tanah air, bahwa
setiap 12 Rabiul Awwal hijriyah umat Islam memperingati kelahiran (milad) Nabi
Muhammad Saw. Tradisi itu bahkan dilembagakan oleh kelompok <i>thariqat </i>atau
majelis dzikir tertentu dengan memperingatinya berhari-hari, berminggu-minggu,
bahkan hingga berbulan-bulan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Nabi
Muhammad Saw lahir sebagai seorang anak yatim [QS. 93:6] di tanah Jazirah Arab
14 abad yang silam. Kelahiran tersebut telah disetting oleh Sang Khaliq sebagai
aktor pencerah (<i>tanwir</i>) yang agung dan mengagungkan peradaban umat
manusia. Jejak perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw telah mampu mengubah tatanan
masyarakat jahiliyah (<i>awwam</i>) menjadi masyarakat yang cerdas (<i>khawas</i>),
beradab dan berakhlak mulia dalam lintasan ruang dan waktu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagai
Nabi dan Rasul, Muhammad Saw berhasil mengubah kultur dari perilaku warga yang
suka perpecahan (konflik/skisme) menjadi warga yang bersaudara (<i>ukhuwah</i>)
antar bani, suku dan ras. Misi besar kerasulan berikutnya adalah menata sistem keyakinan
(keimanan) umat manusia dari yang bercorak aninisme atau dinamisme menjadi pengikut
yang monotheisme (<i>tauhid</i>). Perjuangan dan pengorbanan Nabi Muhammad Saw hingga
mencapai keberhasilan seperti itu memakan rentang waktu lebih kurang 22 tahun
lamanya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b>Teladan Umat Manusia</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Nabi
Muhammad Saw ditunjuk oleh Allah sebagai panutan, suri tauladan dan pemimpin umat
manusia. Sungguh tidak ada manusia di muka bumi ini yang mampu menandingi budi
pekerti, kepribadian dan watak perangainya itu. Dari berbagai sumber referensi <i>shirah</i>
<i>nabawiyyah, </i>Nabi Muhammad Saw dikenal sebagai pemimpin yang jujur
(shidiq), dapat dipercaya (amanah), cerdas (fathanah) dan komunikatif (tabligh)
kepada siapa saja melintas batas hereditas, primordialisme maupun sekat-sekat
kesukuan, ras dan keyakinan sekalipun. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pentingnya
memperingati milad Nabi Muhammad Saw setiap tahun itu adalah agar kita dapat
meneladani “nilai-nilai kepribadian agung”<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>tersebut menjadi sumber energi jiwa raga pemeluk umat Islam. Peringatan <i>miladurrasul</i>
bukan berhenti sebatas <i>seremonial </i>belaka, melainkan kita peringati
melalui aksi nyata dengan mencontoh spirit keluhuran budi pekerti dan perangai Rasulullah
itu dalam kehidupan sehari-hari. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagai
pengikut Nabi Muhammad Saw (<i>Muhammadiyah</i>), umat Islam harus tampil
sebagai pelaku atau aktor penggerak kemajuan dan keunggulan komunitas,
masyarakat, dan negara (<i>khaira ummah) </i>[QS. 3:110]. Kunci-kunci meraih kesuksesan
hidup, baik di alam dunia maupun akhirat, juga sudah banyak diperagakan oleh
Nabi Muhammad Saw. Pertanyaanya, apakah kita sudah sepenuhnya “memperingati” <i>miladurrasul</i>
secara sungguh-sungguh, masuk menjadi bagian dari kepribadian kita? </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Gambaran
ideal sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw adalah orang yang dapat menjalankan ritme
hidupnya bermanfaat bagi orang lain, keterpaduan antara ucapan dan
perbuatannya, keberadaan dirinya dirindukan oleh sesamanya, seimbang antara
kesalehan ritual (ibadah) dan sosialnya, serta menjadi sosok yang mampu membaca
tanda-tanda perubahan zaman. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagai
teladan umat manusia, kehebatan Nabi Muhammad Saw adalah mampu memadukan
pandangan integralistik Islam secara komprehensif (utuh/holistik) dalam menjaga
hubungan dirinya dengan Sang Khaliq (<i>Hablum Minaallah</i>) dan hubungan dirinya
dengan sesama manusia (<i>Hablum Minannas</i>). Cara pandang inilah sebagai
kata kunci (<i>keyword</i>) untuk menjadikan diri sebagai manusia pilihan, manusia
mulia dan agung, yang terbalut oleh budi pekerti, akhlak mulia dan cerdik
cendikia. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Menjaga
hubungan dekat antara diri kita dengan Allah dan sesama manusia bukanlah hal
yang ringan. <span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Sebab godaan dan rintangan selalu menghadang di mana pun dan kapan pun. Mungkin,
kita tidak terasa telah berkongsi (bersekutu) dengan syetan dan Iblis, sehingga
jauh dari Allah dan manusia. Nabi Muhammad Saw sukses dan berhasil dalam
mengemban misinya, karena teguh dan <i>istiqamah</i> dalam menjaga keseimbangan
(<i>equilibrium</i>) hidup antara dekat dengan Tuhan dan Manusia.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw, sepantasnya
kita perlu merenungkan kembali seraya menata diri untuk memperbaiki kualitas
hidup sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai ajaran Islam. Kalau hari ini kita
belum dapat merubah diri secara menyeluruh, maka kita mulai lakukan dari
hal-hal yang mudah dan sederhana terlebih dahulu. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Setelah yang mudah dan sederhana terlewati,
kemudian berikutnya kita gerakkan jiwa, pikiran dan hati untuk berkarya yang
lebih besar dan berbobot.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">Melalui momentum <i>miladurrasul</i> 1435 hijriah,
marilah kita sinergikan antara antara gerak pikiran, jiwa dan hati nurani untuk
menebarkan kebaikan, kemanfaatan bagi sesama (<i>rahmatan lil ’alamin)</i> sesuai
profesi (bidang pekerjaan) kita masing-masing. Tujuan besar dan misi mulia itu akan
terwujud, manakala fungsi kesadaran jiwa hidup, kepekaan hati hidup, dan
kecerdasan akal juga hidup seperti teladan Nabi Muhammad Saw. Tidak ada bekal
yang kekal yang akan kita miliki, kecuali amal shalih dan ketaqwaan kepada
Allah serta mencintai dengan cara meneladani spirit hidup Rasulullah Saw. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><i><span lang="SV" style="font-family: Cambria; mso-ansi-language: SV;">*) Dosen PAI FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang</span></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-72554988255616834982013-05-13T16:15:00.000+07:002014-11-04T15:15:30.837+07:00Posisi Ilmu dalam Pendidikan Islam<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">BERBICARA pendidikan adalah berbicara tentang keyakinan, pandangan dan cita-cita tentang hidup dan kehidupan umat manusia dari generasi ke generasi (Fadjar, 1999). Statemen tersebut dapat digali maknanya lebih luas lagi, bahwa pendidikan tidak hanya dipahami sebatas “proses pengajaran” mentransfer pengetahuan, melainkan proses menanam nilai-nilai sikap dan tingkah laku (akhlaq), melatih dan memekarkan pengalaman, serta menumbuh-kembangkan kecakapan hidup (life skill) manusia. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Pendidikan Islam merupakan proses pendewasaan dan sekaligus ‘memanusiakan’ jati diri manusia. Dikatakan ”memanusiakan,” karena manusia lahir hanya membawa bekal potensi. Melalui proses pendidikan, potensi manusia diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna, sehingga ia dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai manusia. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah kerja akal budi untuk mengembangkan fitrah yang dibekalkan Allah kepada diri manusia. Potensi yang diberikan oleh Tuhan memang dapat dikatakan masih setengah jadi, sehingga butuh sentuhan dan rekayasa ilmiah melalui proses pendidikan Islam agar potensi tersebut tumbuh dan berkembang maksimal. Dalam Islam, mengenyam pendidikan dipandang sebagai kewajiban personal sepanjang hayat manusia (life long education). </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia dibekali oleh sang khaliq dengan potensi kodrat yang sempurna, yaitu potensi cipta, rasa dan karsa. Potensi berharga inilah yang mengantarkan bahwa manusia adalah khalifah di dunia ini. Dengan dukungan potensi tersebut, manusia dididik agar memiliki orientasi yang tinggi untuk mendapatkan nilai-nilai kebenaran, keindahan dan kebaikan yang terkandung pada realitas yang ada di alam semesta ini.
Melalui proses pendidikan Islam itulah hidup manusia akan mencapai sebuah kehidupan yang baik dan seimbang. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Segala sesuatu yang tergelar di jagat raya ini pasti membutuhkan ilmu, baik ilmu duniawi maupun ukhrawi. Kedua ilmu tersebut harus dikuasai secara seimbang, karena “masa depan” manusia juga ditentukan oleh seberapa jauh manusia menguasainya. Keberhasilan menggapai duniawi maupun ukhrawi akan sangat ditentukan kadar keilmuan yang diraihnya.
Posisi Ilmu dalam Pendidikan Islam
Objek utama dalam pendidikan Islam adalah ilmu, pengalaman dan keteladanan. Sementara manusia adalah subjek yang mencerna dan mengembangkan ilmu, mengasah pengalaman dan mempraktikkan dalam kehidupan. Ilmu merupakan pancaran cahaya kehidupan manusia yang dapat menerangi dan mengarahkan jalan hidupnya ke arah yang lurus. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Di dunia ini ilmu dipetakan menjadi tiga bagian, ialah ilmu alam, ilmu sosial dan ilmu humaniora. Ilmu alam bersumber tiga pokok yaitu biologi, kimia, fisika. Dari ketiga pokok itu melahirkan cabang ilmu beraneka ragam seperti matematika, arsitektur, kedokteran, pengairan, astronomi, geografi, farmasi, peternakan, teknik, kelautan, perikanan, dan seterusnya.
Ilmu sosial bersumber pada empat pokok yaitu sejarah, antropologi, sosiologi dan psikologi. Dari keempat ilmu tersebut kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang, seperti ilmu pendidikan, ekonomi, politik, hukum, komunikasi, manajemen dan seterusnya. Sedangkan ilmu humaniora bersumber pada tiga hal yaitu ilmu filsafat, bahasa, sastra dan seni. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Selama ini oleh mayoritas orang memandang bahwa ketiga corak ilmu tersebut, yakni ilmu alam, sosial dan humaniora adalah ilmu yang digolongkan sebagai ilmu umum. Sedangkan ilmu agama (Islam), adalah ilmu yang meliputi al-Qur’an, hadits, fiqih, aqidah akhlak, tarikh (sejarah Islam) dan bahasa Arab. Tragisnya, bahwa umat Islam belum sepenuhnya menjadikan apa yang disebut ”ilmu umum” itu sebagai sesuatu yang urgen (berguna) bagi tata laksana kehidupan, sehingga terkesan boleh ditinggalkan. Sementara ilmu agama adalah ilmu yang wajib dipelajari karena berhubungan dengan tatacara mengabdi kepada Allah. Akibat mindset ini akhirnya terjadi dikhotomi yang sulit disatukan seperti saat ini, baik lembaga pendidikan maupun pandangan masyarakat.
Kekeliruan menempatkan tatanan keilmuan itu mengakibatkan umat Islam tidak dapat berkembang dan maju. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Umat Islam menjadi ketinggalan zaman, karena upaya menggali dan mempelajari ilmu-ilmu umum kurang mendapat perhatian, baik dari orangtua, lembaga pendidikan maupun para pemimpin umat Islam itu sendiri.
Untuk meluruskan mindset itu dibutuhkan langkah dan strategi yang mampu membangkitkan pendidikan Islam yang bermutu dan unggul, yaitu dengan mengintegrasikan antara ilmu agama dan ilmu umum.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Ilmu agama (Islam) sebagaimana tersebut di atas dijadikan sebagai pondasi dan penguat untuk menyanggah ilmu umum yang bermacam-macam cabang tersebut. Sehingga seorang yang berprofesi guru, pedagang, politikus, dokter, pengacara, dan seterusnya memiliki nilai etis religius yang kuat karena mereka telah memiliki ilmu agama sebagai bekal dan modal dasarnya.
Seringkali yang kita saksikan adalah ilmu itu adalah bebas nilai, sehingga profesi itu menjadi bebas dan tak terikat dengan nilai-nilai ilahiyah dan insaniah serta norma-norma ajaran Islam (al-qur’an dan hadits). Integrasi ilmu semacam ini perlu dikonsep secara matang dan dipraktikkan ke dalam penyelenggaraan pendidikan yang unggul. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Begitu pentingnya kedudukan ilmu, sehingga Islam menganjurkan manusia agar meraihnya sampai titik paripurna. Ilmu juga dipandang ikut mengiringi atau menentukan nasib atau kadar baik buruk kualitas manusia. Dan pembicaraan ilmu dalam hadits mencakup dimensi hidup dan kehidupan, mencakup semua unsur, yaitu pendidikan keilmuan, keimanan (spiritualitas), etika (akhlak), fisik (jasmani), rasio (akal), kejiwaan (hati nurani), skill (ketrampilan), sosial kemasyarakatan, dan seksual. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Kegiatan pendidikan atau mencari ilmu harus dimulai dari pendidikan pribadi atau keluarga, lembaga sekolah, dan masyarakat. Ketiganya harus terjalin dan berlangsung secara terpadu, selaras, serasi, seimbang, dan harmonis. Pendidikan tidak akan berfungsi dengan baik bila hanya berjalan parsial dan tidak menyeluruh. Karenanya dibutuhkan pengelolaan secara integratif dengan memadukan semua unsur yang mendukungnya. Dari sinilah pendidikan akan menghasilkan sosok pribadi yang tangguh. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Pendidikan harus dimulai dari institusi keluarga, sekolah dan masyarakat secara sinkron dan integrated dalam memberikan pengaruh pendidikan kepada anak. Problemnya kini banyak keluarga yang kurang perhatian dan tidak memberikan reference person (suri tauladan) kepada anak. Begitu pula dengan aturan-aturan masyarakat yang sangat longgar sehingga memunculkan pergaulan bebas yang mutatif. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Padahal pendidikan keluarga dan masyarakat merupakan pendidikan yang bersifat pembentukan karakter dan tabi’at, ketimbang kognitif.
Selain pembentukan sosok pribadi di atas, tujuan pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia berjiwa tauhid (berkedalaman spiritual), beramal shalih (berbuat dengan ilmunya), ulil albab (pemikir, ahli dzikir dan amal shaleh), serta berakhlak mulia.
Untuk mewujudkan pendidikan yang ideal tersebut diperlukan usaha dan kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, terutama keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Trilogi institusi itu ke depan harus menjadi kekuatan untuk membangun kualitas sumber daya manusia yang cerdas, berkarakter dan menghargai kultur dan bangsanya. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
</span>Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-57336288940146881042013-04-19T15:40:00.001+07:002013-04-19T15:41:32.246+07:00Islam dan Cita-cita Hidup Manusia
SEBAGAI sebuah agama, Islam adalah ajaran yang menekankan bentuk kepasrahan totalitas. Seperti namanya, sebuah kata dalam bahasa Arab bahwa makna Islam ialah sikap pasrah kepada Allah secara keseluruhan, karena menaruh kepercayaan dan menambatkan hidupnya hanya kepada Allah Swt.
Dalam kitab suci al-qur’an ditegaskan bahwa manusia tidak dibenarkan bertindak setengah-setengah. Sebagai makhluk Allah, manusia harus tunduk taat dan patuh kepada Sang Pencipta (Allah), terhadap segala perintah dan larangannya. Allah dengan rahmat-Nya akan membimbing manusia beriman---orang yang hati, lisan dan perbuatannya---berbuah kebajikan untuk dirinya, keluarganya dan masyarakat dan negaranya. Islam memberikan jalan yang menyelamatkan dirinya agar hidupnya bersih, bahagia dan selamat.
Islam sebagai agama terakhir yang dibawa Nabi Muhammad Saw memiliki dimensi kesejarahan yang sangat menarik. Menarik bukan saja dari segi doktrin dan risalahnya, namun juga tidak kalah pentingnya adalah dari sudut peristiwa-peristiwa kenabian (profetik) yang dialaminya sebagai rasul terakhir. Islam memuat segala bidang kehidupan. Al-Qur’an membiarakan agar orang mukmin itu selalu berdzikir kepada Allah, berpikir untuk melahirkan ilmu pengetahuan, menggali dan mengeksplorasi ciptaan Allah, serta mengantarkan bahwa ciptaan Allah itu benar-benar membuktikan keagungan-Nya.
Jika dilihat dari sudut ajarannya, Islam adalah agama yang memiliki banyak piranti, diantaranya; dimensi pembaruan (tajdid), pembebasan (tauhid) dan universal (rahmatan lil alamin). Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam al-qur’an bahwa misi kerasulan Muhammad Saw adalah titah universal, yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu (QS. 21:107). Mengemban misi universalisme Islam, berarti dalam kerasulannya bukan hanya mendemontrasikan aspek-aspek kehidupan yang bersifat ukhrawi (sakral), melainkan juga memberikan tauladan kemanusiaan, bahwa Nabi Muhammad sendiri menekankan betapa pentingya aspek-aspek kehidupan duniawi (profan) yang tidak bisa diabaikan begitu saja (QS. 28:77). Karena aspek yang kedua ini merupakan bagian dari sekian banyak pilar yang akan ikut memformat kehidupan kehidupan jangka panjang atau eskatologis (ukhrawi).
Hijrah sebagaimana yang dikenal dalam sejarah kenabian (Muhammad) adalah rangkaian dari misi kerasulannya sebagai figur mujaddid (reformer, pembaru) akhlak dan moral manusia. Muhammad Saw. melakukan tranformasi kehidupan besar-besaran, dari sosio-kultural yang otoritatif, yang dzalim dan musyrik, menuju tatanan masyarakat madani (civil society). Seorang rasul itu mengemban tugas menyalakan lentara keadilan dan kerahmatan semua manusia.
Pesan moral Islam yang digubah rasulullah itu dimaksudkan untuk membuka tatanan baru yang telah kehilangan makna, dengan menawarkan cara hidup yang berkualitas dan berbuah kebaikan. Semangat hijrah dapat dimengerti sebagai perubahan dari tatanan semula yang kurang beradab menjadi beradab, baik menyangkut masalah keyakinan maupun masalah kaidah-kaidah kemasyarakatan.
Hijrah mengadung pesan moral yang sangat tinggi untuk merespons ancaman terhadap kelangsungan hidup dan keamanan sosial (QS. 2:218). Pesan hijrah diantaranya adalah telah melahirkan sendi-sendi kehidupan yang berprinsip pada tauhid (liberty). Semula orang Arab menganggap bahwa benda patung adalah Tuhan mereka, yang dianggap mampu memberikan kepastian dan keselamatan hidup. Dengan kedatangan Muhammad, masyarakat Arab berubah keyakinan menjadi monotheisme, meski tidak semua penduduk mempercayainya.
Di samping itu, pesan moral hijrah adalah adanya pengakuan prinsip equality (persamaan). Kehadiran Nabi Muhammad di tengah-tengah masyarakat, tidak pernah menomorduakan warganya, lantaran sentimen agama, kelompok, ras dan budaya. Semua warga memiliki hak yang sama untuk dihormati dan diperhatikan sebagaimana yang lain, selama tidak saling mengganggu dan memusuhinya.
Kesaksian hijrah ditunjukkan dengan sikap moral yang luhur bahwa betapa pentingnya sikap tasamuh (toleransi) dalam kehidupan sosial. Kemauan bertasamuh merupakan sikap moral yang sadar dan terbuka. Kemauan ini berarti menuntut keberanian dalam menerima perbedaan-perbedaan yang ada.
Seruan moral selanjutnya adalah adanya negara hukum. Sebagai sebuah perangkat kehidupan masyarakat, hukum merupakan jantung dari sendi-sendi kedamaian dan keadilan. Rasa kedamain dan keadilan merupakan tujuan kehidupan manusia dalam membangun cita-cita masyarakat, bangsa dan negara. Jadi hijrah merupakan kemauan dalam menegakkan hukum untuk melindungi segala kedzaliman yang terjadi. Tujuan ini adalah melindungai jiwa dan agama sekaligus mengurangi penderitaan kaum tertindas akibat perbuatan yang melanggar hukum (QS. 3:195, 4:100). Seruan ini dipraktekkan Muhammad selama dalam proses kenabiaannya. Dengan ketegasannya itu ia mengatakan bahwa ‘’jika Fathimah (putrinya) mencuri, maka ia akan dipotong tangannya”, seruan ini benar-benar tegas dan lugas tidak memangdang status sosial apapun.
Tidak heran kalau kebanyakan pakar melihat bahwa semangat profetik, jika dikaji dari kacamata akademis bukanlah hal yang berlebihan. Namun, pada kenyataannya Nabi Muhammad sebagai figur historis tidak hanya diakui oleh penganutnya sendiri, tetapi juga diakui orang atheis sekalipun. Maxim Rodinson misalnya, ilmuan atheis yang memiliki andil besar dalam memperkenalkan ketokohan Muhammad kepada masyarakat Barat. Belum lagi ilmuan lain seperti Montgomery Watt, Annemarie Schimmel, Martin Lings, ataupun Karen Armstrong yang selama 9 tahun aktif sebagai biarawati. Mereka itu, melalui karya tulisannya dengan segala kelebihan dan kekurangan telah melakukan pembelaan historis-akedemis terhadap reputasi Nabi Muhammad sebagai salah seorang dari sekian tokoh sejarah yang meletakkan dasar, pedoman dan spirit bagi pembangunan peradaban manusia.
Karena itu, merupakan keharusan ilmiah belaka jika ilmuan semacam Philip K. Kitti ataupun Marshall G. Hodgson melihat Nabi Muhammad dan agama Islam yang diwariskannya telah sanggup menyulap dunia Arab dari padang pasir gundul menjadi mata air peradaban yang pada gilirannya secara signifikan ikut mewarnai wacana dan perjalanan panjang sejarah dunia.
Dari sekian banyak ilmuan Barat di atas mengakui bahwa Muhammad tidak hanya menjadi panutan umat muslim, tetapi merupakan manusia pilihan yang memiliki integritas moral kemanusiaan yang sangat luhur dan bijak. yang menjunjung tinggi moral kemanusiaan.
Dengan demikian, hijrah merupakan tahap paling peting dalam perjalanan spiritual manusia kepada jalan ilahi (ketentraman dan kedamaian). Begitu juga, implikasi sosialnya sangat luas dalam membersihkan bentuk-bentuk kemunkaran dan kedzaliman menuju proses pembersihan diri demi tegaknya agama, sebagai pandangan hidup dalam memformat sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan ketatanegaraan.
*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-10556064477803917142011-11-14T02:22:00.001+07:002011-11-14T02:24:46.995+07:00Karakteristik Kepemimpinan ProfetikKEPEMIMPINAN adalah upaya menggerakkan, mempengaruhi, mengelola, dan membawa berita gembira kepada semua orang. Seorang pemimpin itu merupakan tauladan (contoh), inspirator, motivator dan pembangkit semangat bagi para pengikutnya untuk tergerak hatinya, pikirannya dan perbuatannya mencapai harapan, cita-cita dan tujuan hidup yang ter baik dan mulia.<br /><br />Kepemimpinan profetik adalah model kepemimpinan yang digali dari cara rasul/nabi memimpin ummatnya. Para nabi dan rasul, sebagai pemimpin umat manusia di muka bumi ini, memiliki beberapa karakter dan sifat yang sangat agung dan mulia. Berbekalkan sifat dan karakter tersebut, maka semua nabi dan rasul sukses membawa perubahan dan kemajuan membangun sikap hidup pengikut dan masyarakatnya sesuai dengan zamannya masing-masing.<br /><br />Kepemimpinan profetik dipandang sebagai pola kepemimpinan yang paling sukses dalam membentuk sebuah tatanan kehidupan manusia yang berkualitas. Nilai-nilai kepemimpinan profetik seyogyanya dapat ditransformasikan ke dalam model kepemimpinan pada lingkup organisasi sosial keagmaan, pendidikan, bahkan tata pemerintahan sekalipun. <br /><br />Setidaknya ada tujuh karakteristik kepemimpinan profetik yang bisa saya uraikan dalam tulisan ini, yaitu antara lain;<br /><br />1. Memiliki karakter shidiq (jujur). Kepemimpinan profetik mengedepankan integritas moral (akhlak), satunya kata dan perbuatan, kejujuran, sikap dan perilaku etis. Sifat jujur merupakan nilai-nilai transedental yang mencintai dan mengacu kepada kebenaran yang datangnya dari Allah SWT (Shiddiq) dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Perilaku pemimpin yang ”shiddiq” (shadiqun) selalu mendasarkan pada kebenaran dari keyakinannya, jujur dan tulus, adil, serta menghormati kebenaran yang diyakini pihak lain yang mungkin berbeda dengan keyakinannya, bukan merasa diri atau pihaknya paling benar.<br /><br />2. Memiliki karakter amanah. Kepemimpinan profetik mengahadirkan nilai-nilai bertanggungjawab, dapat dipercaya, dapat diandalkan, jaminan kepastian dan rasa aman, cakap, profesional dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Karakter tanggungjawab, terpercaya atau trustworthy (amanah) adalah sifat pemimpin yang senantiasa menjaga kepercayaan (trust) yang diberikan orang lain. Karakter amanah dapat menajamkan kepekaan bathin seorang pemimpin untuk bisa memisahkan antara kepentingan pribadi dan kepentingan publik/organisasi.<br /><br />3. Memiliki karakter tabligh. Kepemimpinan profetik menggunakan kemampuan komunikasi secara efektif, memiliki visi, inspirasi dan motivasi yang jauh ke depan. Seorang pemimpin itu memerlukan kemampuan komunikasi dan diplomasi dengan bahasa yang mudah dipahami, diamalkan, dan dialami orang lain (tabligh). Sosok pemimpin (seperti karakter nabi dan rasul) bahasanya sangat berbobot, penuh visi dan menginspirasi orang lain.<br /><br />4. Memiliki karakter fathanah (cerdas). Kepemimpinan profetik itu mempunyai kecerdasan, baik intelektual, emosional maupun spiritual, kreativitas, peka terhadap kondisi yang ada dan menciptakan peluang untuk kemajuan. Sosok pemimpin itu harus cerdas, kompeten, dan profesional (fathanah). Pemimpin yang mengacu sifat fathonah nabi adalah pemimpin pembelajar, mampu mengambil pelajaran/hikmah dari pengalaman, percaya diri, cermat, inovatif tetapi tepat azas, tepat sasaran, berkomitmen pada keunggulan, bertindak dengan motivasi tinggi, serta sadar bahwa yang dijalankan adalah untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama yang akan dicapai dengan cara-cara yang etis.<br /><br />5. Memiliki karekter istiqamah (konsisten/teguh pendirian). Kepemimpinan profetik mengutamakan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement (Istiqamah). Pemimpin yang istiqomah adalah pemimpin yang taat azas, tekun, disiplin, pantang menyerah, bersungguh-sungguh, dan terbuka terhadap perubahan dan pengembangan. <br /><br />6. Memiliki karakter mahabbah (cinta, kasih-sayang). Kepemimpinan profetik mengutamakan ajaran cinta (mahabbah) bukan kebencian dan pemaksaan. Karakter pemimpin profetik selalu peduli (care) terhadap moral dan kemanusiaan, mudah memahami orang lain/berempati, suka memberi tanpa pamrih (altruistik), mencintai semua makhluk karena Allah, dan dicintai para pengikutnya dengan loyalitas sangat tinggi.<br /><br />7. Memiliki karakter shaleh/ma’ruf (baik, arif, bijak). Kepemimpinan profetik adalah wujud sebuah ketaatan kepada Allah dan mendarmabaktikan dirinya untuk kesalehan, kearifan dan kebajikan bagi masyarakatnya. Ketaatan dan keshalehan para nabi atau rasul berpedoman pada wahyu dan mu’jizat dari Allah. Karakter shaleh/arif dapat melahirkan pesona kharismatik yang merupakan ilham dari ilahi, yang terpancar pada permukaan kulit, tutur kata, pancaran mata, sikap, tindakan, dan penampilan. Seorang pemimpin yang shaleh mempunyai kualitas kepribadian individu yang utuh sehingga menyebabkan orang lain menaruh simpati, percaya dan menganut apa yang diinginkannya. Pemimpin shaleh berarti pemimpin yang dirinya diakui pengikut, karena ketaatannya kepada Allah.<br /><br />*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki MalangMujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-7771472965341750442011-09-06T22:14:00.001+07:002011-09-06T22:18:04.297+07:00Mengenal Budaya dan Kemajuan LamonganMujtahid<br /><br />LAMONGAN adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mengalami pembangunan sangat cepat, terutama infrastruktur, industri dan wisata. Sejak satu dasawarsa terakhir, Lamongan dikenal sebagai daerah yang beberapa kali meraih penghargaan otonomi award dari propinsi Jawa Timur dan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM). Keberhasilan lainnya adalah merebut sebagai kabupaten yang mampu menciptakan good goverment.<br /><br />Lamongan memiliki tradisi dan budaya yang beragam (multi culture). Warga lamongan sangat dikenal memiliki etos yang tinggi, pekerja keras, dan tidak mudah menyerah. Orang Lamongan sangat menghargai kesempatan dan waktu untuk digunakan hal-hal produktif. Orang Lamongan, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja di sektor apa pun. Namun yang lebih mengesankan adalah adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antara suami dan istri yang rela saling berbagi pekerjaan demi menunjang kesuksesan keluarga.<br /><br />Mayoritas mata pencarian warga Lamongan adalah petani dan nelayan. Sisanya ada yang menjadi pedagang, Guru, PNS, dan TKI di negara jiran Malaysia. Budaya warga Lamongan adalah tidak selalu menggantungkan seorang suami sebagai kepala keluarga, tetapi suami-istri sama-sama mengambil peran masing-masing. Dalam soal pekerjaan untuk mendapatkan rezeki, suami-istri kerja di sawah adalah hal yang biasa. Suami pergi ke laut dan istri membetulkan jala/jaring adalah hal yang lumrah. Itulah hidup kebersamaan yang tampak sehat dan harminis. Hal lain yang dapat ditemui yaitu jarang terjadi perceraian suami-istri, sebagaimana orang yang hidup diperkotaan, apalagi perilaku seorang artis di ibu kota.<br /><br />Resep hidup kebersamaan itulah menjadi modal utama bagi orang Lamongan untuk membangun sebuah keluarga sakinah mawaddah warahmah. Orang Lamongan suka hidup apa adanya, tanpa harus menunjukkan sesuatu yang bukan menjadi milik dan kepunyaannya. Kehebatan budaya Lamongan ialah semangat menghargai dan mencintai kebersamaan dalam berbagai keberbedaan yang ada. Budaya seperti itu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam lingkup keluarga, dan lebih-lebih di tengah masyarakat.<br /><br />Wilayah Lamongan terbagi menjadi beberapa bagian, yakni pesisir, tengah kota dan pedalaman. Ketiga wilayah itu selain memiliki kesamaan juga memiliki kharakteristik dan ciri berbeda. Biasanya, budaya pesisir dikenal sebagai budaya yang keras dan orang-orangnya bermental pantang menyerah. Warga pesisir dijuluki sebagai warga yang berperilaku religius. Paham keagamaan mereka sangat kuat dan rajin menjalankan ibadah. Shalat jama'ah lima waktu dibeberapa masjid dan mushalla tampak ramai seperti shalat jum'at. Demikian halnya dengan puasa, walau mereka bekerja sangat berat dan menantang karena sengatan matahari begitu panas, akan tetapi mereka jarang sekali meninggalkan puasanya hanya gara-gara pekerjaan dan sengatan terik matahari. Hal ini sangat berbeda sekali dengan perilaku orang kota---- yang terbiasa hidup manja dan enak---- mereka mudah menggugurkan sebuah perintah dan kewajibannya hanya sebuah halangan dan tantangan yang tidak begitu berat.<br /><br />Sentuhan Pemimpin Kreatif<br />Sejak kepemimpinan Bupati Masfuk sepuluh tahun silam, Lamongan bagaikan disulap menjadi daerah yang maju, inovatif dan terkelola dengan baik. Potensi daerah yang selama ini masih belum tergali dan dimanfaatkannya, kini dioptimalkan dengan sangat luar biasa. Sebut saja misalnya, Masfuk membangun Wisata Bahari Lamongan (WBL), melengkapi Goa Maharani dengan binatang yang saat ini menjadi Maharani Zoo dan mendirikan hotel yang startegis di pesisir Laut Tanjung Kodok, membangun pelabuhan, pusat-pusat perbelanjaan, hingga sampai penciptaan becak bermotor, agar orang yang meraik becak tidak lagi bermodalkan "dengkul" tatapi dengan mesin.<br /><br />Meski potensi itu sudah ada sejak dulu kala, bahkan takdir sunnahtullah serasa tidak seperti sekarang ini yang kita bayangkan. Tanjung Kodok sebagai kelebihan bibir pantai Lamongan sama sekali tidak pernah dipikirkan. Melalui tangan dingin Masfuk, semua potensi tersebut dimanfaatkan sebagai objek wisata dengan menggandeng investor asing untuk menginvestasikan modalnya di Lamongan. Jadilah Wisata yang menawan para pengunjung dan penziarah untuk melihat keindahan yang Allah takdirkan berjuta-juta tahun yang silam.<br /><br />Saat ini ikon Lamongan terpusat pada WBL, sebagai tempat jujukan wisata para datang dari mana pun. Sekalipun lamongan memiliki wisata yang begitu eksotik, tetapi Lamongan tidak mau meninggalkan buadanya, yaitu religius. Lihat saja, di area WBL dibangun sebuah Masjid yang megah dan strategis bagi para pengunjung yang akan menunaikan shalat. Para wisatawan yang hendak shalat tidak perlu lagi menemui kesulitan mencari tempat shalat sebagaimana tempat wisata lainnya. Itulah sebuah ciri khas Lamongan yang sekalipun mengusung budaya modern, tetapi tetapi menghargai nilai-nilai yang religius yang masih kental diyakini orang.<br /><br />Keberadaan WBL tidak lepas dari sebuah masyarakat pesisir Paciran-Lamongan. Masyarakat ini dikenal sangat kuat mempertahankan nilai-nilai religiusnya. Bahkan, untuk hari libur saja, orang Paciran lebih memilih hari jum'at ketimbang hari minggu. Tentu saja budaya tersebut lahir, bukan tanpa maksud. Bahwa hari jum'at adalah hari yang harus di hormati, karena seorang laki-laki wajib shalat jum'at. Sehingga sekolah/madrasah liburnya memilih hari jum'at, beberapa pekerja (nelayan dan buruh), memilih jum'at sebagai hari libur.<br /><br />Keberhasilan Lamongan yang perlu diapresiasi adalah dari kabupaten yang sama sekali tidak diperhitungkan dan dikunjungi orang, kini menjadi kabupaten yang rata-rata perharinya tidak kurang dari 5000 pengunjung menengok keindahan wisata Lamongan, baik itu WBL, Maharani Zoo, maupun Makam Sunan Drajat. Bisa kita bayangkan, berapa putaran roda ekonomi yang terjadi dimasyarakat sekitarnya, yang mampu memberi penghidupan masyarakat. <br /><br />Selain itu, Lamongan juga dikenal sebagai tempat makam salah satu walisongo, yaitu Sunan Drajat. Sunan Drajat adalah seorang wali yang hidupnya sangat sederhana dan memiliki kekhasan dalam berdakwah. Sunan Drajat berhasil mengislamkan daerah pesisir tanpa harus konfrontasi (berkonflik) dengan adat istiadat dan budaya setempat. Islam yang diajarkan Sunan Drajat adalah Islam mengayomi dan melindungi semua warga masyakatnya. <br /><br />Tidak luput perhatian dari pemimpin Lamongan, Masfuk memainkan Makam Sunan Drajat sebagai potensi religi yang sangat penting untuk dikelola sebagai tempat wisata yang menguntungkan daerah dan masyarakat sekitar. Potensi ekonomi menjadi hidup berdampingan dengan wisata budaya religi yang menyatu dengan daerah setempat. Setelah dibangun dan dilengkapi dengan berbagai pusat perbelanjaan, kini pengunjung Makam Sunan Drajat datang dari berbagai wilayah di Indonesia.<br /><br />Lamongan juga membangun sebuah pelabuhan bernama PT. Lamongan Integrated Shorebase (LIS). Pelabuhan ini akan difungsikan untuk menyediakan sentra logistik terpadu bertaraf internasional. Dengan adanya pelabuhan itu, maka sentra logistik akan mampu melayani industri Migas yang beroperasi di Jawa Timur dan Indonesia Timur dengan konsep One Stop Hypermarket. Capaian ini merupakan keberhasilan Lamongan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.<br />Sumber potensi lamongan lainnya adalah padi dan ikan. Untuk Propinsi Jawa Timur, Lamongan telah surplus menyumbangkan beras untuk masyarakatnya dan kelebihannya di ekspor ke luar daerah Lamongan. Lamongan termasuk lumbungnya padi. Demikian halnya dengan ikan, Lamongan memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terbesar di Jawa Timur, yaitu pelabuhan Brondong yang dulu diresmikan oleh Presiden Soeharto Tahun 1980an. Ikan yang bongkar muat di pelabuhan Brondong mampu mesuplai semua warga Lamongan hingga dapat dikomsumsi sampai ke berbagai daerah di pulau Jawa dan keluar pulau Jawa.<br /><br />Dari cabang olah raga, Lamongan juga dikenal dengan sepak bolanya. Persatuan Sepak Bola Lamongan (Persela) mampu mengangkat reputasi nama Lamongan di pentas nasional. Persela beberapa kali telah menorehkan juara I Propinsi Jawa Timur. Tahun 2011 ini, persela U21 telah menyabet juara I Nasional. Prestasi demi prestasi yang lahir tentu bukan lahir dari sebuah ketidaksengajaan, akan tetapi merupakan upaya yang dirancang, dipersiapkan dan dikelola dengan baik.<br /><br />Dari sekian banyak kemajuan yang ditorehkan Lamongan tersebut, yang perlu mendapat aksentuasi (perhatian/penekanan) yaitu adanya sikap mau maju, serius dan komitmen dalam memegang tugas dan amanah. Warga Lamongan tidak suka hidup kepura-puraan, akan tetapi menyukai hidup yang lugas, apa adanya dan tanpa pamrih. <br />*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-53115190871947913392011-09-01T22:12:00.000+07:002011-09-06T22:14:19.468+07:00Menanam Kebajikan dengan BersilaturrahimMujtahid<br /><br />SETELAH sebulan berpuasa di bulan ramadhan, tradisi umat Islam tanah air adalah merayakan hari raya idul fitri. Hari raya idul fitri merupakan momentum saling kunjung mengunjungi dan bersalam-salaman, serta saling maaf memaafkan. Tradisi sangat mulia itu sudah turun temurun sejak zaman dahulu kala.<br /><br />Suasana silaturrahim seperti itu menjadi sangat indah dan mengesankan. Mengesankan karena silaturrahim sangat dianjurkan oleh Islam, bahkan menjadi sumber rezeki dan panjang umur seseorang. Tidak sebatas menjadi sumber rezeki dan memperpanjang umur, tetapi bahkan juga dikaitkan dengan melengkapi bulan suci ramadhan, yaitu sebagai penutup dan menyempurnakan ibadah puasa.<br /><br />Manfaat silaturrahim ialah menjadikan umat Islam agar bisa hidup bersatu dan saling menjaga kebersamaan. Kelebihan lainnya yaitu untuk mengenal lebih dekat para keluarga, sanak kerabat, teman sejawat, dan para kolega yang selama ini kita mengenalnya sebatas melalui bentuk formal, atau acara-acara tertentu yang serba terbatas. Silaturrahim dapat menyambungkan hati ke hati, pikiran ke pikiran dan obsesi-obsesi selama ini belum terjalin atau karena satu hal yang menyebabkan putus kontak.<br /><br />Sebagai sebuah tradisi yang begitu mensejarah di negeri ini, silaturrahim belum dapat tergeser oleh arus teknologi informasi. Sekalipun sudah banyak handphone sebagai penggati alat komunikasi, tetapi rasanya masih kurang afdhal bila belum berkunjung dan berjabat tangan. Sebab, sebagai nilai-nilai tradisi di masyarakat, seseorang belum dikatakan silaturrahim manakala belum mengulurkan tangan dan bertemu langsung sebagai tanda permohonan maaf.<br /><br />Begitu pentingnya makna silaturrahim sebagai penyatu keluarga, mempererat ikatan kerabat, dan kolega ditempat kita bekerja, maka hari raya idul fitri menjadi ajang untuk saling kunjung mengunjungi, saling memberi dan menerima maaf satu sama lain. Bahkan tradisi jawa sebelum ramadhan dan hari raya tiba, biasanya ada ater-ater (mengantarkan nasi atau kuwe) dari rumah ke rumah sebagai tanda jalinan kemanusiaan untuk memupuk hati dan sanubari menjadi lebih subur. <br /><br />Rasa penuh kekerabatan dan persaudaraan itu mestinya tidak sebatas seremonial dan berbasa-basi di kulit luarnya (lahiriyah) saja, akan tetapi harus tumbuh secara utuh antara yang diucapkan/ditampakkan dan dihayati dan tercermin dalam hati sanubarinya. Sebab dengan begitu, makna silaturrahim akan memberikan kemantapan dan keberkahan mendalam sesama kita. Budaya saling memaafkan dan mendo'akan adalah anjuran yang sangat mulia yang perlu kita gerakkan dalam kehidupan sehari-sehari.<br /><br />Tali silaturrahim membuka kesempatan untuk mengukuhkan sifat kemanusiaan yang paling mendasar untuk saling menjalin hubungan satu sama lain. Manusia diciptakan Allah tidak mungkin ada yang sempurna seperti halnya malaikat, karena dalam dirinya masih ada sifat jahat, riya', takabbur, dan seterusnya. Sehingga tali silaturrahim adalah upaya untuk membersihkan noda-noda dan segala macam sifat tercela yang pernah dilakukan oleh bani adam itu.<br /><br />Semangat silaturrahim juga mengukuhkan bahwa hubungan sesama manusia itu sangat penting. Barangkali karena kita kurang berhubungan dengan sesema manusia, kita tidak dapat mengalami kemajuan yang cukup berarti. Sebab dimensi silaturrahim itu sangat luas---- tidak saja dalam konteks minal aidin wal faizin atau mohon maaf lahir dan batin ---akan tetapi berkaitan dengan segi pendidikan, moral, sosial, ekonomi dan lain-lain.<br /><br />Itulah dulu banyak orang berhasil dan sukses karena ada suasana silaturrahim yang tumbuh dan berkembang secara alamiah. Para santri atau murid dulu sering bersilaturrahim kepada guru atau ulama untuk menimba ilmu kepadanya. Tidak saja ilmu yang ditimba, tetapi juga sifat dan perilaku gurunya. Inilah yang sekiranya perlu ditumbuhkan untuk memperbaiki generasi saat ini.<br /><br />Pada zaman dulu, para santri rela menelusuri jalan yang berbelok dan gelap gulita demi mendapatkan ilmu dengan cara bertemu atau bersilaturrahim kepada guru yang didengarnya. Sebagai tamu (murid) maka selalu mengikuti apa yang diperintahkan oleh gurunya. Sebab tamu itu bagaikan mayit (al-dhuyuf kal mayyit). Seorang tamu tidak boleh mengatur tuan rumah (shahibul bait), apalagi sampai memerintah tuan rumahnya. Itu artinya sebagai tamu yang transaksional, suka mengatur dan hanya ingin untuknya sendiri.<br /><br />Sehingga makna silaturrahim bila dikaitkan dengan panjang umur, itu memang benar karena silaturrahim yang berkualitas. Silaturrahim yang tidak saja sekedar berjabat tangan lalu pulang, akan tetapi yang mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan ilmu lalu seseorang akan dapat hidup yang bermutu dan sangat panjang jika ilmunya itu diamalkan kepada sesamanya.<br /><br />Silaturrahim tidak boleh hanya untuk kepentingan politik (karena atasan, atau orang memiliki kuasa), apalagi untuk hal-hal yang sifatnya transaksional. Hidup ini harus dibangun antara gerak badan dan suara hati harus seirama. Tidak boleh kalau hati berbicara iya, lalu tangan dan mulut bicara tidak. Itu artinya hidup belum seirama dan sebangun antara luar dan dalamnya. Silaturrahim sesungguhnya menyatukan antara yang luar (lahiriyah) dan yang dalam (batiniyah).<br /><br />Untuk menyatukan lahiriyah dan batiniyah membutuhkan sikap wara'. Banyak orang yang secara luar terasa tampak indah dan manis, akan tetapi di dalamnya masih menyimpan rasa dendam dan musuh. Sifat inilah oleh Allah akan menjadi bahaya karena bertolak belakang dengan kehidupan sejatinya. Silaturrhamim harus mampu menghapus rasa dendam dan musuh yang selalu mengganjal dalam hati sanubarinya.<br /><br />Semoga silaturrahim pada tahun ini dapat membuka lembaran baru guna melangkah hidup yang lebih bermakna dan bermanfaat bagi sesama. Silaturrahim memberikan jalan kemudahan bagi siapapun untuk mendapatkan pertolongan dan bantuan. Silaturrahim dapat menghempaskan segala macam sifat keburukan dan menanamkan kebajikan untuk sesama manusia. Sehingga manusia dapat mencapai kehidupan yang mulia, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana do'a yang selalu kita ucapkan "rabbana atina fi dunya hasanah wafil akhiratina hasanah". Itulah sesungguhnya silaturrahim yang hendak kita bangun agar hidup kita mampu menyeimbangkan kemuliyaan antara dimensi hidup di dunia dan di akhirat.<br /><br />*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim MalangMujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-88878619857102420472011-08-27T17:27:00.000+07:002011-08-27T17:28:02.804+07:00Meraih Hari Kemenangan
<br />
<br />
<br />SEBENTAR lagi, umat Islam akan merayakan hari raya idul fitri 1432 hijriyah. Jika puasa pada bulan ramadhan kali ini berusia 29 hari, maka hari raya (1 Syawal 1432) akan jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011. Tetapi umat Islam Indonesia masih menunggu hasil keputusan rukyat yang akan dilakukan Kementerian Agama RI di seluruh wilayah Indonesia.
<br />
<br />Sekalipun tahun ini misalnya harus berbeda penentuan hari raya idul fitri seperti yang pernah terjadi tahun-tahun sebelumnya, sebab Muhammadiyah telah lebih dulu menetapkan 1 Syawal 1432 H bertepatan 30 Agustus 2011, tidak perlu ada perpecahan dan saling menghujat satu sama lain. Menurut prediksi beberapa pakar ilmu falak atau astronomi dikemukakan melalui media maupun dialog-dialog di sebuah forum, bahwa besar kemungkinan akan terjadi perbedaan dalam penentuan hari raya idul fitri kali ini.
<br />
<br />Selama ini umat Islam memandang bahwa idul fitri adalah hari kemenangan, hari kembalinya jiwa umat Islam menjadi suci, baik dosa kepada Allah maupun sifat-sifat tercela yang dilakukan kepada sesamanya. Namun apakah setiap muslim secara otomatis mendapatkan hari kemenangan itu? Sebab ramadhan sebagai bulan "madrasatul nafs war ruh" hanyalah proses untuk memberikan pencerahan dan perubahan terhadap jiwa dan perilaku seseorang. Sebagai sarana pencerahan dan perubahan, maka apakah ramadhan dijadikan sebagai latihan pembiasaan yang mampu mengantarkan mereka untuk meraih prestasi kemenangan itu.
<br />
<br />
<br />Untuk menggapai kemenangan itu biasanya memerlukan beberapa syarat. Pertama, seseorang harus memiliki niat dan motivasi yang kuat. Sekalipun niat dan motivasi itu bentuknya sangat sulit diukur---- sebab niat itu muncul dalam hati atau jiwa ---namun pengaruh niat dan motivasi sangat besar dampaknya bagi keberhasilan untuk menuai sebuah kemenangan. Bahkan, Rasulullah memberikan penjelasan bahwa jika sebuah amal perbuatan tidak diiringi dengan niat, maka semua amal perbuatan tersebut akan sia-sia.
<br />
<br />
<br />Kemenangan--- apapun bentuk dan macamnya---tidak selalu hadir dengan sendirinya tanpa dibarengi dengan usaha atau ikhtiar. Akan tetapi kemenangan adalah sebuah proses yang melibatkan mata hati dengan sungguh-sungguh tanpa pamrih, riya' dan takabbur. Niat dan motivasi selalu dikaitkan dengan tujuan, harapan dan cita-cita untuk mendapatkan sesuatu, ialah ridha Allah Swt.
<br />
<br />Niat dan motivasi menjadikan seseorang mudah bergerak jiwa dan fisiknya untuk melakukan sesuatu, walaupun terkadang agak sulit dan berat dikerjakan. Puasa mendorong orang untuk bersabar, berdisiplin, bertawakkal, serta menjaga lisan dan perbuatan yang tidak pastas dilakukan. Karena dorongan niat dan motivasi, semuanya amal kebaikan yang kita kerjakan menjadi ringan dan mudah.
<br />
<br />
<br />Jadi niat dan motivasi sepanjang bulan puasa itu adalah modal yang sangat besar untuk menggapai hari kemenangan idul fitri. Artinya pasca ramadhan, niat dan motivasi itu harus kita jaga, bila perlu kita tingkatkan menjadi sebuah kebiasaan yang dapat menyatu dengan jiwa dan raga ini. Itulah cara bagaimana meraih kemenangan harus bersumber pada niat dan motivasi yang benar.
<br />
<br />
<br />Kedua, kunci meraih kemenangan adalah kesediaan untuk berjuang dan berkorban. Ada banyak orang ingin menang dan berhasil dalam hidupnya, tetapi tidak dilakukan dengan berjuang dan berkorban. Cari ini biasanya didapat dengan cara curang, jalan pintas atau menghalalkan segala cara. Kemenangan mesti harus direbut melalui cara yang etis, sportif dan tanpa mengganggu orang lain.
<br />
<br />
<br />Puasa selama satu bulan penuh senyatanya mengajarkan tentang pentingnya berjuang dan berkorban. Berjuang dan berkorban, selalu dikaitkan antara harta dan jiwa. Beberapa ayat dalam al-Qur'an, Allah memerintahkan bahwa berjuang dan berkorban itu harus dengan harta dan baru kemudian disusul dengan jiwa raga. Ayat al-Qur'an tersebut khithabnya ditujukan bagi orang yang sekiranya mampu, baik secara finansial (kekayaan) maupun kemampuan jiwa raganya. Namun bentuk pengorbanan itu dapat dikeluarkan sesuai tingkat kemampuannya masing-masing.
<br />
<br />Namun tatkala kita melihat beberapa tayangan telivisi, bahwa orang yang selalu tulus ihlas berjuang dan berkorban adalah orang yang hidupnya sederhana, bahkan pas-pasan. Sebaliknya, banyak orang yang secara finalsial cukup dan kaya, tetapi justru semangat memperoleh rezeki dengan cara tidak halal dan menipu. Puasa sesungguhnya mengajari satunya hati dan perbuatan. Apa yang tertanam dihati tercermin atau tampak dari perbuatannya.
<br />
<br />Sikap berjuang dan berkorban itu mengalahkan segala macam rintangan serta godaan yang membelenggu kita. Tatkala puasa, kita berjuang untuk tidak marah, tidak menggunjing, tidak menyakiti dan berjuang untuk tidak meninggalkan amal ibadah yang diperintahkan Allah. Dengan berpuasa, kita terasa ringan untuk melaksanakan shalat malam berjama'ah, beri'tikaf di masjid atau mushalla, membaca al-Qur'an hingga khatam, serta masih banyak lagi. Namun anehnya, pasca idul fitri semua aktivitas yang indah dan mulia itu tidak terlihat kembali.
<br />
<br />
<br />Puasa juga membelajarkan umat Islam untuk membiasakan berkorban. Kalau saat ramadhan seseorang dengan ringan mengeluarkan sedekah, membantu pembangunan masjid, memberi ta'jil, mengeluarkan zakat, serta memberikan beberapa hadiah untuk orang-orang yang perlu mendapatkannya. Sikap berjuang dan berkorban inilah yang kira-kira akan menjadi kunci meraih sebuah hari kemenangan. Tanpa berjuang dan berkorban sulit rasanya untuk meraihnya.
<br />
<br />Ketiga, kunci kemenangan memerlukan komunikasi dengan Allah dan sesama manusia. Agar tidak melahirkan sikap takabbur dan egois, bahwa sesungguhnya kemenangan itu adalah semata-mata datangnya dari Allah. Kemenangan juga dapat terjadi karena upaya dan sentuhan oleh orang lain, walaupun usaha berasal dari diri sendiri. Sukses tentu melibatkan kehadiran Allah dan sesama manusia sebagai media yang menyebabkan kita berhasi menang.
<br />
<br />
<br />Puasa membelajarkan manusia agar dekat dengan Allah dan dekat dengan sesama manusia. Tidak ada satu pun ayat atau hadits yang mengajarkan bahwa pada bulan puasa supaya kita uzlah (menyendiri) meninggalkan aktivitas dan kerjasama dengan orang lain.
<br />
<br />
<br />Semakin dekat dengan Allah langkah seseorang untuk menjalankan kebaikan akan semakin mudah. Begitu pula dengan bersama-sama (berjama'ah) seseorang menjadi lebih ringan melangkan kakinya untuk datang shalat ke masjid, melantunkan tartil al-qur'an, serta meringankan tangannya untuk menyalurkan rezikinya untuk kepentingan dan kemaslahatan ummat.
<br />
<br />Puasa membelajarkan manusia agar terbangun hubungan yang kuat baik kepada Allah dan manusia (hablum minallah wa hablum minan nas). Barangkali karena hubungan kita kurang dekat dengan sesama manusia, maka rezeki menjadi macet, ilmu yang diperoleh tidak barakah (manfaat),serta tidak dapat menyumbangkan kontribusi untuk orang lain. Puasa selain untuk mendekatkan diri kepada Allah, juga mendekatkan diri kepada sesamanya.
<br />
<br />Dari ketiga kunci tersebut di atas, semoga kita termasuk orang yang akan mendapat predikat kemenangan itu. Walau kita nanti tidak berada pada bulan ramadhan, kita dapat mempertahankan dan meningkatkan amal ibadah sebagaimana selama bulan ramadhan itu. Orang yang merayakan hari kemenangan idul fitri adalah orang yang mampu mempertahankan serta meningkatkan seluruh amal ibadah seperti bulan ramadhan. Sebaliknya, orang yang tidak menang alias merugi adalah orang yang tidak mampu mempertahankan, apalagi meningkatkan kualitas amal ibadahnya.
<br />
<br />*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
<br />
<br />Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-64673460412676738352011-08-24T21:32:00.000+07:002017-09-26T13:54:17.611+07:00Tradisi Mudik Kian MengasyikkanSETIAP tahun, jumlah pemudik lebaran mengalami peningkatan. Tahun ini diprediksi meningkat lebih banyak dari tahun kemarin. Ritual tahunan ini selain membuat ruas jalan transportasi arus utama menjadi sangat padat, juga rawan kecelakaan (bahaya) dan mengundang tindakan kriminal bagi sekelompok orang yang memanfaatkan kesempatan mudik ini. Tak hanya itu, harga tiketpun juga sebagian mengalami kenaikan sesaat yang dinilai sangat memberatkan para pemudik.
<br />
<br />
Kalau setiap tahun mengalami kenaikan kuantitas pemudik, berarti pada setiap tahunnya juga mengalami “urbanisasi” pada semua kelas masyarakat, baik para pekerja, pelajar, pedagang, politisi ataupun para “pengemis”. Suasana mudik memang menjadi khas budaya Indonesia, yang memiliki makna dan nilai sangat urgent bagi kehidupan sosial. Mudik adalah tradisi masyarakat untuk merayakan hari raya atau hari besar Islam dengan cara kembali ke tanah air atau kampong halaman. Mereka mudik (kembali) ke kampong halamannya ialah untuk menjalin silaturrahim kepada orangtua, sanak saudara dan para tetangga yang dulu pernah hidup bersama-sama.
<br />
<br />
Mudik dari tahun ke tahun tidak pernah mengalami sepi, melainkan justru semakin bertambah ramai. Ramainya para pemudik itu juga ikut menyemarakkan lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Mereka pulang kampong dengan membawa oleh-oleh khas, mulai dari barang yang berupa sandang/pakaian, makanan, buah-buahan yang sudah diawetkan, obat-obatan, hingga berupa harta/uang untuk dibagi kepada anggota keluarganya.
<br />
<br />
Rasanya kita sebagai umat Islam, harus menyempurnakan ibadah puasa itu dengan menyambung silaturrahim kepada orangtua, sanak keluarga dan orang-orang yang selalu dekat dengan kita. Sehingga walaupun tempat/daerah itu terasa jauh, kita rela mudik dengan biaya, tenaga dan pengorbanan yang tidak ringan, demi untuk menjalin silaturrahim, saling berma’afan dan menikmati “kebersamaan” atau “bercengkrama” dengan orang yang selama ini lama kita tinggalkan.
<br />
<br />
Tradisi mudik memang sangat unik. Dibilang unik karena ada sebuah ‘magnit batin’ atau ikatan emosional antara pelaku dengan keluarga, sanak saudara, komunitas kampungnya, serta kekhasan lain, seperti kerinduan akan makanan, minuman, budaya dan sebagainya.
<br />
<br />
Budaya lebaran atau “riyayan” hingga saat ini ternyata masih sangat kuat. Padahal di zaman yang sudah mengalami perubahan sangat besar khususnya teknologi dan informasi juga tidak mampu menggantikan tradisi dan ritual tahunan ini. Sejak dulu masyarakat Indonesia, mulai dari aspek tradisi-budaya hingga kesukuan, memang dikenal sangat kuat jiwa paternalistiknya. Penyatuan mereka terasa kembali utuh jika mereka bisa bertemu dengan orang-orang dekat, keluarga, bahasa, kampung, serta karakteristik lainnya.
<br />
<br />
Jiwa rindu, cinta, dan kasih sayang pantas hanya untuk insan (manusia) yang berhati suci. Tatkala mereka lama meninggalkan segala apa yang mereka tinggalkan, maka ada saatnya mereka untuk bisa bertemu kembali, yaitu melalui mudik lebaran. Ada luapan perasaan dari lubuk hati sanubari yang dalam yakni suka cita yang terpancar disaat berkumpul bersama orangtua, suami, istri, anak, dan keluarga dekat.
<br />
<br />
Kalau boleh diilustrasikan, sepertinya ada semacam suntikan energi (cahaya/kekuatan baru) yang merasuk kedalam dada sanubari seorang insan, setelah bersilaturrahim dengan mereka itu. Jiwa saling memafkan, mendo’akan, “berbagi” merupakan “manhaj” atau jalan untuk melepaskan rasa kangen dan menyambung kembali tali ikat persaudaraan (ukhuwah) yang telah terputus, karena pekerjaan, tugas belajar, merantau mencari nasib keberuntungan, dan seterusnya.
<br />
<br />
Untuk menata jalan ‘hidup yang panjang’ memang butuh nasehat, pengalaman, dan do’a dari orangtua, keluarga kerabat bahkan dari siapapun. Sehingga sesukses apapun orang, jalan itu sangat penting untuk tetap dilestarikan. Yaitu dengan cara menyapa orangtua, saudara, keluarga dekat, guru, serta siapa saja yang pernah berjasa. Moment lebaran adalah suasana untuk memperkukuh tali persaudaraan yang terputus dan melepaskan segala prasangka buruk dan keji kepada siapapun.
<br />
<br />
Semoga para pemudik tahun ini dapat menemukan makna dan arti yang hakiki dari tradisi ritual yang mensejarah itu. Proses mudik yang dilakukan tidak menambah beban kepada banyak pihak, tetapi mampu menemukan solusi, menumbuhkan jiwa yang fitri, tulus, jujur dan sabar.
<br />
<br />
*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-82367604066084953472011-08-14T09:14:00.000+07:002011-08-14T09:27:15.277+07:00Asah Kreativitas Guru Melalui PLPG
<br />Mujtahid*)
<br />
<br />SEJAK seminggu yang lalu Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menyelenggarakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) bagi guru-guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sekolah umum dan Islam. Pelatihan yang diikuti oleh para guru SD hingga SMA itu merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan Fakultas Tarbiyah sebagai lembaga LPTK yang berhak untuk mensertifikasi guru PAI dilingkungan Kementerian Agama RI.
<br />Berbeda dengan format tahun sebelumnya, saat ini sertifikasi guru langsung mengikuti PLPG tanpa melalui tahap uji penilaian portofolio guru seperti biasanya. Portofolio guru adalah kumpulan dokumen outentik yang pernah dilaksanakan atau diraih guru sepanjang menjabat tugas sebagai guru dan ditunjang dengan bukti-bukti administrasi lain yang sah. Sertifikasi guru melalui jalur penilain portofolio guru pada tahun ini sepertinya dihentikan karena beberapa alasan yang kurang efektif dan kredibel.
<br />Memang sejak awal digulirkan, sertifikasi guru melalui penilaian portofolio dipandang kurang efektif dan fokus untuk melihat dan mengukur kompetensi guru. Kalau ukurannya peningkatan kompetensi, rasanya sulit jika alat ukurnya adalah hanya melalui penilaian dokumen. Apalagi, akhir-akhir ini, tidak sedikit para guru yang berhasil lulus sertifikasi jalur portofolio itu justru bukan dari upayanya sendiri, melainkan atas sentuhan pihak lain atau dari upaya biro jasa (penyedia bukti-bukti fiktif) yang menjajakan kepada guru. Jadi tingkat kredibilitas kelulusan sertifikasi guru dianggap kurang mantap, karena ulah sebagian guru yang merekayasa dokumen palsu tersebut.
<br />Perubahan kebijakan seperti itu biasanya selalu membawa dampak atau pengaruh bagi pelaku, yakni para guru dan asesor. Bagi guru, perubahan tersebut berimplikasi positif atau menyenangkan karena mereka tidak lagi bersusah payah menghimpun lembar demi lembar berkas dokumen serta bukti-bukti administrasi yang begitu berat. Belum lagi penggadaan dokumen tersebut yang tentu saja akan merogoh kocek tidak sedikit yang harus mereka keluarkan untuk penggandaan portofolio.
<br />Sementara bagi asesor, kebijakan tersebut tentu saja tidak menggembirakan karena dapat mengurangi ‘pemasukan' yang biasanya lumayan besar. Meski demikian, kebijakan itu harus disambut dengan penuh rasa syukur dan gembira karena asesor masih memperoleh ‘berkah' dari kegiatan PLPG. Seperti biasanya, kegiatan PLPG dilaksanakan 10 hari sekali angkatan, yang tentu saja dapat mengganti penilaian berkas portofolio itu.
<br />
<br />Asah Kreativitas dan Tumbuhkan Inspirasi
<br />Kebijakan sertifikasi guru yang kini melalui jalur PLPG merupakan pilihan yang tepat dan efesien. Sebab, PLPG yang menggantikan penilaian dokumen adalah penilaian berbasis proses yang jauh lebih riil bermanfaatnya bagi para guru. Sekalipun hanya sepuluh hari lamanya, mereka dilatih dan dibimbing untuk memahami aspek kompetensi pedagogi, profesional, sosial dan kepribadian sebagaimana amanat PP. 19 tahun 2005.
<br />Pelaksanaan PLPG di LPTK Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang diformat sesuai dengan visi-misi dan tujuan universitas, yaitu mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan akhlak, serta menyebarluaskan ilmu dan ketrampilan. Tak ketinggalan, semua peserta juga diajari shalawat irfan, yang merupakan ciri khas shalawat UIN Maliki Malang. Peserta PLPG juga diajak shalat jama'ah bersama, terutama shalat tarawih yang secara bergantian dari kelompok ke kelompok yang menjadi petugas adzan, imam, penceramah dan seterusnya adalah para guru itu sendiri. Pelatihan tersebut tanpak indah sekali dan benar-benar proses pendidikan yang mengajarkan kedisiplinan, ketulusan, serta menumbuhkan kebiasaan-kebiasan yang berbudi pekerti luhur.
<br />Untuk mengasah kompetensi pedagogi, para peserta PLPG diajak mempelajari model/pendekatan dan strategi pembelajaran. Materi ini dikemas dengan pendekatan pembelajaran yang memadukan antara teori dan praktik. Para guru dibekali teori pembelajaran oleh masing-masing asesor dan kemudian dipraktikkan. Yang menyenangkan adalah mereka dapat saling bekerjasama, berbagi pengalaman, dan saling membantu dalam setiap kegiatan praktik mengajar.
<br />Target dari materi model pembelajaran ialah untuk meningkatkan kemampuan mendesain dan mempraktikkan pembelajaran yang kreatif, inovatif serta inspiratif. Melalu materi tersebut para guru dapat memacu kreatifitasnya guna memperoleh pengalaman baru dalam menggali bentuk-bentuk pembelajaran yang kontekstual dan unggul. Tujuannya materi ini ialah semua peserta diklat dapat menerapkan model dan strategi itu pada sekolahnya masing-masing. Dari PLPG itu dapat dipetik pelajaran bahwa mengasah "kreativitas" dan energi potensi positif agar tumbuh dan berkembang secara efektif, ternyata membutuhkan jiwa kebersamaan, kerjasama, saling percaya, berberjuang keras dan berkorban. Para peserta itu sepanjang yang saya lihat memiliki jiwa itu, walau mereka berasal dari berbagai daerah kabupaten/kota dan sekolah yang berbeda-beda pula.
<br />Sekalipun status mereka guru tetapi merasa dirinya tidak canggung walau jadi murid (peserta), yang siap menerima dan diminta untuk mempraktikkan model dan strategi pembelajaran. Tatkala salah seorang peserta diminta praktik/tampil untuk mencoba beberapa strategi pembelajaran, meraka juga dapat memposisikan diri sebagai murid, walau yang tampil adalah temannya sendiri. Modal kebersamaan dan kerjasama itulah sesungguhnya kekuatan sekaligus cara mulia untuk membangun kompetensi guru.
<br />Selain itu, para peserta PLPG juga mendapat materi pengembangan materi PAI, perencanaan pebelajaran, evaluasi pembelajaran dan penelitian tindakan kelas (PTK). Sama seperti materi model dan strategi pembelajaran, para guru juga lebih ditekankan pada praktik. Matari Pengembangan PAI misalnya, para guru membuat peta konsep tentang masing-masing kompetensi dasar PAI yang perlu dikembangkan secara luas dan integral dengan pengetahuan lain. Seperti membahas tentang binatang halal dan haram. Dalam sebuah diskusi kelompok itu ada yang mempresentasikan bahwa binatang haram seperti babi, sekarang ini menjadi halal. Halal karena daging babi diproses terlebih dahulu dan dicapur dengan bahan lain untuk digunakan makanan binatang lainnya, seperti ayam, bebek, ikan, dan seterusnya. Ternyata ikan, bebek, ayam tersebut menjadi lebih sehat dan cepat pertumbuhannya karena berkat asupan daging babi itu. Pengembangan seperti itu merupakan terobosan baru untuk memperluas materi fiqih yang selama ini memandang bahwa binatang babi adalah binatang haram dan secara serta merta kita sangat benci. Itulah gambaran inspirasi guru bagaimana membicarakan soal pengembangan materi yang biasanya sulit diterjemahkan oleh para guru PAI, dan masih banyak hal lagi yang mereka hadirkan pada kegiatan PLPG itu.
<br />Begitu halnya dengan materi-materi lainnya, para narasumber/instruktur mengasah mereka menumbuhkan sikap kreatif dan inspirasi kegiatan pembelajaran di PLPG. Kegiatan pembelajaran, apapun tingkatannya memang membutuhkan pergumulan, transfer pengalaman, serta keberanian dalam mengekspresikan potensi yang dimilikinya, tak terkecuali para guru itu sendiri. Semoga para guru yang telah mengikuti PLPG selama 10 hari itu mampu menggerakkan inovasi sekolahnya, menjadi pelopor para rekan sejawatnya, serta yang tidak kalah pentingnya ialah sebagai contoh tauladan bagi murid-muridnya.
<br />
<br />*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
<br />Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-2903017193686258062011-05-26T21:53:00.000+07:002011-06-26T22:00:41.591+07:00Kecerdasan SpiritualMANUSIA adalah makhluk yang paling cerdas, dan Tuhan, melengkapi manusia dengan komponen kecerdasan yang paling kompleks. Sejumlah temuan para ahli mengarah pada fakta bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan paling sempurna dan akan menjadi sempurna asalkan bisa menggunakan keunggulan potensinya. Kemampuan menggunakan potensi tersebut sebagai faktor yang membedakan antara orang jenius dan orang yang tidak jenius di bidangnya.<br />Bila kita lacak secara holistik, maka di dalam diri manusia terdapat banyak sekali kecerdasan. Thorndike (1994), membagi kecerdasan manusia menjadi tiga hal, yaitu kecerdasan abstrak (kemampuan memahami simbol matematis atau bahasa), Kecerdasan kongkrit (kemampuan memahami objek nyata) dan Kecerdasan Sosial (kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia yang dikatakan menjadi akar istilah Kecerdasan Emosional) <br />Pakar lain seperti Charles Handy (1990) juga punya daftar kecerdasan yang lebih banyak, yaitu: Kecerdasan Logika (menalar dan menghitung), Kecerdasan Praktek (kemampuan mempraktekkan ide), Kecerdasan Verbal (bahasa komunikasi), Kecerdasan Musik, Kecerdasan Intrapersonal (berhubungan ke dalam diri), Kecerdasan Interpersonal (berhubungan ke luar diri dengan orang lain) dan Kecerdasan Spasial) <br />Bahkan pakar Psikologi semacam Howard Gardner & Associates konon memiliki daftar 25 nama kecerdasan manusia termasuk misalnya saja Kecerdasan Visual/Spasial, Kecerdasan Natural (kemampuan untuk menyelaraskan diri dengan alam), atau Kecerdasan Linguistik (kemampuan membaca, menulis, berkata-kata), Kecerdasan Logika (menalar atau menghitung), Kecerdasan Kinestik/Fisik (kemampuan mengolah fisik seperti penari, atlet, dll), Kecerdasan sosial yang dibagi menjadi Intrapersonal dan Interpersonal.<br />Danah Zohar dan Ian Marshall, menambahkan bahwa dalam diri manusia terdapat kecerdasan spiritual. Suatu kecerdasan yang memberikan pencerahan jiwa manusia. Ia menuangkan betapa pentingnya kecerdasan spiritual memengaruhi setiap prilaku, sikap dan tindakan manusia, baik yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Di samping kecerdasan intelektual dan emosi, kecerdasan spiritual mengangkat jalan hidup manusia lebih bermakna.<br />Untuk menjadi diri sendiri yang handal, seseorang tidak hanya perlu memiliki kecerdasan intelektual dan emosi, melainkan juga kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual itu merupakan kemampuan seseorang untuk menyelaraskan hati dan budi sehingga menjadi orang yang berkarakter dan berwatak positif.<br />Plato, seorang filosof pernah berucap bahwa kesengsaraan pada dasarnya disebabkan oleh kebodohan (ignorance). Kebodohan tersebut berakar pada ketidakmampuan seseorang mengenali dirinya sendiri. Oleh karena itu, unsur spiritual sangat diperlukan seperti halnya unsur fisik agar seseorang mampu melihat lebih dalam.<br />Danah Zohar dan Ian Marshall menekankan bahwa kecerdasan spiritual mampu mengarahkan manusia pada pencarian hakikat kemanusiaannya. Sebab, hakikat manusia itu bisa ditemukan dalam perjumpaan manusia dengan Tuhan. Mistisisme membantu manusia untuk mencari something out there that are unknown (sesuatu di luar sana yang tidak diketahui).<br />Sehingga kecerdasan spiritual sangat membantu meningkatkan kompetensi seseorang untuk mengambil jalan hidup yang lebih hakiki. Tujuan SQ adalah untuk menaklukkan diri dan mengatur hidup begitu rupa sehingga tidak ada suatu pandangan hidup di bawah pengaruh sikap kelekatan pada apa pun. Kecerdasan spiritual bersifat eksistensial dan memiliki sense of mission.<br />Kecerdasan spiritual yang memadukan antara kecerdasan intelektual dan emosional menjadi syarat penting agar manusia dapat lebih memaknai hidup dan menjalani hidup penuh berkah. Terutama pada masa sekarang, di mana manusia modern terkadang melupakan mata hati dalam melihat segala sesuatu.<br />Danah Zohar dan Ian Marshall, sebagai penggagas awal istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) mengatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’. <br />Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.<br />Perlu diakui bahwa IQ, EQ dan SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait (interconnected) di dalam diri manusia, sehingga tak mungkin juga dapat dipisah-pisahkan fungsinya. Berhubungan dengan orang lain tetap membutuhkan otak dan keyakinan sama halnya dengan keyakinan yang tetap membutuhkan otak dan perasaan. Seperti kata Thomas Jefferson atau Anthony Robbins, meskipun keputusan yang dibuat harus berdasarkan pengetahuan dan keyakinan sekuat batu karang, tetapi dalam pelaksanaannya, perlu dijalankan sefleksibel orang berenang. <br />Aplikasi dari kecerdasan spiritual dan didukung dengan kecerdasan lainnya hanyalah satu dari sekian tak terhitung cara hidup, dan seperti kata Bruce Lee, strategi yang paling baik adalah strategi yang kita temukan sendiri di dalam diri kita. “Kalau kamu berkelahi hanya berpaku pada penggunaan strategi yang diajarkan buku di kelas, namanya bukan berkelahi (tetapi belajar berkelahi)”.<br />*) Mujtahid, Dosen Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) MalangMujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-4278097635190740492011-04-18T13:21:00.000+07:002011-04-18T13:23:19.296+07:00Menjadikan Islam Sebagai Pandangan HidupMujtahid<br /><br />SEJAK dulu, umat Islam dalam memahami ajaran Islam tak pernah surut. Segala potensi dan metodologis digunakan untuk memberi jalan kemudahan mengenal Islam dari berbagai sudut dimensi. Singkatnya, banyak jalan bagaimana memahami Islam secara utuh dan komprehensif.<br />Islam adalah denyut nadi yang mensejarah sepanjang peradaban manusia. Sampai kapan pun, Islam tak akan pernah kering dari perhatian orang. Studi-studi agama menempatkan Islam sebagai kajian menarik yang dilakukan setiap orang. Lebih dari itu, kini Islam di Barat menjadi perhatian orang-orang yang tengah kehilangan pegangan hidup yang pasti. Tidak sedikit, orang Barat tertarik mempelajari Islam, bahkan memeluknya sebagai pegangan hidup.<br />Intensitas pengkajian terhadap Islam sungguh di luar dugaan. Tidak saja di pesantren-pesantren, sebagai basis mendalami ajaran Islam, melainkan di perguruan tinggi ramai mempelajari Islam. Meski ajaran Islam terkesan doktriner dan final, tetapi justru membuat banyak orang tertarik melakukan pengkajian terhadapnya. Cara pandang seseorang pun bisa berbeda, orang awam berbeda dengan kaum cendikiawan, orang kaya berbeda dengan orang miskin, politikus berbeda dengan ekonom, dan begitu seterusnya.<br />Memang, dari dulu ajaran Islam tetap sama. Namun setiap kepala orang dapat berbeda dalam mengartikulasikan Islam. Hal ini karena Islam mengandung nilai universalitas yang cukup memberi peluang setiap pemeluknya untuk berbeda. Meski berbeda memahami Islam, semangat untuk menghayati dan mengamalkan Islam justru semakin dinamis. Hal ini bisa terlihat dari semangat banyaknya organisasi Islam yang tak pernah sepi dari upaya kreatif memahami Islam.<br />Upaya-upaya tersebut di atas, sebenarnya mengajak para pemeluk Islam untuk melakukan sebuah refleksi baru mengenai apa yang disebut Kuntowijoyo sebagai “reinterpretasi ajaran Islam”. Tugas ini merupakan suatu keniscayaan, sebagai salah satu upaya dalam rangka peningkatan kualitas dakwah dan pendidikan Islam, baik dilingkungan formal, informal, maupun nonformal. Islam dapat berkembang maju pesat karena dua kekuatan itu, yakni melalui dakwah dan pendidikan. <br />Salah satu tugas dakwah dan pendidikan Islam yang paling berat adalah “mengislamkan orang-orang Islam”. Tantangan ini semakin gamblang ketika penelitian Martin Van Bruinessen menyebutkan bahwa orang Islam yang masuk ke nusantara ini cenderung bercorak kefiqhian. Realita sejarah seperti itu, disadari atau tidak, telah membentuk karakter Islam tersendiri. Sehingga oleh Nurcholis Madjid menyebutnya dengan Islam Indonesia, sebuah ciri khas Islam lokal. Ke depan, Islam harus tampil sebagai agama yang menjawab segala kebutuhan umat manusia, tidak saja masalah ritual keagamaan, tetapi masalah peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.<br />Islam perlu dihadirkan kembali sesuai dengan sejatinya. Berbagai alternatif memahami Islam banyak ditampilkan cendikiawan muslim. Apalagi Islam masuk ke nusantara banyak melewati babakan sejarah panjang dengan berbagai motif budaya lokal yang kental. Tidak ada cara lain kecuali menerjemahkan kembali Islam sebagai ajaran murni sesuai dengan petunjuk kitab suci yang sangat kaya tentang masalah sosial, ilmu pengetahuan, pendidikan dan seterusnya. Pendek kata, perlu semacam recoveri strategi dalam memahami Islam yang betul-betul otentik demi mengembangkan kualitas umat Islam. <br />Memahami ajaran Islam membutuhkan rujukan aslinya. Dari sumber itu baru dapat dipahami secara korelatif, integratif dan berkesinambungan. Dengan melibatkan berbagai pendekatan (interdisipliner), secara utuh Islam dapat dipahami lebih terbuka dan kontekstual sesuai dengan tingkat peradaban umat manusia. Islam tampil sebagai kekuatan penggerak spiritual, moral, ilmu dan amal saleh.<br />Aktualisasi ajaran Islam adalah penting. Hal ini seperti pesan Qur’an maupun hadits yang menyuruh umat Islam agar selalu mengerahkan ‘aql atau pemikiran dan sekaligus menyesuaikan perkembangan dan perubahan zaman. <br />Islam sebagai agama sekaligus doktrin, setidaknya ada tiga hal yang pertu dipetik, yakni Islam sebagai sumber kekuatan dan keyakinan spiritual, Islam sebagai wawasan dan pandangan hidup (world view) dan Islam sebagai komitmen hidup dan perjuangan. Pemahaman seperti inilah akan memberikan jawaban terhadap persolaan di tengah tantangan kehidupan manusia dewasa ini. Islam menjadi petunjuk yang selalu up to date sepanjang masa. <br /> <br />*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki MalangMujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-82631208233107627742011-03-18T13:23:00.000+07:002011-04-18T13:24:59.505+07:00Peran Guru Dalam Meningkatkan Mutu PendidikanMujtahid*<br />DINAMIKA pendidikan Islam atau yang sering disebut dengan istilah sekolah yang berlabelkan Islam, nampaknya masih menjadi kajian menarik. Pada dekade terakhir ini, sekolah yang bernafaskan Islam seringkali mendapat sorotan yang cenderung kurang menggembirakan dan membanggakan bagi semua pihak. Secara kolektif, hampir rata-rata mutu sekolah Islam rendah, bahkan lulusan sekolah Islam tergolong minoritas yang bisa masuk perguruan tinggi. <br />Menurut pengamatan A. Malik Fadjar, bahwa kenyataan mendasar dari sebagian dari lembaga pendidikan Islam kini telah kehilangan “mekanisme alokasi posisional”. Artinya, bahwa sistem kelembagaan pendidikan Islam telah kehilangan kepercayaan dari masyarakat untuk menyalurkan peserta didiknya ke dalam posisi-posisi ideal tertentu. Berdasarkan pengamatan ini, penulis semakin percaya bahwa lembaga pendidikan Islam pasti ada “sesuatu” yang tidak berjalan secara wajar dan fungsional.<br />Lebih jauh lagi, sorotan yang lebih menukik ke dalam dataran sistem pendidikan dan pengajaran yang terjadi pada sejumlah lembaga pendidikan Islam di kesankan bahwa kelembagaan pendidikan Islam tanpaknya masih dalam posisi “cagar budaya” untuk menumbuhkan faham-faham keagamaan tertentu, belum berorientasi pada “taraf dan mutu”. Artinya, dalam kerangka pembelajaran belum menempatkan peserta didik atau lulusannya pada “taraf dan mutu”, serta pada konteks kemasyarakatan yang lebih luas.<br />Masalah kualitas, mulai dari raw-in put, proses maupun out put dinilai sangat rendah. Salah satu indikatornya adalah rata-rata nilai NEM siswa hasil didikan sekolah Islam tertinggal jauh dari sekolah negeri ataupun sekolah lain yang dikelola orang luar Islam. Kehadiran lembaga pendidikan seperti itu, secara tidak sadar akan menempatkan dirinya pada “kelas pinggiran”, yang satu persatu mengalami penyusutan karena kehilangan kepercayaan dari ummat maupun peminatnya. Kalau sistem pendidikan semacam ini masih tetap dipartahankan, maka boleh jadi pendidikan bukan saja tidak menolong masa depan peserta didik, tapi lebih jauh dari itu dapat dinilai sebagai perbuatan yang merugikan. Pendidikan yang tidak dikelola dan didasarkan pada orientasi yang jelas dapat mengakibatkan kegagalan dalam hidup secara berantai dari generasi ke genarasi. Oleh karena itu, persoalan mendasar ini termasuk bagian dari masalah yang peka dan rawan.<br />Sebagai lembaga pendidikan yang mengemban misi pencerahan peradaban umat masa depan, biasanya pendidikan Islam mudah terjebak pada determinisme-ideologis sehingga mengabaikan proporsionalitas dan profesionalitas serta proses-proses pengelolaannya. Dalam pandangan A. Malik Fadjar, bahwa ada sementara pihak dari kalangan umat Islam yang tidak risau menyaksikan masih lemahnya daya saing mutu lulusan sekolah-sekolah Islam dibanding dengan lulusan sekolah umum lainnya. Jika fenomena tersebut masih menjadi sikap umum sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan Islam, maka dalam perspektif metodologis-pedagogis jelas demikian itu telah menyimpang dari aspek-aspek fundamental dalam dunia pendidikan. <br />Dari pelbagai penilaian pakar pendidikan, ada yang menyatakan bahwa sistem pendidikan Islam, baik yang bernaung dalam Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, maupun Yayasan-yayasan Islam lainnya, tengah mengalami penurunan kreativitas, metodologis, dan kekaburan orientasi pengajaran. Bahkan sebagian pendapat mensinyalir bahwa pendidikan Islam kurang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Orientasi pendidikan Islam lebih terjebak pada kegiatan yang formalistik, dan tidak ada sedikitpun terlihat nuansa pengembangan keilmuan.<br />Ironisnya, pada setiap level kehidupan, hampir semua sektor lembaga formal maupun non-formal, termasuk di dalamnya lembaga pendidikan (sekolah) sedang mengembangkan suatu sikap tentang adanya tuntutan utama yakni profesionalisme dan modernisme. Di samping itu, bagi lembaga pendidikan diharuskan mencari model dan pola baru yang lebih inovatif guna memberikan nuansa segar bagi penyelenggaraan proses belajar-mengajar di sekolah. <br />Jika inovasi lembaga pendidikan Islam selalu dilakukan setiap saat, maka kemungkinan besar dirinya akan bertahan kokoh dalam menghadapi perubahan-perubahan dan perkembangan mutakhir yang semakin kompleks ini. Karena itu, pada batas-batas tertentu sesuatu yang sebelumnya sudah dianggap mapan, kini hal itu bisa menjadi ketinggalan zaman.<br /><br />A. Eksistensi Guru<br />Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan. Ruh pendidikan sesungguhnya terletak dipundak guru. Bahkan, baik buruknya atau berhasil tidaknya pendidikan hakikatnya ada di tangan guru. Sebab, sosok guru memiliki peranan yang strategis dalam ”mengukir” peserta didik menjadi pandai, cerdas, terampil, bermoral dan berpengetahuan luas.<br />Namun kini banyak gelombang aksi tuntutan mengenai profesionalisme guru. Eksistensi guru menjadi bagian inheren yang tidak dapat dipisahkan dari satu kesatuan interaksi pedagogis dalam sistem pengelolaan pengajaran pendidikan (sekolah). Dalam pengamatan penulis, tuntutan tersebut sejalan dengan cita-cita yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, yang berbunyi: <br />“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.<br />Karena itu, sikap profesionalisme dalam dunia pendidikan (sekolah), tidak sekadar dinilai formalitas tetapi harus fungsional dan menjadi prinsip dasar yang melandasai aksi operasionalnya. Tuntutan demikian ini wajar karena dalam dunia modern, khususnya dalam rangka persaingan global, memerlukan sumber daya manusia yang bermutu dan selalu melakukan improvisasi diri secara terus menerus. Sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga pendidik atau guru merupakan cetak biru (blueprint) bagi penyelenggaran pendidikan. <br />Seorang guru yang baik adalah mereka yang memenuhi persyaratan kemampuan profesional baik sebagai pendidik maupun sebagai pengajar atau pelatih. Di sinilah letak pentingnya standar mutu profesional guru untuk menjamin proses belajar mengajar dan hasil belajar yang bermutu. <br />Seperti yang terungkap di atas, bahwa salah satu “kejenuhan” yang di alami pendidikan Islam akhir-akhir ini adalah kualitas guru. Sejalan dengan tuntutan dunia kerja modern, termasuk lapangan kerja dalam bidang pelayanan jasa seperti sekolah, secara kualitatif menuntut seseorang mengusai metode, cara dan alat kerja yang efesien, efektif, dan canggih (modern). Metode pelayanan yang masih menggunakan cara lama harus diubah dengan cara pelayanan baru yang memperoleh daya guna secara efektif dan efesien sehingga tercapainya tujuan yang maksimal.<br />Sebagai tenaga edukatif dalam lingkup sekolah, guru harus memiliki kompetensi-kompetensi dasar kependidikan. Sebab dalam interaksi pembelajaran peserta didik, seorang guru harus bisa melakukan demonstrasi yang hidup dan menyenangkan bagi peserta didik. Sehingga kompetensi tersebut menyebabkan pembelajaran semakin bertambah baik.<br />Untuk menuju proses kegiatan belajar yang baik, maka tugas pokok guru adalah mempersiapkan rancangan-rancangan pembelajaran yang sistematis dan berkelanjutan. Membuat perangkat pembelajaran tersebut merupakan bagian dari tugas pendidik. Di samping ia juga harus memiliki kemampuan tertentu yang sesuai dengan nilai dan norma yang seharusnya dimilikinya. Misalnya, berkepribadian dewasa, mandiri dan bertanggung jawab terutama secara moral sehingga dapat dijadikan identifikasi peserta didiknya. <br />Itulah mengapa seorang guru harus memiliki jiwa profesionalisme. Keberadaan guru yang sangat strategis tersebut diharapkan melalui jiwa profesionalisme dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan menjadi tonggak yang kokoh bagi lembaga pendidikan. Oleh karena itu, kata profesionalisme perlu kita kaji secara mendalam guna melahirkan pemahaman yang holistik dan komprehensif. <br />Kata dasar profesionalisme sesungguhnya berakar dari kata profesi, yakni memerlukan kepandaian khusus untuk menjelaskannya. Sutisno mendefisikan profesional adalah menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaannya, terikat oleh pandangan hidup (world view atau weltanschaung) tertentu yang dalam hal ini ia memerlukan pekerjaannya sebagai seperangkat norma, kepatuhan terhadap perilaku, dan terikat pada syarat-syarat kompetensi serta kesadaran berprestasi dan pengabdian. Dengan demikian, istilah profesional yang dimaksud adalah serangkaian keahlian yang dipersyaratkan untuk melakukan suatu pekerjaan yang dilakukan secara efesien dan efektif dengan tingkat keahlian yang tinggi dalam mencapai tujuan pekerjaan tersebut. <br />Maksud dari sikap profesionalisme tersebut paling tidak mencerminkan empat ciri mendasar berikut ini, yakni pertama, tingkat pendidikan spesialisasinya menuntut seseorang melaksanakan jabatan/pekerjaan dengan penuh kapabilitas, kemandirian dalam mengambil keputusan (independent judgement), mahir dan terampil dalam mengerjakan tugasnya. Kedua, motif dan tujuan utama seseorang memilih jabatan/pekerjaan itu adalah pengabdian kepada kemanusiaan, bukan imbalan kebendaan (bayaran) yang menjadi tujuan utama. Ketiga, terdapat kode etik jabatan yang secara sukarela diterima mejadi pedoman perilaku dan tindakan kelompok profesional yang bersangkutan. Kode etik tersebut menjadi standar perilaku pekerjaannya. Keempat, terdapat kesetia-kawanan seprofesi, yang diwujudkan dengan saling menjalin kerja sama dan tolong menolong antar anggota dalam suatu komunitas tertentu. <br />Seseorang dikatakan profesional, bilamana pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan memperbarui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya, yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zaman di masa depan. <br />Sesuai dengan UU RI No. 14 tahun 2005 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.<br />Dari rumusan tersebut di atas bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan perpaduan antara bimbingan, pengajaran dan latihan. Kegiatan bimbingan lebih ditekankan pada proses pengembangan mental spiritual (rohaniah, moral dan sosial). Kegiatan pengajaran ditekankan pada proses pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Guru sebagai pendidik yang profesional, berarti harus mempunyai keahlian dalam mengelola ketiga kegiatan tersebut. <br />Sebagai sebuah institusi, lembaga sekolah dalam prosesnya harus selalu berupaya meningkatkan profesionalisme guru dan inovasi pembelajaran. Salah satu upaya untuk meningkatan mutu pembelajaran di sekolah adalah terbentuknya kultur dan sikap profesionalisme guru yang dedikatif tinggi. <br />Sudah menjadi kewajiban bagi suatu lembaga pendidikan (sekolah), bahwa pengembangan profesionalisme guru merupakan tanggung jawab besar yang tidak bisa ditunda lagi. Sebab, menunda hal ini berarti mengorbankan generasi masa depan yang notabenenya sebagai cagar peradaban umat. Karenanya, proses peningkatan kualitas bagi lembaga pendidikan seharusnya menyadari dan melakukan pembenahan sedini mungkin supaya pengembangan kualitas kelembagaan sekolah dan lulusannya dapat memenuhi harapan masyarakat luas. Mutu tidaknya sebuah sekolah akan dapat dilihat dari mekanisme struktural di dalamnya, apakah ada rencana yang terstruktur, sistematis, terprogram dan berkelanjutan. <br />Dari paparan tersebut, sudah sepatutnya lembaga pendidikan/sekolah untuk lebih meningkatkan pada orientasi mutu, termasuk salah satu di dalamnya mutu profesi guru dan sistem kegiatan belajar mengajarnya. Orientasi pendidikan yang berjalan saat ini, bukan tidak mungkin akan kehilangan elan vital-nya di masa depan, sebab kurang didukung oleh pengelola pendidikan yang profesional. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa guru merupakan faktor penting yang menetukan keberhasilan mutu pendidikan. Hasil ini menunjukkan bahwa sampai saat ini betapa eksisnya peran guru diperlukan dalam dunia pendidikan. <br />Salah satu upaya untuk mengatasi kebutuhan tersebut adalah mengubah orientasi sekolah yang masih berpola lama dengan inovasi yang berpola baru. Artinya, kalau sekolah masih dikelola dengan cara lama maka sudah saatnya digantikan dengan cara baru. Hal ini penting, mengingat peran lembaga pendidikan akan selalu berdialektika dengan perubahan yang terus berkembang.<br />Karena itu, sudah saatnya lembaga pendidikan harus mempertegas visi dan misi yang akan dikembangkan di masa mendatang, supaya tidak terjadi kekaburan orientasi dan kehilangan arah yang pasti. Sebab, jika tidak dilakukan maka akan berdampak pada kualitas sekolah itu sendiri. Salah satu ukuran kualitas lembaga pendidikan dapat dilihat dari proses kegiatan (non fisik), selain sarana fisiknya juga mendukung. Sehingga berbagai upaya peningkatan mutu perlu ada komitmen yang kuat dari pihak penyelenggara sekolah. <br />*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang<br /><strong></strong>Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-41209522887622854752011-02-18T13:25:00.000+07:002011-04-18T13:27:02.281+07:00Studi tentang Pengembangan Profesi GuruMujtahid*<br />Studi tentang pengembangan profesi guru memang membutuhkan keseriusan dalam sebuah tata administrasi modern. Disadari ataupun tidak, hakikat segala sesuatu yang tergelar di dunia ini perlu diatur. Pengaturan dimaksud mengarah kepada usaha kelancaran, keteraturan, kedinamisan dan ketertiban suatu usaha. Menurut Charles A. Beard, seperti yang dikutip oleh Albert Lepawzley dalam bukunya “Administration”- dan dikutip kembali oleh Siagian, bahwa “tidak ada satu hal untuk abad modern sekarang ini yang lebih penting dari administrasi.”<br />Menurut The Liang Gie bahwa administrasi adalah segenap serangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh kelompok orang dalam bekerjasama mencapai tujuan tertentu. Memahami maksud tersebut bahwa “segala pengaturan atau penataan seluruh sumber daya (manusia dan non manusia) dalam rangka kerjasama untuk mencapai tujuan bersama” terdapat kandungan makna penting yaitu 1) adanya kegiatan pengaturan atau penataan, 2) adanya sumber daya yang ditata, 3) adanya kerjasama dalam menata, dan 4) adanya tujuan bersama dari kegiatan pengaturan atau penataan.<br />Pengertian yang hampir senada juga disampaikan Sondang P. Siagian, bahwa administrasi merupakan keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dari pemahaman ini ada beberapa unsur penting yaitu; 1) adanya dua manusia atau lebih, 2) adanya tujuan yang akan dicapai, 3) adanya tugas-tugas yang harus dilaksanakan, 4) adanya perlengkapan atau peralatan untuk melaksanakan, dan 5) adanya proses kerjasama.<br />Dengan mendalami pengertian administrasi sekolah secara luas diharapkan terdapat keluasan horizon pemahaman terhadap aktivitas di dalamnya. Jadi administrasi bukan lagi terbayang sebagai pekerjaan tulis-menulis dibelakang meja, tetapi mencakup pengaturan manusia dan non-manusia yang dilakukan secara kerjasama.<br />Administrasi sekolah modern mendudukkan faktor manusia dalam puncak hierarkhi, sehingga menjadi faktor yang menentukan. Sejarah manusia dalam berorganisasi menunjukkan bahwa tiadanya peran manusia akan menghancurkan sistem administrasi. Manusialah yang membuat policy, melaksanakan, menata, mengkoordinasikan dan mengevaluasi segala aktivitas pendidikan.<br />Dalam studi ilmu manajemen, terdapat lima gugusan penting dalam pendidikan, yang salah satunya yaitu guru. Dalam proses belajar-mengajar, guru merupakan sosok yang memiliki peran besar dalam membantu keberhasilan siswanya. Ia menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Meskipun diakui ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar-mengajar, akan tetapi guru tetap menjadi faktor yang dominan. <br />Syukri Zarkasyi, pengasuh pondok modern Gontor pernah menyatakan: “al-thariqatu ahammu min al- maddah, walaakinna al-mudarrisa ahammu min al-thariqah, wa ruh al-mudarris ahammu min al-mudarris nafsihi” (Metode itu lebih penting dari pada materi, akan tetapi guru lebih penting dari metode, dan jiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri). Ungkapan ini menegaskan bahwa faktor guru sangat menentukan dalam keberhasilan proses belajar-mengajar. Guru yang baik dan profesional akan dapat menyampaikan materi apapun secara optimal kepada anak didiknya dengan metode apa saja. Begitu juga sebaliknya, guru yang tidak memiliki kapabilitas dan profesionalisme tidak dapat menyampaikan materi secara optimal meskipun telah dipilihkan metode dan materi yang terbaik sekalipun. Oleh karena itu profesionalisme dalam proses belajar mengajar mutlak diperlukan bagi seorang guru. <br />Persoalan guru dalam dunia pendidikan senantiasa mendapat perhatian besar dari pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah memandang mereka sebagai media yang sangat penting artinya bagi pembinaan dan pengembangan bangsa. Mereka adalah pengemban tugas-tugas sosio-kultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda sesuai dengan cita-cita bangsa. <br />Sementara masyarakat memandang pekerjaan guru merupakan pekerjaan istimewa yang berbeda dengan pekerjaan-pekerjaan lain. Dalam pandangan masyarakat, pekerjaan guru bukan semata-mata sebagai mata pencaharian belaka yang sejajar dengan pekerjaan tukang kayu atau pedagang atau yang lain. Pekerjaan guru menyangkut pendidikan anak, pembangunan negara dan masa depan bangsa. Masyarakat menaruh harapan besar pada guru guna melahirkan generasi masa depan yang lebih baik. Mereka diharapkan menjadi suri tauladan bagi anak didiknya dan mampu membimbing mereka menuju pola hidup yang menjunjung tinggi moral dan etika. Guru telah diposisikan sebagai faktor terpenting dalam proses belajar mengajar. Kualitas dan kompetensi guru dianggap memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas pendidikan. <br />Oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila guru dituntut untuk bertindak secara profesional dalam melaksanakan proses belajar mengajar guna meningkatkan kualitas pendidikan yang mereka lakukan. Tuntutan seperti ini sejalan dengan perkembangan masyarakat modern yang menghendaki bermacam-macam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin lama semakin kompleks. Tuntutan kerja secara profesional juga dimaksudkan agar guru berbuat dan bekerja sesuai dengan profesi yang disandangnya. <br />Profesionalisme berasal dari kata profesi, yakni jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para anggotanya. Sebagai sebuah profesi, tidak bisa dikerjakan oleh sembarangan orang yang tidak terlatih dan tidak dipersiapkan secara khusus untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Semantara makna profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dikerjakan oleh mereka yang secara khusus dipersiapkan untuk itu. <br />Berbicara tentang kinerja yang profesional maka perlu diketahui terlebih dahulu pengertian profesi sebagai bentuk dasar kata profesional tersebut. Sikun Pribadi sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik mendefinisikan profesi sebagai berikut:<br />“Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.” <br />Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa sebuah profesi mengandung sejumlah makna yang dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan. (2) Profesi dipilih oleh seseorang atas kesadaran yang dalam. (3) Dalam profesi terkandung unsur pengabdian.<br />Dengan demikian, bekerja secara profesional berarti bekerja secara baik dan dengan penuh pengabdian pada satu pekerjaan tertentu yang telah menjadi pilihannya. Guru yang profesional akan bekerja dalam bidang kependidikan secara optimal dan penuh dedikasi guna membina anak didiknya menjadi tenaga-tenaga terdidik yang ahli dalam bidang yang menjadi spesialisnya. <br />Hal tersebut dengan sendirinya menuntut adanya kemampuan atau ketrampilan kerja tertentu. Dari sisi ini maka ketrampilan kerja merupakan salah satu syarat dari suatu profesi. Namun tidak setiap orang yang memiliki ketrampilan kerja pada satu bidang tertentu dapat disebut sebagai profesional. Ketrampilan kerja yang profesional didukung oleh konsep dan teori terkait. Dengan dukungan teori ini memungkinkan orang yang bersangkutan tidak saja menguasai bidang itu akan tetapi juga mampu memprediksi dan mengontrol suatu gejala yang dijelaskan oleh teori itu. Atas dasar inilah maka pekerjaan profesional memerlukan pendidikan dan latihan yang bertaraf tinggi yang kalau diukur dari jenjang pendidikan yang ditempuh memerlukan pendidikan pada tingkat perguruan tinggi. <br />Selain itu, bekerja secara profesional juga menuntut kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilakukannya. Ini bererati bahwa pekerjaan tersebut dilakukan melalui pertimbangan yang matang dan pemikiran yang mendalam dengan senantiasa mempertimbangkan dinamika kehidupan masyarakat yang mengitarinya.<br />Dari penjelasan di atas, Muhammad Ali memberikan batasan bahwa sebuah pekerjaan dapat dikatakan profesional apabila memiliki tolok ukur sebagai berikut:<br />1. Adanya ketrampilan kerja yang dilandasi konsep dan teori dari cabang ilmu yang terkait.<br />2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang yang terkait dengan profesi yang bersangkutan.<br />3. Secara formal menuntut adanya persyaratan penyelesaian tingkat pendidikan tinggi.<br />4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan<br />5. Memungkinkan pengembangan sejalan dengan dinamika perkembangan tuntutan dalam kehidupan. <br /> Dengan memperhatikan kriterian profesional tersebut, maka tuntutan agar guru bertindak secara profesional tidak dapat dilepaskan dari tugas profesi dan sosial guru. Pekerjaan guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan. Menurut Moh. Uzeir Usman, tugas profesi guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan kepada anak didik. <br />Sementara tugas sosial guru tidak hanya terbatas pada masyarakat saja, akan tetapi lebih jauh guru adalah orang yang diharapkan mampu mencerdaskan bangsa dan mempersiapkan manusia-manusia yang cerdas, trampil dan beradab yang akan membangun masa depan bangsa dan negara. Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya sumber daya manusia yang handal dalam melakukan pembangunan bangsa. <br />Tuntutan agar guru bekerja secara profesional tidak mungkin diabaikan guna mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi perkembangan zaman. Tuntutan tersebut tentu saja membutuhkan kompetensi-kompetensi tertentu. Kompetensi yang dimaksud adalah hal-hal yang oleh Muhammad Ali disebutkan memiliki indikator sebagi berikut:<br />1. Kompetensi ditunjang oleh latar belakang pengetahuan<br />2. Kompetensi dapat dikenali dari adanya penampilan dalam melakukan pekerjaan itu sesuai dengan tuntutan.<br />3. Dalam melakukan kegiatan itu digunakan prosedur dan teknik yang jelas dan nalar<br />4. Dapat dikenalinya hasil pekerjaan yang dicapai. <br />Dengan melihat indikator di atas, dapat dipahami bahwa kompetensi menggambarkan adanya ketrampilan dan kecakapan khusus yang ditunjang oleh konsep atau teori. Apabila hal ini dikaitkan dengan pekerjaan guru di lapangan, maka perlu harus diketahui kompetensi-kompetensi apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Pengenalan terhadap kompetensi-kompetensi tersebut penting untuk dikaji dalam rangka memahami dan mengukur serta mempersiapkan tenaga pengajar yang berkualitas yang mampu melakukan kerja secara efektif dan efesien dalam proses belajar mengajar sehingga dapat melahirkan produk dan out put yang berkualitas pula.<br />Lebih jauh Muhammad Ali mengatakan, bahwa secara umum kompetensi guru merujuk kepada tiga faktor utama, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi kemasyarakatan. Dengan mengutip kriteria yang ditetapkan oleh Asian Institute for Teacher Educators ia merumuskan perincian kompetensi seorang guru sebagi berikut:<br />1. Kompetensi pribadi yang berkaitan dengan:<br />a. Pengetahuan tentang adat istiadat (sosial dan agama)<br />b. Pengetahuan tentang tradisi dan budaya<br />c. Pengetahuan tentang inti demokrasi<br />d. Pengetahuan tentang estetika<br />e. Apresiasi dan kesadaran sosial<br />f. Sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan<br />g. Setia kepada harkat dan martabat manusia<br />2. Kompetensi mata pelajaran, yakni mempunyai pengetahuan yang memadahi tentang mata pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya.<br />3. Kompetensi profesional, mencakup kemampuan dalam hal:<br />a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan, baik filosofis, psikologis, maupun landasan lainnya.<br />b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku anak<br />c. Mampu menangani mata pelajaran yang ditugaskan kepadanya<br />d. Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai<br />e. Dapat menggunakan berbagai alat pelajaran dan fasilitas belajar lain<br />f. Dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran<br />g. Dapat melaksanakan evaluasi<br />h. Dapat menumbuhkan kepribadian anak <br />Kompetensi yang ditetapkan di atas memberikan penegasan tentang tugas dan fungsi guru yang diharapkan mampu memahami tradisi dan budaya yang berkembang dalam masyarakatnya di samping menguasai bidang ilmu yang menjadi spesialisnya serta diharapkan memiliki kapabilitas untuk melestarikan dan mengembangkan tradisi dan budaya serta ilmu pengetahuan tersebut kemudian mentranfer dan menanamkannya pada anak didik melalui proses pendidikan yang efektif dan efesien.Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-61447515744763502262011-01-12T22:13:00.001+07:002011-01-12T22:17:30.798+07:00PERENCANAAN MADRASAH DAN SEKOLAH ISLAM UNGGULANA. Pendahuluan<br />Lahirnya lembaga pendidikan Islam unggulan dewasa ini merupakan buah dari gagasan modernisasi Islam di Indonesia. Pembaruan pemikiran Islam dan pelaksanaan pendidikan Islam di tanah air tidak selalu sejalan lurus dengan cita-cita dan semangat ajaran Islam. Islam selain dipahami sebagai ajaran ritual dan sumber nilai, juga sebagai sumber ilmu pengetahuan dan peradaban umat manusia. Seperti yang pernah diungkapkan oleh HAR. Gibb, bahwa “Islam is indeed much more than a system of teology, if is complete civilization” (Islam sesungguhnya bukan hanya satu sistem teologi semata, tetapi ia merupakan peradaban yang lengkap). Pernyataan tersebut, berarti Islam merupakan agama yang aktual, relevan dengan segala urusan manusia, termasuk di bidang pendidikan.<br />Dalam konteks Indonesia, lembaga pendidikan Islam unggulan (madrasah dan sekolah Islam) telah menemukan momentumnya pada akhir abad ke 20. Meskipun pada awal abad tersebut telah muncul beberapa model lembaga pendidikan Islam dengan format dan tampilan yang berbeda, untuk tidak mengatakan modern, dari karakteristik lembaga pendidikan Islam yang ada sebelumnya, misalnya lembaga pendidikan dibawah naungan organisasi Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama’. <br /> Secara umum lembaga pendidikan Islam unggulan diformat dengan model dan gaya modern yang mengadopsi sisi-sisi meritokrasi dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai pendidikan tradisional atau konvensional sebelumnya. Bahkan, lembaga pendidikan Islam unggulan mencoba menawarkan bentuk sintesa baru yang mengkolaborasi antara tujuan pendidikan umum dengan tujuan pendidikan (agama) Islam yang sepadan. Bentuk sintesa ini kemudian diiringi dengan dukungan kualitas akademik, sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana, sumber pendanaan yang kuat serta penciptaan lingkungan yang baik.<br />Kalau melihat gejala dan nuansa kebangkitan lembaga pendidikan Islam unggulan (madrasah dan sekolah Islam) nampaknya pada wilayah praksis baru muncul tahun 1980-an atau 1990-an. Baik madrasah maupun sekolah Islam unggulan mengadopsi dari sistem pendidikan umum, yang hal itu merupakan warisan dari sistem pendidikan kolonial Belanda, melalui modernisasi dari para pelaku dan praktisi pendidik orang muslim dengan menambahkan porsi materi agama Islam lebih banyak.<br />Eksistensi madrasah dan sekolah Islam unggulan tersebut diharapkan mampu menjawab tantangan dan tuntutan modernisasi, kemajuan globalisasi dan informasi. Hadirnya lembaga pendidikan Islam unggulan dalam konstelasi nasional sempat memancing perhatian dan perbincangan dari berbagai pakar dan ahli pendidikan untuk menangkap makna terhadap gejala dan fenomena yang terpendam dibalik itu. Hal ini wajar, karena sistem pendidikan nasional masih dianggap belum mampu menunjukkan mutu pendidikan yang signifikan.<br />Mencuatnya resesi moral (akhlak), perkelahian, tindak anarkhis, serta berbagai tindakan menyimpang dikalangan pelajar merupakan reasoning (pemikiran) tersendiri bagi para pelaku pendidikan untuk menghadirkan madrasah dan sekolah Islam unggulan. Wajah baru lembaga pendidikan Islam Unggulan tersebut, selain ingin menampilkan lulusan yang unggul di bidang akademiknya, juga unggul di bidang akhlak dan spiritualnya. Untuk meraih kedua misi tersebut diperlukan ”wadah baru” berupa madrasah atau sekolah Islam yang benar-benar memberikan corak dan ciri khas yang kuat dan handal dari segala lingkup dan komponennya. <br /><br />B. Defenisi Madrasah dan Sekolah Islam Unggulan<br />Sebelum mendefinisikan madrasah atau sekolah Islam unggulan, terlebih dahulu penulis ingin mengemukakan tentang beberapa sebutan istilah atau term yang barangkali memiliki makna hampir serupa. Kata lain dari ”unggulan” seringkali disebuat dengan istilah ”model” atau ”percontohan”. Selain itu juga ada yang memakai istilah ”terpadu”, ”laboratorium” atau ”elite”.<br />Beberapa lembaga pendidikan Islam ada yang lebih senang memakai istilah ”model” ketimbang ”unggulan”. Sehingga wajar saja kalau ada istilah ”sekolah/madrasah model”, ”sekolah/madrasah percontohan”, atau ”sekolah/madrasah terpadu”. Madrasah atau sekolah Islam model (unggulan) merupakan representasi dari kebangkitan umat Islam untuk kalangan menengah. <br /> Dari segi pelabelan namanya, nampak sudah jelas dapat ditebak bahwa sekolah atau madrasah model (unggulan) semacam itu tampil dengan penuh visi dan inspirasi yang mengundang penasaran banyak orang. Dari segi nama, tampaknya lebih gagah dan menjanjikan kualitas masa depan para murid. <br /> Istilah sekolah unggul pertama kali diperkenalkan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Wardiman Djojonegoro, tepatnya setahun setelah pengangkatannya, tahun 1994. Istilah sekolah unggul lahir dari satu visi yang jauh menjangkau ke depan, wawasan keunggulan. Menurut Wardiman, selain mengharapkan terjadinya distribusi ilmu pengetahuan, dengan membuat sekolah unggul ditiap-tiap propinsi, peningkatan SDM menjadi sasaran berikutnya. Lebih lanjut, Wardiman menambahkan bahwa kehadiran sekolah unggul bukan untuk diskriminasi, tetapi untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan memiliki wawasan keunggulan. <br /> Di lingkungan kementerian agama, definisi madrasah unggulan adalah madrasah program unggulan yang lahir dari sebuah keinginan untuk memiliki madrasah yang mampu berprestasi di tingkat nasional dan dunia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ditunjang oleh akhlakul karimah. Sementara sekolah Islam unggulan adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (out put) pendidikannya. Untuk mencapai keunggulan tersebut, maka masukan (input), proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. <br />Menurut Moedjirto, setidaknya dalam praktik dilapangan terdapat tiga tipe madrasah atau sekolah Islam unggulan. Pertama, tipe madrasah atau sekolah Islam berbasis pada anak cerdas. Tipe seperti ini sekolah atau madrasah hanya menerima dan menyeleksi secara ketat calon siswa yang masuk dengan kriteria memiliki prestasi akademik yang tinggi. Meskipun proses belajar-mengajar di lingkungan madrasah atau sekolah Islam tersebut tidak terlalu istimewa bahkan biasa-biasa saja, namun karena input siswa yang unggul, maka mempengaruhi outputnya tetap berkualitas.<br /> Kedua, tipe madrasah atau sekolah Islam berbasis pada fasilitas. Sekolah Islam atau madrasah semacam ini cenderung menawarkan fasilitas yang serba lengkap dan memadahi untuk menunjang kegiatan pembelajarannya. Tipe ini cenderung memasang tarif lebih tinggi ketimbang rata-rata sekolah atau madrasah pada umumnya. Untuk tingkat dasar, madrasah atau sekolah Islam unggulan di Kota Malang, misalnya, rata-rata uang pangkalnya saja bisa sekitar lebih dari 5 hingga 10 juta. Biaya yang tinggi tersebut digunakan untuk pemenuhan sarana dan prasarana serta sejumlah fasilitas penunjang lainnya.<br /> Ketiga, tipe madrasah atau sekolah Islam berbasi pada iklim belajar. Tipe ini cenderung menekankan pada iklim belajar yang positif di lingkungan sekolah/madrasah. Lembaga pendidikan dapat menerima dan mampu memproses siswa yang masuk (input) dengan prestasi rendah menjadi lulusan (output) yang bermutu tinggi. Tipe ketiga ini termasuk agak langka, karena harus bekerja ekstra keras untuk menghasilkan kualitas yang bagus. <br /> Dari uraian di atas dapat didefinisikan bahwa sekolah Islam atau madrasah unggulan adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki komponen unggul, yang tercermin pada sumber daya manusia (pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa) sarana prasarana, serta fasilitas pendukung lainnya untuk menghasilkan lulusan yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara terampil, memiliki kekokohan spiritual (iman dan/atau Islam), dan memiliki kepribadian akhlak mulia.<br /> <br /><br /><br />C. Unsur Pendukung Madrasah dan Sekolah Islam Unggulan<br />Dalam pelaksanaannya, madrasah dan sekolah Islam unggulan perlu mendapat dukungan beberapa unsur pokok yang harus terpenuhi. Idealnya kata unggulan itu memiliki performansi yang sebanding lurus dengan amanah yang diembannya guna memenuhi harapan dan kepercayaan dari stakeholders, orangtua siswa, masyarakat dan pemerintah.<br />Menurut Imron Arifin, unsur pendukung madrasah atau sekolah Islam berprestasi (unggul) itu setidaknya ada sembilan faktor, yaitu:<br />1. Faktor sarana dan prasarana. Meliputi (a) fasilitas sekolah yang lengkap dan memadahi, (b) sumber belajar yang memadahi dan (c) sarana penunjang belajar yang memadahi.<br />2. Faktor guru. Meliputi (a) tenaga guru mempunyai kualifikasi memadahi, (b) kesejahteraan guru terpenuhi, (c) rasio guru-murid ideal, (d) loyalitas dan komitmen tinggi, dan (e) motivasi dan semangat kerja guru tinggi.<br />3. Faktor murid. Meliputi (a) pembelajaran yang terdiferensiasi, (b) kegiatan intra dan ekstrakulikuler bervariasi, (c) motivasi dan semangat belajar tinggi, (d) pemberdayaan belajar bermakna.<br />4. Faktor tatanan organisasi dan mekanisme kerja. Meliputi (a) tatanan organisasi yang rasional dan relevan, (b) program organisasi yang rasional dan relevan, (c) mekanisme kerja yang jelas dan terorganisasi secara tepat.<br />5. Faktor kemitraan. Meliputi (a) kepercayaan dan harapan orangtua tinggi, (b) dukungan dan peran serta masyarakat tinggi, (c) dukungan dan bantuan pemerintah tinggi.<br />6. Faktor komitmen/sistem nilai. Meliputi (a) budaya lokal yang saling mendukung, (b) nilai-nilai agama yang memicu timbulnya dukungan positif.<br />7. Faktor motivasi, iklim kerja, dan semangat kerja. Meliputi (a) motivasi berprestasi pada semua komunitas sekolah, (b) suasana, iklim kerja dan iklim belajar sehat dan positif, dan (c) semangat kerja dan berprestasi tinggi.<br />8. Faktor keterlibatan Wakil Kepala sekolah dan guru-guru. Meliputi (a) keterwakilan kepala sekolah dalam pembuatan kebijakan dan pengimplementasiannya, (b) keterwakilan kepala sekolah dan guru-guru dalam menyusun kurikulum dan program-program sekolah, dan (c) keterlibatan wakil kepala sekolah dan guru-guru dalam perbaikan dan inovasi pembelajaran.<br />9. Faktor kepemimpinan kepala sekolah. Meliputi (a) piawai memanfaatkan nilai religio-kultural, (b) piawai mengkomunikasikan visi, inisiatif, dan kreativitas, (c) piawai menimbulkan motivasi dan membangkitkan semangat, (d) piawai memperbaiki pembelajaran yang terdiferensiasi, (e) piawai menjadi pelopor dan teladan, dan (f) paiwai mengelola administrasi sekolah. <br />Selain dari pandangan di atas, penulis ingin menjelaskan dan barangkali menambahkan beberapa unsur pendukung utama yang harus dimiliki oleh madrasah dan sekolah Islam unggulan. Paling tidak, ada tiga hal yang perlu tersedia, yaitu (1) sumber daya manusia unggul, (2) sarana prasarana akademik yang representatif, dan (3) fasilitas penunjang internalisasi nilai keislaman. <br /><br />1. Sumberdaya Manusia Unggul<br />Sumber daya manusia (SDM) merupakan asset terpenting yang dimiliki oleh madrasah dan sekolah Islam unggulan. Rekrutmen dan pengembangan SDM harus dilakukan secara terus menerus karena merupakan salah satu perioritas untuk menggapai kualitas/mutu akademik yang baik. Sumber daya manusia dimaksud meliputi; guru, tenaga administrasi (karyawan), dan tenaga laboran. <br />Sebagai lembaga unggulan, madrasah dan sekolah Islam harus membuat profil sumber daya manusia, terutama bagi guru-guru, dengan kreteria performent sebagai berikut: <br />1. Menampakkan diri sebagai sosok muslim dimana saja ia berada.<br />2. Memiliki wawasan keilmuan yang luas dan profesionalisme yang tinggi, kreatif, dinamis dan inovatif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.<br />3. Menunjukkan sikap dan perilaku jujur, amanah dan berakhlak mulia serta dapat menjadi panutan bagi kolega, siswa dan siapa saja.<br />4. Menampakkan dedikasi dan disiplin tinggi serta mematuhi kode etik profesi guru<br />5. Memiliki kesadaran tinggi dalam bekerja yang didasari oleh niat beribadah dan selalu berupaya meningkatkan kualitas pribadi<br />6. Bertindak secara arif dan bijak dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap masalah.<br />7. Memiliki sifat sabar, ikhlas dan akomodatif dalam pergaulan<br />8. Mengedepankan prasangka baik dan menjahui prasangka buruk<br />Dari delapan performent tersebut di atas diharapkan cita-cita dan harapan masyarakat terhadap madrasah dan sekolah Islam unggulan lebih mantap dan yakin. Sebab lembaga pendidikan Islam dituntut menjadi pionir dan tauladan dalam mengedepankan kualitas, menjunjung etika atau moral dan sikap profesionalisme.<br />Profesionalisme guru sangat dibutuhkan untuk mengembangkan mutu dan daya saing institusi. Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. <br />Menurut Supriadi, penggunaan istilah profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya. <br />Konsep profsionalisme, seperti yang dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak digunakan peneliti untuk melihat bagaimana para profesional memandang profesinya, yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka. Konsep profesionalisme seperti yang dijelaskan Sumardi, bahwa ia memiliki lima prinsip atau muatan pokok, yaitu: pertama, afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal atau kelompok-kelompok kolega informal sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesi.<br />Kedua, kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu pendangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus. Ketiga, keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation) dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. <br />Keempat, dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan tetap untuk melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani dan setelah itu baru materi, dan yang kelima, kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.<br />Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan untuk mengukur derajat sikap profesional seseorang. Berdasarkan defenisi tersebut maka profesionalisme adalah konsepsi yang mengacu pada sikap seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang berhasil memenuhi unsur-unsur tersebut secara sempurna. Itulah gambaran bagaimana sikap profesionalisme sumber daya manusia unggul yang disertai dengan jiwa dan semangat yang tinggi terhadap profesi (pekerjaan) yang disandangnya.<br />2. Sarana dan Prasarana Akademik<br />Untuk menunjang program pendidikan yang berkualitas tinggi diperlukan sarana dan prasarana akademik yang representatif. Setidaknya ada lima hal yang harus dipenuhi dalam menunjang kegiatan pendidikan di madarsah dan sekolah Islam unggulan. <br /><br />a. Ruang Belajar yang Representatif<br />Madrasah dan sekolah unggulan biasanya dapat dengan mudah kita dilihat dari segi fisiknya, yaitu tatanan gedung sekolah yang megah dan indah yang mampu menciptakan lingkungan yang edukatif. Gedung sekolah memang setidaknya menjadi daya tarik dan sekaligus kenyamanan dalam suasana belajar. Faktor eksternal ini penting, karena pembelajaran sangat membutuhkan sebuah ruang belajar yang memadahi dan representatif.<br />Untuk mendukung efektifitas dan efesiensi belajar, madrasah dan sekolah Islam unggulan perlu menyediakan ruang belajar yang asri dan nyaman bagi para murid. Ruang belajar merupakan sarana yang urgen dan pokok, sehingga semua ruang kelas belajar dapat dipenuhi fasilitas yang menunjang kegiatan belajar, misalnya dilengkapi LCD dan komputer, VCD player untuk menjelaskan materi yang berbasis CD/VCD, bahkan bila mungkin setiap ruang/gedung dilengkapi dengan CCTV agar proses belajar mengajar dapat dipantau secara maksimal. Untuk kebutuhan khusus, ruang belajar dapat didesain secara menarik, agar terjadi interaksi dan pergumulan belajar yang mampu menumbuhkan budaya dan kultur akademik yang tinggi. <br />Melalui ruang belajar yang representatif itu perlu dikembangkan lebih lanjut dengan pembelajaran yang menerapkan sistem berbasis klasikal dan dipadu dengan berbasis riset atau eksperimen melalui laboratorium atau ruang yang khusus untuk pembelajaran materi tertentu. Bila perlu, terdapat layanan free hotspot yang telah di back up (disterilkan dari website terlarang) terlebih dahulu untuk menambahkan suasana belajar lebih menarik. <br /><br />b. Perpustakaan<br />Perpustakaan adalah jantungnya sebuah lembaga pendidikan. Keberadaaan perpustakaan sekolah atau madrasah dimaksudkan untuk menampung koleksi buku, jurnal, majalah, CD pembelajaran yang berguna mengembangkan keilmuan para peserta didik di sekolah dan madrasah. <br />Sesuai dengan tingkat kebutuhan para pelajar, perpustakaan dapat dilengkapi dengan alat digital yang canggih untuk melayani sistem peminjaman dan pengembalian secara elektronik. Buku-buku yang terkoleksi tidak saja berbahasa Indonesia, akan tetapi bahasa asing (arab dan/atau inggris). Selain buku, perpustakaan juga menyediakan sumber koleksi jurnal, hasil penelitian, CD corner, dan majalah.<br /><br /><br />c. Laboratorium<br />Sebagai penunjang mutu pengembangan akademik, laboratorium difungsikan untuk meningkatkan kompetensi dan skill siswa. Melalui laboratorium para guru dan siswa dapat melakukan riset dan eksperimen bersama-sama guna menghasilkan temuan-temuan yang handal, hebat dan bermanfaat yang berguna tidak saja bagi pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk kebutuhan masyarakat luas. <br />Dalam madrasah dan sekolah Islam unggulan semestinya laboratorium dirancang untuk menghasilkan temuan-temuan baru yang berbasis integratif, yakni dengan memadukan antara perspektif Islam (al-Qur’ani –Hadits) dan sains. Bila hal ini dapat dilakukan para guru dan siswa, maka kontekstualisasi pembelajaran semakin lebih berbobot. <br />Para siswa diajak untuk melihat gejala dan fenomena ilmu pengetahuan dengan sentuhan nilai-nilai ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan hadits. Laboratorium sebagai pusat pembelajaran sangat menjanjikan kualitas masa depan para siswa, karena melalui observasi, riset dan eksperimen mereka akan mendapat pengalaman yang lebih berarti bagi dirinya.<br /><br />3. Fasilitas Penunjang Internalisasi Nilai Keislaman<br />a. Boarding (Asrama/ma’had)<br />Beberapa madrasah dan sekolah Islam unggulan yang ada di tanah air, baik tingkat dasar sampai menengah atas, ada yang memadukan antara sistem pendidikan madrasah atau sekolah dengan sistem pesantren (ma’had/asrama). Keberadaan ma’had ini sangat penting dan strategis untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu terwujudnya kepribadian, kemandirian, serta menanamkan nilai-nilai spiritual dan akhlak kepada siswa.<br />Di samping itu, fungsi ma’had adalah untuk mengembangkan pembelajaran bahasa asing, yaitu bahasa Arab dan Inggris. Sebagai salah bentuk keunggulan yang harus dimiliki oleh madrasah atau sekolah Islam unggulan. Tujuan didirikannya ma’had dilingkungan madrasah atau sekolah Islam adalah untuk menciptakan suasana kondusif bagi pembiasaan belajar berkomunikasi bahasa asing, melatih dan membiasakan shalat berjama’ah, membaca dan menghafalkan al-qur’an, serta melakukan kajian-kajian keislaman.<br /><br />b. Masjid<br />Masjid merupakan pilar utama yang dikembangkan di lingkungan madrasah dan sekolah Islam. Untuk menerjemahkan visi-misi dan tujuan pendidikan madrasah dan sekolah Islam unggulan itu, maka masjid dapat difungsikan untuk mengisi kedalaman spiritual bagi semua warga sekolah atau madrasah. Melalui masjid, kepala sekolah, para wakil kepala sekolah, para guru dan karyawan, serta semua siswa dapat membiasakan shalat jama’ah, dzikir bersama, khatmul qur’an, hifdzul qur’an serta sebagai pusat kajian-kajian keislaman.<br /> Kalau madrasah dan sekolah Islam itu menerapkan sistem boarding (asrama), maka peran masjid menjadi sangat sentral. Semua warga sekolah atau madrasah dapat secara bersama sama memfungsikan masjid sebagai sarana ibadah dan tempat mendalami kandungan al-qur’an dan hadits. Masjid digunakan sebagai wahana pembinaan spiritual bagi seluruh siswa, terutama menumbuh-kembangkan mental, moral dan karakter siswa yang mereka selama 24 jam hidup di lingkungan madrasah atau sekolah.<br /><br />D. Perencanaan Madrasah dan Sekolah Unggulan<br />1. Reformulasi Visi-Misi dan Tujuan Kelembagaan<br />Setiap madrasah dan sekolah Islam unggulan memiliki visi-misi dan tujuan yang berjangkaun luas. Hadirnya pendidikan madrasah dan sekolah Islam unggulan adalah untuk mewujudkan sistem pendidikan yang berkualitas dan memberi kontribusi pada perbaikan kualitas SDM Indonesia yang lebih mumpuni.<br />Umat Islam pada umumnya merindukan sebuah lembaga pendidikan Islam yang unggul dan berprestasi. Menurut Azumardi Azra, bahwa tujuan munculnya madrasah atau sekolah Islam unggulan merupakan proses “santrinisai” masyarakat muslim Indonesia. Proses santrinisasi itu dapat digambarkan melalui dua cara. Pertama, siswa pada umumnya telah mengalami “islamisasi” namun perlu mendapat perhatian dan penekanan lebih mendalam lagi, selain mempelajari ilmu-ilmu umum secara berkualitas. Mereka dibimbing lebih intensif bagaimana membaca al-Qur’an secara fasih, melaksanakan shalat dengan tepat dan benar, hingga memahami nilai-nilai ajaran substansial dalam Islam.<br />Kedua, ketika para siswa belajar di madrasah dan sekolah Islam unggulan itu pulang ke rumah, mereka dapat mengajarkan kepada keluarga dan lingkungan sekitarnya. Paling tidak, para siswa memiliki rasa tanggungjawab kepada orangtua dan keluarganya untuk mendakwahkan misi dan tujuan Islam yang mulia itu. <br />Untuk menjadikan madrasah dan sekolah Islam itu benar-benar unggul, perlu sebuah formulasi konsep, visi-misi dan tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga itu. Sekolah Islam/madrasah unggulan bukan sekadar slogan dan nama, melainkan mengemban amanah yang mulia untuk melahirkan lulusan yang mutunya baik. Visi-misi dan tujuan itu kemudian dijadikan sebagai acuan dan nilai-nilai bagi para pimpinan, guru dan karyawan serta para siswa untuk mendasari setiap aktivitas dan kegiatan pembelajarannya.<br />Melalui visi-misi dan tujuan itu, maka madrasah dan sekolah Islam unggulan akan dapat memetakan rencana strategis dan serangkaian program yang relevan dan signifikan. Misalnya apakah sistem madrasah dan sekolah Islam itu diformat dengan sistem perpaduan antara pesantren dengan pendidikan madrasah/sekolah, atau menentukan program full day school sebagai langkah dan upaya untuk mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkannya. <br />Penyusunan visi-misi dan tujuan kelembagaan membutuhkan kerja kolektif antara pimpinan, para guru dan warga sekolah/madrasah. Sebab, rumusan itu harus dapat diterima oleh semua pihak dan dapat dijalankan siapa saja yang berada di lingkungan institusi tersebut. <br /><br />2. Analisis Kebutuhan Sistem Akademik dan kelembagaan<br />Madrasah dan sekolah Islam unggulan membutuhkan perencanaan yang holistik dan padu. Misalnya analisis tentang pengembangan sumberdaya, sarana dan prasarana, manajemen kesiswaan, peningkatan manajerial kepala madrasah/sekolah dan pengembangan kurikulum. <br />Keunggulan madrasah dan sekolah Islam bisa dilihat dalam dalam beberapa ciri pokok yaitu: (1) kepemimpinan dan manajemen yang kuat (2) kualitas sumberdaya yang unggul (3) input siswa berkualitas (4) sarana dan prasarana yang mendukung, termasuk sistem asrama jika dimungkinkan (5) kurikulum yang berkembang secara adaptif, termasuk ekstrakurikuler (6) kerjasama kelembagaan dan dukungan masyarakat luas.<br />Pada aspek kepemimpinan dan manajemen, kepemimpinan madrasah dan sekolah Islam unggulan dipacu dengan peningkatan kualitas kepribadian, peningkatan kemampuan manajerial dan pengetahuan konsep-konsep pendidikan kontemporer yang dilakukan melalui pendidikan short-course, orientasi program, yang dilaksanakan secara simultan dan kontinyu.<br />Peningkatan kualitas sumberdaya dimulai dengan peningkatan kualitas guru bidang studi dengan memberikan kesempatan belajar kejenjang pendidikan S-2/S-3 di dalam dan luar negeri dan short-course sesuai dengan kebutuhan. Peningkatan kualitas tenaga kependidikan seperti tenaga ahli perpustakaan, laborat dan administrasi juga merupakan fokus garapan dalam peningkatan kualitas madrasah/sekolah unggulan. Program-program yang dikembangkan juga beragam. Dan yang unik, peningkatan kualitas sumberdaya manusia juga melibatkan komite madrasah/sekolah, pengawas pendidikan, pengurus Kelompok Kerja Guru (KKG) baik ditingkat kecamatan, maupun kota/kabupaten.<br />Peningkatan mutu sarana dan prasarana pendidikan difokuskan untuk pengadaan peralatan dan ruangan Laboratorium terpadu, Lab Fisika, Biologi, Bahasa dipadukan dengan Lab. Komputer. Dengan adanya Lab terpadu ini, madrasah dan sekolah Islam unggulan dimungkinkan dapat melakukan pembelajaran mandiri, sebab sudah dilengkapi dengan modul-modul yang memacu pembelajaran aktif (active learning) dan pembelajaran berbasis kompetensi. Selain itu fasilitas penunjang lain seperti masjid dan pesantren dapat difungsikan untuk memacu soft skill bagi para guru dan siswa.<br />Kurikulum madrasah dan sekolah Islam juga digarap sedemikian rupa untuk memacu keunggulan dalam aspek muatan lokal, ketrampilan-ketrampilan vokasional, dan ekstra kurikuler. Dalam pengembangan muatan lokal di madrasah model dimungkinkan penambahan jam belajar diluar jam sekolah/madrasah, sehingga siswa berada lebih lama di lingkungan sekolah/madrasah. Muatan lokal bisa berbentuk ciri khas keunggulan daerah seperti kesenian, budaya, bahasa, ketrampilan khusus, sesuai dengan kebutuhan.<br />Ketrampilan vokasional merupakan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memperoleh kahlian khusus di bidang-bidang pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus, seperti pertanian, perbengkelan, tata-busana, tata-boga, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan ekstra adalah kegiatan pendukung yang memungkinkan siswa untuk meningkatkan minat dan bakat, misalnya seni, pramuka, palang-merah, pecinta-alam, organisasi siswa, koperasi pelajar, musik, drumband, komputer, dan lain sebagainya.<br />Kerjasama kelembagaan dan menggerakkan dukungan msyarakat merupakan keunggulan madrasah dan sekolah Islam yang memang sudah menjadi ciri khas, sebab pada dasarnya madrasah dan sekolah Islam merupakan community based education. Ketersediaan pendanaan sektor pendidikan madrasah yang terbatas dan sustainabilitas program pengembangan madrasah mutlak membutuhkan dukungan masyarakat dan kerjasama dengan instansi-instansi pemerintah maupun swasta. Hal ini sudah dirintis sejak program perintisan madrasah model, unggulan dan terpadu, seagai sebuah exit strategy yang diterapkan dengan melibatkan masyarakat dan pemrintah terkait dalam perencanaan program dan evaluasi.<br /><br />3. Memahami Konteks Geografis dan Budaya<br />Dewasa ini kecenderungan madrasah dan sekolah Islam unggulan dapat tumbuh dan menjamur di mana-mana. Pada dekade 90-an, sekolah Islam unggulan semacam itu hanya dapat tumbuh di sejumlah kota, seperti Jakarta, Surabaya, Cirebon, Semarang dan beberapa kota lainnya. Kini sekolah Islam unggulan itu tidak selalu identik dengan budaya kota, tetapi telah merambah ke desa-desa.<br />Ada kelebihan dan keunggulan yang tampak dimiliki oleh madrasah dan sekolah Islam unggulan bila posisinya berada di wilayah desa, bila dibanding dengan berada di kota-kota besar. Kelebihan itu adalah tingkat atmosfir dan dialektika pergaulan sehari-hari para siswa masih alami dan natural, dibanding dengan wilayah kota, yang telah terkontaminasi oleh kultur/budaya asing, bahasa, dan pergaulan yang bebas.<br /> Dalam lingkup konteks Malang misalnya, sekolah Islam unggulan itu justru berada di wilayah pinggiran kota. Misalnya Al-Rahma dan Al-Izza yang letaknya di pinggiran kota, saat ini menjadi salah satu sekolah Islam unggulan yang cukup mendapat animo dan minat di hati masyarakat, tidak saja dari warga Malang Raya, tetapi juga dari luar wilayah Malang. Nuansa lokal itu akan lebih memberikan iklim dan budaya belajar lebih baik, karena jauh dari keramaian dari pusat perbelanjaan (mall), tempat pertunjukan dan permainan, serta godaan lainnya. Apalagi sistem pendidikannya dipadu dengan model pesantren, mereka harus tinggal di dalam asrama hingga tamat belajar. <br /> <br />E. Pengembangan Madrasah dan Sekolah Unggulan<br />Dalam rangka mewujudkan pengembangan madrasah dan sekolah Islam unggulan memerlukan langkah dan upaya yang fisibel dan kredibel. Sebab saat ini madrasah dan sekolah Islam unggulan harus bersaing dengan beberapa lembaga pendidikan yang sedang mencanangkan program rintisan madrasah bertaraf internasional (RMBI) atau rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). <br />Perencanaan (pengembangan) membutuhkan langkah strategis untuk mengembangkan keunggulan madrasah dan sekolah Islam unggulan. Penguatan keunggulan lembaga tersebut melalui cara membangun cita dan kultur akademik yang kokoh. Cita-cita didirikannya madrasah dan sekolah Islam adalah sangat mulia, yaitu ingin melahirkan lulusan yang unggul di bidang akademik, spiritual dan moral. Selama ini, hanya ada dua lembaga pendidikan yang melahirkan identitas ilmuwan yang berbeda. Yaitu pondok pesantren yang ingin melahirkan ulama’ (ahli agama) dan sekolah umum yang ingin melahirkan kaum intelektual (akademis). Madrasah dan sekolah Islam unggulan selama ini sesungguhnya bercita-cita ingin meraih kedua corak tersebut, yakni mencetak calon ulama’ sekaligus intelek atau intelek yang sekaligus ulama’.<br />Visi dan misi yang ideal tersebut harus diperjuangkan dan diwujudkan melalui pembenahan berbagai aspek, baik terkait dengan konsep bangunan keilmuannya (kurikulum), sumber daya manusia, pengembangan sarana dan prasarana, kelembagaan maupun leadership dan managerialnya. <br />Langkah strategis untuk melakukan pengembangan madrasah dan sekolah Islam unggulan tersebut memerlukan upaya sebagai berikut:<br /><br />1. Membangun Mindset Secara Kolektif<br />Untuk mengembangkan mutu madrasah dan sekolah Islam unggulan membutuhkan pandangan, cita-cita, imajinasi, nilai-nilai keyakinan yang kuat dan kolektif. Walaupun seringkali muncul sebuah perbedaan (konflik) di madrasah atau sekolah Islam, yang cukup mengganggu kepentingan institusi yang akan dikembangkan bersama-sama. Tatkala tumbuh konflik kepentingan, antara kepentingan individu dan institusi, maka yang harus dimenangkan adalah kepentingan institusi. Aspek kepentingan institusi harus dibangun secara kolektif dengan orientasi yang sama. Kepentingan institusi harus dikedepankan daripada kepentingan individu.<br />Mindset yang perlu dibangun pada lembaga pendidikan Islam unggulan adalah menanamkan keyakinan dan tekad bersama kepada seluruh warga sekolah atau madrasah. Mereka digerakkan untuk memperjuangkan keunggulan institusi, dengan cara mengimplementasikan visi, misi, tradisi, orientasi dan mimpi-mimpinya ke depan selalu disosialisasikan oleh pimpinan di semua tingkatan melalui berbagai bentuk publikasi, baik secara lisan, tulisan dan bahkan media lainnya secara terus menerus ke seluruh warga madrasah atau sekolah.<br />Mindset secara kolektif tersebut menjadi modal sosial (social capital) bagi pengembangan kultur akademik di madrasah atau sekolah Islam unggulan ke depan. Madrasah atau sekolah unggulan membutuhkan lingkungan akademik yang handal dan tekad bersama. Inspirasi dan semangat inilah yang harus dibangun dan dikembangkan untuk meningkatkan mutu akademik dan institusinya. <br />Pengembangan cita dan kultur akademik sesungguhnya selaras dengan visi dan misi madrasah dan sekolah Islam unggulan. Kata ”keunggulan” menyiratkan adanya kekuatan dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain pada umumnya. Ciri dan karakteristik tersebut harus dijaga sekaligus dihidupkan agar persepsi masyarakat tidak salah tangkap. Istilah unggulan bukan hanya sekadar nama dan label, akan tetapi merupakan gambaran utuh yang didalamnya terdapat suasana akademik yang unggul, kultur lembaga (budaya organisasi) yang efektif, kualitas pembelajaran (learning quality) yang kreatif dan inovatif, serta internalisasi nilai-nilai keislaman yang aktual dalam setiap perilaku, sikap dan perbuatan sehari-hari di madrasah dan sekolah Islam.<br /><br />2. Menciptakan Inovasi secara Terus Menerus <br />Keunggulan lembaga madrasah dan sekolah Islam sesungguhnya terletak pada inovasinya. Inovasi merupakan usaha dan kerja nyata untuk mencari dan membuat hal baru demi meraih kemajuan dan keunggulan bagi lembaga pendidikan itu sendiri. Inovasi harus didasarkan pada kebutuhan idealita dan realita agar lembaga madrasah dan sekolah Islam itu terus maju dan berkembang. <br />Inovasi tiada henti harus terus menerus digerakkan untuk memacu kualitas dan daya saing yang tinggi. Inovasi tidak saja diperlukan untuk selalu menyempurnakan kondisi madrasah, tetapi juga penting untuk membangun keutuhan (holistika) tujuan pendidikan madrasah dan sekolah Islam. Usaha dan kerja nyata itu ditempuh secara serentak, menyeluruh dan padu di antara beberapa elemen yang ada di madrasah dan sekolah Islam.<br />Bentuk inovasi itu misalnya, perbaikan atau penambahan sarana fisik, akademik, tenaga guru dan karyawan, perekrutan siswa dan seluruh aspek yang ada. Inovasi lainnya misalnya menciptakan kultur madrasah atau sekolah Islam berbasis bilingual, mentradisikan hafalan al-qur’an, menggerakkan pusat seni dan olah raga, dan seterusnya. Modal seperti inilah yang harus dituangkan dalam visi dan orientasi madrasah dan sekolah Islam unggul itu.<br />Melalui usaha demikian dimaksudkan agar madrasah dan sekolah Islam unggulan dapat menawarkan sesuatu yang baru, yang khas dan memiliki keunikan yang diperhitungkan oleh banyak orang. Tugas ini membutuhkan seorang pemimpin yang imajinatif dan didukung oleh warga sekolah atau mdrasah yang dedikatif dan istiqamah. Tanpa modal itu inovasi sulit diwujudkan dalam kerangka operesional di lapangan.<br /><br />3. Memanfaatkan Teknologi Informasi<br />Menurut hemat penulis, untuk memajukan madrasah dan sekolah Islam yang merata dan berkualitas membutuhkan energi pikiran, tenaga dan usaha yang tiada henti. Madrasah dan sekolah Islam unggulan saatnya mengembangkan pembelajaran berbasis digital, selain yang sudah ada, guna mengefektifkan program dan kegiatan pendidikan yang lebih maksimal. <br />Pendidikan madrasah dan sekolah Islam unggulan jangan sampai tertinggal di bidang teknologi informasinya. Dengan pemanfaat IT tersebut para siswa dapat belajar lebih intensif, disamping melalui sistem reguler dan kurikuler. IT dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang mudah dan berjangkauan luas, tanpa hambatan waktu dan tempat. <br />Untuk menciptakan mutu layanan akademik, menurut hemat penulis dapat kembangkan sistem digital di sekolah atau madrasah. Hampir semua aktivitas akademik melibatkan internet, sehingga program-program sekolah atau madrasah dapat berjalan secara sinergis antara unit satu dengan unit-unit lainnya. Melalui proses digital ini, upaya untuk memajukan madrasah atau sekolah sangatlah mudah diukur dan dirasakan oleh para pengguna. <br /> <br />DAFTAR PUSTAKA<br />Arifin, Imron, 2008. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Sekolah Berprestasi, Yogyakarta: Aditya Media.<br />Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta:Logos.<br />M. Natsir, 1954. Kapita Selekta, Jakarta: Bulan Bintang. <br />Moedjiarto, 2002. Sekolah Unggul, Surabaya: Duta Graha Pustaka.<br />Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Edisi III.<br />SINERGI, Jurnal Populer Seumber Daya Manusia, Volume 1, No. 1 Januari-Maret 1998. <br />Sjafri Sairin, Membangun Profesionalisme Muhammadiyah, (Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi [LPTP], 2003), hal 37.<br />Sumardi, Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja, Tesis, Undip, 2001.<br />Supiana, 2008. Sistem Pendidikan Madrasah Unggulan, Depag RI: Balitbang dan Diklat.<br />Supriadi, Dedi, 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. <br />Yohanes Sri Guntur, dkk., Analisis Pengalaman Terhadap Profesionalisme dan Analisis Pengaruh Profesionalisme Terhadap Hasil Kerja, dalam Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi (MAKSI) Undip, Semarang, Vol. 1, Agustus 2002.Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-17939194992416419662010-12-22T10:49:00.001+07:002010-12-22T10:54:03.950+07:00Dari Civil Society menuju Global SocietyMujtahid<br /><br />DARI sejumlah pengalaman banyak negara, demokrasi merupakan jalan berliku dan penuh duri yang membutuhkan terobosan manajemen gerakan dari aktor organisasi masyarakat sipil. Dalam konteks Indonesia misalnya, kebekuan demokrasi selama bertahun-tahun hanya mampu dilawan dan dipecahkan lewat peran masyarakat sipil. <br /> Peran civil society (masyarakat sipil) dimungkinkan dapat menembus lintas batas sektoral yang menghadangnya. Sebab tantangan serius bagi civil society, baik secara domestik maupun global, pasti akan berhadapan dengan “kekuasaan” dan “kekuatan kapital” yang itu merupakan musuh internal dan eksternal suatu bangsa.<br /> Saat ini negara-negara maju menginginkan bagaimana caranya agar civil society mefungsikan peran-peran organisasi sosialnya; seperti media, perguruan tinggi, ormas, kelompok agama, kelompok adat, ikut berpartisipasi melakukan check and balance terhadap power negara dan tekanan kapital yang meruntuhkan pilar-pilar demokrasi.<br /> Dengan mengefektifkan organisasi sosial tersebut, sendi-sendi demokrasi dapat dibangun di atas kepentingan bersama, walaupun harus berbeda partai, suku, agama, status pendidikan dan sosial, demi memajukan pembangunan bangsa. <br /> Harus diakui bahwa sampai saat ini, organisasi civil society di Indonesia masih lemah dan memiliki kapasitas terbatas. Hal ini terutama disebabkan karena sebagian besar dari organisasi tersebut belum mandiri, khususnya ketika bersinggungan dengan pendanaan, yang ujung-ujungnya sering ketergantungan dengan “agen asing” dari yang memberikan bantuan itu.<br /> Dalam pandangan Andiwidjayanto (2007), dikatakan bahwa betapa derasnya arus perubahan sosial, budaya dan politik terjadi ditingkat global yang ikut mempengaruhi dinamika kehidupan nasional. Akibat fenomena ini, maka organisasi masyarakat sipil seharusnya mengadopsi sebuah prinsip atau jargon “think globlly, act locally”.<br /> Prinsip di atas mengajarkan bahwa dalam bentindak pada level lokal, seseorang harus pula memahami bagaimana kekuatan global (pengaruh eksternal) mempengaruhi realitas keadaan lokal (internal). Prinsip ini hendak mengatakan bahwa upaya menghadapi masalah-masalah lokal tanpa mengetahui dan memahami kekuatan proses tingkat global yang semakin meningkat merupakan kesalahan taktik.<br /> Menurut Rajesh Tandon, mantan ketua CIVICUS: World Alliance for Citizen Parcipation, mengusulkan bahwa para aktivis sosial perlu berpikir secara global dan bertindak secara lokal, karena kenyataan globalisasi telah merasuk ke dalam jantung tatanan nasional kita.<br /> Saat ini, terdapat sejumlah aktor global civil society actor, termasuk keorganisasi internasional seperti Amnesty International dan Greenpeace, juga ornop international otonom seperti human right watch. Jejeringan masyarakat sipil telah berkembang di sekitar area-area isu spesifik yang menjadi perhatian sebagian besar masyarakat di dunia.<br /> Gerakan-gerakan transnational civil society movements terus melakukan proses pemantauan terhadap power dan praktik sistem negara-bangsa. Mereka telah menentang hukum internasional dan terpenting menentang geopolitik negara-negara kaya dunia yang dianggap hanya memenuhi ambisi mereka sendiri.<br /> Liberalisasi kapital dan perkembangan teknologi membawa dampak positif dan negatif terhadap eksistensi masyarakat sipil. Masalah tatanan dunia global terletak pada keputusan-keputusan yang diambil oleh pusat-pusat kekuasaan, yakni negara, institusi multilateral, dan perusahaan internasional serta modal keuangan telah melampaui batas teritorial negara. Padahal, partisipasi demokrasi dan kesepakatan sosial tetap berdasarkan batasan teritorial dalam sebuah negara.<br /> Dengan menggerakkan partisipasi masyarakat sipil dalam pembuatan kebijakan global, maka menjadi alternatif untuk menjadikan sistem global lebih demokratis, membatasi hegemoni negara dalam praktikan hukum rimba di dalam forum internasional serta mengusahakan keterbukaan proses pengambilan keputusan di hadapan publik dunia.<br /> Kehadiran masyarakat sipil global diyakini akan memperbaiki sistem karena adanya keterwakilan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Samuel Huntington misalnya, menyatakan bahwa demokratisasi, khususnya yang ia sebut sebagai demokratisasi gelombang ketiga, disuburkan oleh kehadiran masyarakat sipil.<br /> Peran masyarakat sipil di Indonesia, seperti yang pernah dibahas oleh AS. Hikam dan Buchori dalam sebuah forum diskusi, dinyatakan bahwa civil society sangat mempengaruhi pada debirokratisasi dan desentralisasi dalam proses pengambilan keputusan masyarakat. Hal serupa juga digambarkan oleh Eldridge, bahwa organisasi civil society mampu mengembangkan kapasitas self-management di antara kelompok-kelompok yang seringkali sangat dirugikan.<br /> Proses transnasionalisasi masyarakat sipil harus disertai dengan inisiasi suatu cara pandang baru yang dapat menghubungkan poros warga dengan poros negara dan atau poros pasar. Cara pandang baru tersebut harus meletakkan poros masyarakat akar rumput sebagai batu penjuru yang akan menopang bekerjasama suatu proses tranformasi global.<br />Masyarakat sipil bukanlah institusi yang berorientasi pada kekuasaan dan bertujuan maksimalisasi kapital. Kelompok ini lahir dari rahim kesadaran untuk memperjuangkan nilai-nilai universal manusia yang tidak melihat pada perbedaan bangsa, status sosial, ekonomi, ideologi, agama, dan identitas primordial lainnya.<br /> Untuk menegakkan nilai-nilai demokrasi di atas kepentingan nasionalisme, membutuhkan apresiasi yang positif dari siapapun, mulai dari kaum awam, intelektual hingga kaum pejabat-birokrat ditingkat pemerintahan. <br /><br />*) Mujtahid, Dosen UIN Maliki MalangMujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-30562661311938142912010-12-12T10:25:00.001+07:002010-12-22T10:34:00.127+07:00Melacak Jejak Spiritual Abdul MuhyiMujtahid<br /><br />SEJAK pertengahan abad ke tujuh belas, tokoh besar sekaligus ulama sufi Abdul Muhyi mendakwakan ajaran Islam di Jawa Barat. Ulama tersohor ini konon dikenal juga sebagai seorang wali di kalangan masyarakat; khususnya di Tasikmalaya Selatan, Kecamatan Bantarkalong. Jejak spiritualitasnya meninggalkan magnit luar biasa terhadap para pengikutnya sampai sekarang ini.<br /> Abdul Muhyi sendiri aslinya adalah dari Jawa Tengah, Mataram-Surakarta. Dia sempat dibesarkan di Gresik dari ibu Raden Ajeng Tangeunjiah dan bapak Lebe Wartakusumah. Ulama sufi ini mengaku masih ada hubungan hereditas dengan keluarga Rasulullah Saw. dari jalur keluarga ibunya.<br /> Perjalanan dakwah dan spiritual Abdul Muhyi tidak bisa dilepaskan dengan Gua Pamijahan. Melalui Gua Pamijahan, yang terletak di kaki bukit Bantarkalong, disinilah dia menemukan ketenangan bathiniyah, sekaligus sebagai tempat “riyâdhah spiritual”. Titik pusat penyebaran ajaran-ajarannya memang diawali dari tempat itu. Bahkan, sampai sekarang Gua tersebut masih di keramatkan oleh sebagian warga setempat.<br /> Abdul Muhyi adalah ulama yang menyambung mata rantai ajaran tarekat syathâriyah di pulau Jawa. Dia meneruskan paham gurunya Syekh Abdul Rauf al-Sinkili. Jalan spiritual atau tarekat menurut ajaran Muhyi sendiri adalah ketetapan dzikir rohani, yang mengungkapkan keyakinan yang berpusat pada kalimah thayyibah atau kalimah tauhîd yang tertuang dalam lafadz lâ ilâha illallâh.<br /> Makna kalimah thayyibah tersebut, kata Abdul Muhyi, bila dihayati secara benar dan baik, maka ia bisa menjadi modal fondasi yang kokoh untuk kebaikan hidup seseorang. Tarekat Syathâriyah membolehkan dzikir secara sirr (di dalam hati) maupun secara jahrr (suara keras).<br /> Tarekat Syathâriyah yang dikembangkan Abdul Muhyi merupakan perpaduan antara tarekat Qâdiriyah dan Naqsabandiyah. Warna lain kedua tarekat ini terlihat kuat di dalam sistem dzikir yang dipakai Abdul Muhyi, yaitu dzikir al-jahr dan dzikir al-sirr. Dzikir al-jahr adalah dzikir yang digunakan oleh Tarekat Qâdiriyah, yaitu menyuarakan keras-keras kalimah thayyibah kemudian diresapkan ke dalam hati, agar hati tercerahkan dengan cahaya ilahiyah. Sedangkan dzikir al-sirr adalah dzikir yang praktekkan oleh Tarekat Naqsabandiyyah, yakni dengan menghaluskan bacaan di dalam hati dengan pendekatan nafyi (tiada Tuhan) dan istbât (kecuali Allah).<br /> Untuk menuju tahapan spiritual menjadi sufi, Abdul Muhyi mensyaratkan seseorang empat tahapan, yaitu murid mubtadî, murid mutawâssith, murid kâmil, dan murid kâmil mukammil.<br /> Pertama, murid mubtadî yaitu murid yang masih berbuat maksiat, akan tetapi hatinya tetap tertuju kepada Allah semata. Atau hatinya masih salim (selamat) dari perbauatan syirik dan sifat munafik. Seperti lazimnya tradisi sufi, ia dalam perjalanan spiritualnya akan mendapatkan keadaan Fanâ, yakni proses integrasi atau peleburan diri dalam kebesaran Tuhan. <br /> Kedua, murid mutawâssith adalah seorang yang mempunyai hati sudah bersih dari getaran kalbu selain kepada Allah, disebut juga dengan hati tawajjuh, yaitu hati yang senantiasa ingat dan tertuju kepada Allah semata. Adapun tingkatan Fanâ kelompok ini adalah Fanâ di dalam sifat, maqamnya adalah maqam al-jam’ yaitu tingkat integrasi dengan Allah, karena selalu mengingat dan merasa disertai Allah.<br /> Ketiga, murid kâmil adalah kalangan dengan hati dan suasana rohani yang sudah bersih dari seluruh getaran selain Allah. Kalangan ini berhasil menjauhkan dirinya secara utuh dari seluruh daya tarik makhluk (materi), yang berarti hatinya sudah murni (Mujarrad). Bentuk dzikir tingkatan ini adalah dzikir muntahâ, yakni menyebut maujud (ada) kecuali Allah. Kalangan ini sudah lebih tinggi, setingkat âlam jabarrût (pandangan ruhaninya telah sirna, menyatu di dalam dzat Allah). <br /> Keempat, murid kâmil mukammil, yaitu seorang murid yang sudah memiliki penyaksian yang kuat (syuhûd) dan menyatu di dalam zat Allah. Hati seperti ini adalah hati rabbani, yakni hati yang sudah diliputi dan dinaungi hanya oleh Allah. Tingkatan ilmunya sudah mencapai akmâl yaqîn (dapat melihat dan mengetahui Allah secara nyata). Abdul Muhyi menyebutnya dengan wahda al-syuhûd. <br /> Ajaran lain yang bisa diambil dari Abdul Muhyi sendiri berkaitan dengan proses perjalanan spritual seseorang dalam dunia sufistik adalah konsepsinya tentang syâhadataian. Dia membaginya menjadi dua bagian, yaitu lâ ilâha illallâh sebagai hakikat dan Muhammad Rasulullâh sebagai syarî’ah; keduanya disebut dengan tarekat Muhammadiyah. Kedua-duanya, antara syari’at dan hakikat harus menyatu, sebab kedua merupakan komponen yang saling melengkap kualitas keimanan seseorang. <br /> Keberhasilan Abdul Muhyi dalam mengembangkan ajaran syathâriyah tidak luput dari jaringan dengan ulama-ulama besar, baik dalam maupun luar Nusantara. Keterikatan jaringan inilah yang memengaruhi jalan pemikirannya. Hasil penelitian M. Wildan Yahya (2007), menyebutkan bahwa beliau sempat kontak dengan ajaran Wujudiyyah di Aceh, ajaran Khalwatiyyah di Makassar, ajaran Samaniyah di Palembang dan di Banjarmasing. <br /> Abdul Muhyi juga tercatat sebagai tokoh kunci yang meletakkan dasar ajaran “martabat tujuh” di tanah Jawa. Ajaran beliau kemudian mengembang dan meluas hingga mewarnai berbagai paham dan budaya pada kepustakaan mistik Islam (perpaduan antara tradisi Jawa dengan unsur-unsur ajaran Islam) di Jawa. Ajaran “martabat tujuh” hanya mengakui bahwa Tuhan merupakan aspek batin dari segala yang ada di alam semesta. Semua yang ada di alam semseta adalah wujûd majâzî dari satu hakikat yang tunggal.<br /> <br />*) Mujtahid, Dosen Tarbiyah UIN MalangMujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-2045139637470187492010-12-01T11:43:00.000+07:002010-12-08T11:45:55.681+07:00Memaknai Kembali Misi HijrahOleh: Mujtahid<br /><br />SEBAGAI sebuah agama, Islam adalah ajaran yang menekankan bentuk kepasrahan totalitas. Seperti namanya, sebuah kata dalam bahasa Arab bahwa makna Islam yaitu sikap pasrah kepada Allah secara keseluruhan, karena menaruh kepercayaan kepada Allah Swt.<br /> <br />Dalam kitab suci al-qur’an ditegaskan bahwa manusia tidak dibenarkan bertindak setengah-setengah. Dijelaskan di dalam al-Qur’an, bahwa manusia boleh memilih untuk berpihak kepada Sang Pencipta (Allah), dan menerima tantangan moral-Nya. Jika ia memilih jalan ini, jalan menuju Allah, maka Allah dengan rahmat-Nya akan membimbing manusia beriman, dan menentukannya menuju berbagai jalan untuk menjadikan dirinya pribadi yang lurus dan bersih, bahagia dan selamat.<br /><br />Islam dan Kenabian <br />Islam sebagai agama terakhir yang dibawa Nabi Muhammad Saw memiliki dimensi kesejarahan yang sangat menarik. Menarik bukan saja dari segi doktrin dan risalahnya, namun juga tidak kalah pentingnya adalah dari sudut peristiwa-peristiwa kenabian (profetik) yang dialaminya sebagai rasul terakhir.<br /><br />Jika dilihat dari sudut ajarannya, Islam adalah agama yang memiliki banyak piranti, diantaranya; dimensi pembaruan (tajdid), pembebasan (tauhid) dan universal (rahmatan lil alamin). Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam al-qur’an bahwa misi kerasulan Muhammad Saw adalah titah universal, yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu (QS. 21:107). Mengemban misi universalisme Islam, berarti dalam kerasulannya bukan hanya mendemontrasikan aspek-aspek kehidupan yang bersifat ukhrawi (sakral), melainkan juga memberikan tauladan kemanusiaan, bahwa Nabi Muhammad sendiri menekankan betapa pentingya aspek-aspek kehidupan duniawi (profan) yang tidak bisa diabaikan begitu saja (QS. 28:77). Karena aspek yang kedua ini merupakan bagian dari sekian banyak pilar yang akan ikut memformat kehidupan kehidupan jangka panjang atau eskatologis (ukhrawi).<br /><br />Hijrah sebagaimana yang dikenal dalam sejarah kenabian (Muhammad) adalah rangkaian dari misi kerasulannya sebagai figur mujaddid (reformer, pembaru) moral kemanusiaan. Ia telah melakukan tranformasi kehidupan besar-besaran, dari sosio-kultural yang otoritatif (zalim, musyrik) menuju tatanan masyarakat madani (civil society), adil dan penuh kerahmatan. Jika ditilik dari segi termenologis, kata hijrah berasal dari bahasa arab, yang artinya pindah atau perpindahan. Dengan demikian, hijrah berarti perjalanan dengan niat religius. <br /><br />Perjalanan itu dimaksudkan untuk membuka era baru yang selama ini kehilangan makna, dan menghadapi segala penindasan. Sehingga hijrah dimengerti sebagai perubahan dari tatanan semula yang kurang beradab menjadi beradab, baik menyangkut masalah keyakinan maupun masalah kaidah-kaidah kemasyarakatan.<br />Hijrah mengadung pesan moral yang sangat tinggi untuk merespons ancaman terhadap kelangsungan hidup dan keamanan sosial (QS. 2:218). Pesan hijrah diantaranya adalah telah melahirkan sendi-sendi kehidupan yang berprinsip pada tauhid (liberty). Semula orang Arab menganggap bahwa benda patung adalah Tuhan mereka, yang dianggap mampu memberikan kepastian dan keselamatan hidup. Dengan kedatangan Muhammad, masyarakat Arab berubah keyakinan menjadi monotheisme, meski tidak semua penduduk mempercayainya.<br /><br />Di samping itu, pesan moral hijrah adalah adanya pengakuan prinsip equality (persamaan). Kehadiran Nabi Muhammad di tengah-tengah masyarakat, tidak pernah menomorduakan warganya, lantaran sentimen agama, kelompok, ras dan budaya. Semua warga memiliki hak yang sama untuk dihormati dan diperhatikan sebagaimana yang lain, selama tidak saling mengganggu dan memusuhinya.<br />Kesaksian hijrah ditunjukkan dengan sikap moral yang luhur bahwa betapa pentingnya sikap tasamuh (toleransi) dalam kehidupan sosial. Kemauan bertasamuh merupakan sikap moral yang sadar dan terbuka. Kemauan ini berarti menuntut keberanian dalam menerima perbedaan-perbedaan yang ada.<br /><br />Seruan moral selanjutnya adalah adanya negara hukum. Sebagai sebuah perangkat kehidupan masyarakat, hukum merupakan jantung dari sendi-sendi kedamaian dan keadilan. Rasa kedamain dan keadilan merupakan tujuan kehidupan manusia dalam membangun cita-cita masyarakat, bangsa dan negara. Jadi hijrah merupakan kemauan dalam menegakkan hukum untuk melindungi segala kedzaliman yang terjadi. Tujuan ini adalah melindungai jiwa dan agama sekaligus mengurangi penderitaan kaum tertindas akibat perbuatan yang melanggar hukum (QS. 3:195, 4:100). Seruan ini dipraktekkan Muhammad selama dalam proses kenabiaannya. Dengan ketegasannya itu ia mengatakan bahwa ‘’jika Fathimah (putrinya) mencuri, maka ia akan dipotong tangannya”, seruan ini benar-benar tegas dan lugas tidak memangdang status sosial apapun.<br /><br />Tidak heran kalau kebanyakan pakar melihat bahwa semangat profetik, jika dikaji dari kacamata akademis bukanlah hal yang berlebihan. Namun, pada kenyataannya Nabi Muhammad sebagai figur historis tidak hanya diakui oleh penganutnya sendiri, tetapi juga diakui orang atheis sekalipun. Maxim Rodinson misalnya, ilmuan atheis yang memiliki andil besar dalam memperkenalkan ketokohan Muhammad kepada masyarakat Barat. Belum lagi ilmuan lain seperti Montgomery Watt, Annemarie Schimmel, Martin Lings, ataupun Karen Armstrong yang selama 9 tahun aktif sebagai biarawati. Mereka itu, melalui karya tulisannya dengan segala kelebihan dan kekurangan telah melakukan pembelaan historis-akedemis terhadap reputasi Nabi Muhammad sebagai salah seorang dari sekian tokoh sejarah yang meletakkan dasar, pedoman dan spirit bagi pembangunan peradaban manusia.<br /><br />Karena itu, merupakan keharusan ilmiah belaka jika ilmuan semacam Philip K. Kitti ataupun Marshall G. Hodgson melihat Nabi Muhammad dan agama Islam yang diwariskannya telah sanggup menyulap dunia Arab dari padang pasir gundul menjadi mata air peradaban yang pada gilirannya secara signifikan ikut mewarnai wacana dan perjalanan panjang sejarah dunia.<br /><br />Dari sekian banyak ilmuan Barat di atas mengakui bahwa Muhammad tidak hanya menjadi panutan umat muslim, tetapi merupakan manusia pilihan yang memiliki integritas moral kemanusiaan yang sangat luhur dan bijak. yang menjunjung tinggi moral kemanusiaan. <br /><br />Dengan demikian, hijrah merupakan tahap paling peting dalam perjalanan spiritual manusia kepada jalan ilahi (ketentraman dan kedamaian). Begitu juga, implikasi sosialnya sangat luas dalam membersihkan bentuk-bentuk kemunkaran dan kedzaliman menuju proses pembersihan diri demi tegaknya agama, sebagai pandangan hidup dalam memformat sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan ketatanegaraan.<br /><br />*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim MalangMujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-49032833647082219592010-11-22T16:03:00.002+07:002010-11-22T16:39:25.269+07:00Meneladani Spirit Gajah MadaMujtahid<br /><br />KALAU kita mendengar nama Gajah Mada, selalu teringat kesaktian, ketulusan dan keuletannya dalam mengabdi pada kerajaan/pemerintahan. Dalam kisah sejarah, beliau adalah orang yang lahir dari keluarga biasa, alias bukan dari kaum bangsawan. Namun namanya menjadi agung dan mengangungkan tanah jawa, yang tatkala waktu itu masih dibawah kekuasaan kerajaan terbesar di Tanah Jawa, yaitu kerajaan Majapahit.<br /> Sebagai seorang yang berlatar belakang biasa, Gajah Mada menjadi sangat penting kita angkat sebagai contoh tauladan kehidupan manusia saat ini. Ketenaran dan kebesaran nama yang disandangnya itu bukan melekat dengan sendirinya, melainkan dengan usaha dan tekad yang kuat untuk memberikan prestasi dan kontribusi yang besar bagi kerajaan dan rakyat jelata kala itu.<br /> Pengabdiannya kepada raja tidak pernah dijadikan ukuran untuk naik pangkat dan merebut jabatan. Tetapi apa yang diperbuat adalah bagaimana khalayak umum (masyarakat) dapat menikmati kehidupan yang tentram dan nyaman. Sikap dan perilakunya yang jauh dari nilai transaksional, mengakibatkan banyak orang menaruh kepercayaan dan simpatik kepadanya.<br /> Itulah kehebatan Gajah Mada dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya, baik tatkala masih menjadi prajurit, patih, hingga panglima perang. Sosok yang tegas, berwibawa dan komitmen mengalahkan sikap kebimbangan dan segala bentuk keraguan yang muncul, baik dari dirinya sendiri maupun dari teman seperjuangannya.<br /> Gajah Mada dikenal sebagai sosok yang arif dan bijaksana. Ketauladanan itu sudah dibuktikan dengan banyak prestasi yang beliau berikan kepada sang raja dan kerajaan itu, tetapi ia tidak pernah meminta jabatan, apalagi ingin menguasai dan merebut menjadi raja. Sikap itu barangkali yang membedakan dengan kawan-kawannya, yang ketika sudah sukses sedikit lantas meminta jabatan, proyek, dan hal lain yang dapat menguntungkan untuk dirinya.<br /> Tatkala kerajaan Majapahit diserang oleh Ra Kuti--- salah seorang anak asuh dari Ramapati---Gajah Mada menyelematkan raja Jayanagara beserta keluarganya. Apa yang diperbuatnya merupakan tugas mulia yang tidak pernah dipikirkan untuk mendapatkan apa ketika kelak mampu menumpas habis dan lari tunggang langgang para pemberontak itu. Hal itu berbeda dengan saat ini, ketika sudah sukses mengantarkan seseorang jadi bupati/walikota, gubernur, presiden, lalu mereka akan menagih apa imbalan yang bakal diterimanya. Sikap transaksional inilah mendorong tumbuh suburnya KKN (korupsi, kolosi dan nepotisme) ditengah masyarakat kita yang justru menjadi biang kerok kehancuran negeri ini.<br /> Gajah Maja dijuluki sebagai sosok yang tahan luwih (poso/puasa). Bahkah beliau tidak akan meninggalkan puasa sebelum menyatukan nusantara. Kenyataan itulah yang sering kita kenal dengan sebutan sumpah Palapa. Tugas yang amat berat itu ia lakoni dengan menahan diri dari segala godaan sifat duniawi demi meraih cita-cita itu. Berikut saya berikan kutipan sumpah Palapa yang pernah diucapkan Gajah Mada: <br />Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa". <br />Terjemahannya:<br />Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa". <br /> Andaikan saja para pimpinan di negeri ini mau meniru dan meneladani Gajah Mada, maka lembaga penegak hukum menjadi ringan tugasnya. Penyakit dan penyebab ketidakadilan hukum adalah karena pemimpinya tidak tegas, tidak memiliki wibawa dan tidak ulet (komitmen) dengan pendirian dirinya sendiri. Mungkin karena terlalu banyak orang yang berjasa pada dirinya (pemimpin), sehingga tidak dapat berlaku adil dan bijak untuk menghukum orang itu. Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada kala itu mampu menembus batas-batas hereditas (kekeluargaan), persahabatan/perkawanan, dan segala hal yang justru mengakibatkan penghalang untuk maju dan berkembang.<br /><br />Tata, Titi, dan Tutu<br /> Semboyan yang dapat kita petik dari Gajah Mada adalah Tata, Titi, dan Tutu. Istilah itu berasal dari bahasa jawa, yang artinya tata (perencanaan dan pelaksanan yang sesuai), titi (tegas, teguh pendirian, komitmen), dan tutu (proses pejuangan, latihan, penggemblengan). Ketiga hal itulah mejadi cerminan dari sikap, perilaku dan tindakan Gajah Mada di manapun ia berada.<br /> Barangkalai saat ini yang diperlukan untuk membekali seorang pemimpin adalah tiga hal di atas, selain modal ilmu pengetahuan yang unggul. Dan kelihatannya, slogan itu dipraktikkan dalam pendidikan militer. Seorang prajurit militer harus memiliki sikap perencanaan yang matang, komitmen yang tinggi dalam membela kedaulatan tanah air, serta dengan proses perjuangan yang tinggi.<br /> Gajah Mada mengajarkan bahwa apa yang tergelar di muka bumi ini harus di-tata (dikelola/dimanej) secara baik. Salah dalam merencanakan, maka akibatnya akan berdampak luas bagi kelanjutan bagi sebuah dinamika organisasi atau lembaga itu sendiri. Perencanaan yang baik membutuhkan proses berfikir yang jernih, imajinasi, dan mimpi-mimpi yang mampu membakar semangat. Hal itu telah ditanamkan Gajah Mada jauh sebelum konsep-konsep modern yang saat ini berkembang.<br /> Untuk mewujudkan perencanaan tersebut, Gajah Mada mendidik kita agar teguh pendirian dan komitmen. Banyak orang mampu merencakanan dengan baik, tetapi tidak dapat menjaga dan merawat perencanaan itu secara komit, kukuh dan tegas. Sehingga di tengah perjalanan goyah pendirian dan justru dimanfaatkan oleh lawan-lawan politiknya. Walau ditengah perjalanan harus memaksa berubah haluan, karena satu hal situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, namun tetap harus sesuai dengan tujuan perencanaan semula. Komitmen dan perjuangan tanpa mengenal lelah akan membuah hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi semua pihak. <br />Pengalaman yang ajarkan Gajah Mada kepada kita tentang “tutu” adalah perjuangan tanpa embel-embel (pamrih). Implikasi dari perjuangan tanpa pamrih adalah jauh akan melahirkan daya (kekuatan) yang berlipat ganda, yang mampu mengajak semua orang untuk bahu menbahu, saling memikul peran dan tanggungjawab, karena keikhlasan yang dicontohkan oleh seorang pemimpin.<br /> Dalam kehidupan masyarakat dibutuhkan seorang pemimpin yang mau berkorban untuk ummatnya, yang rela segala “kepunyaannya” disedekahkan untuk mengangkat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat banya. Bukan seorang pemimpin yang berlindung dengan kekuasaannya untuk meraih dan mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan golongannya, partainya, apalagi untuk dirinya sendiri.<br /> Kini nama Gajah Mada diabadikan sebagai nama sebuah universitas di Jogjakarta, dan sebutan sumpah “palapa” dipakai untuk sebuah jaringan telekomunikasi. Kehormatan dan kemuliaan Gajah Mada tidak cukup hanya dijadikan sebagai simbol nama sebuah lembaga/organisasi atau usaha, melainkan harus diwarisi spiritnya, perjuangan dan kiprahnya dalam menyatukan dan mensejahterahkan nusantara ini. <br /> Rintangan dan tanjakan karier Gajah Mada juga perlu menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Tidak ada ceritanya orang tiba-tiba menjadi sukses, terkenal dan mendapatkan amanah jabatan yang prestisius tanpa sebuah perjuangan dan pengorbanan yang terlebih dahulu. Karier Gajah Mada dilalui mulai setapak demi setapak hingga sampai menjadi panglima yang sangat disegani dan dihormati. <br /> Dewasa ini, spirit Gajah Mada seperti itu masuk kategori barang langka, yang kiranya perlu direnungkan kembali untuk menumbuhkan nasionalisme kebangsaan. Budaya kerja keras, bersungguh-sungguh, serta tidak pernah berpretensi mendapatkan jabatan, proyek dan sejenisnya harus menjadi mental dan sikap kita. Sebab, mencari jiwa seorang ”Gajah Mada” baru membutuhkan sejarah lain yang syarat dengan pendidikan berkarakter, bersumber pada nilai-nilai spiritual dan kesadaran.<br /> Semoga para pemimpin negeri ini dapat belajar dari sosok Gajah Mada, dalam mewujudkan cita-cita persatuan dan kesatuan nusantara dalam bingkai budaya, agama dan etos (semangat) yang kuat. Gajah Mada--- walau tanpa bekal titel/gelar akademik apapun---mampu menorehkan sejumlah prestasi dan hasil yang mencengangkan banyak orang, maka saat ini pemimpin dengan sederet pengalaman akademik, dan politiknya harus lebih baik dari Gajah Mada.<br /><br />*) Mujtahid, Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim MalangMujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-61560852204334483062010-11-19T06:13:00.001+07:002010-11-19T06:41:21.957+07:00Konsep, Karakteristik dan Rasional Supervisi PendidikanMujtahid*<br /><br />Mengacu pada rumusan UU RI No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. <br />Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari segala aspek dan dimensinya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pengajaran/pembelajaran di sekolah/madrasah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru seperti amanah Peraturan Pemerintah (PP) No. 19. Tahun 2005 pada Bab I, Pasal 1, ayat 7, adalah dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. <br /> Mungkin sudah terlanjur, bahwa masyarakat saat ini telah mempercayai, mengakui dan menyerahkan sepenuhnya kepada guru untuk mendidik anak-anak mereka. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Namun seringkali tak sebanding lurus dengan apa yang diharapkan. Karena sudah terlanjur seperti itu, maka implikasinya adalah guru harus memiliki kualitas yang memadai. Kualitas tidak hanya pada tataran normatif, melainkan juga dalam tataran yuridis-empiris, bahwa seorang guru harus menunjukkan empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi personal (kepribadian), kompetensi profesional, maupun kompetensi sosial dalam selubung aktualisasi kebijakan pendidikan. Hal tersebut karena guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan tataran strategis, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek "guru" dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya dalam satu manajemen pendidikan yang meritokratis.<br />Membangun kualitas pendidikan sangat erat kaitannya dengan membangun kualitas pembelajaran. Sementara kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas tenaga pendidik (guru). Meski guru bukanlah satu-satunya instrumen dalam dunia pendidikan, tetapi gurulah yang memegang peranan penting serta sebagai ujung tombak sukses dan gagalnya suatu pendidikan. Mulyasa mensinyalir bahwa dalam proses pembelajaran seringkali guru melakukan kesalahan. Setidaknya Mulyasa mengidentifikasi ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru, yaitu 1). mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, 2). menunggu peserta didik berperilaku negatif, 3). Menggunakan destructive dicipline, 4) mengabaikan perbedaan peserta didik, 5). Merasa paling pandai, 6) tidak adil (diskriminatif), dan 7). Memaksa hak peserta didik. <br />Dari uraian di atas itulah, pentingnya mengapa guru memerlukan layanan supervisi (pembinaan) pengajaran, karakteristik dan rasional apa yang dilakukan dalam supervisi pengajaran sebagai upaya peningkatan kualitas guru?<br /><br />Pengertian Supervisi Pengajaran<br /> Istilah supervisi pengajaran sebenarnya bukanlah istilah yang baru dalam pendidikan. Namun seringkali tidak semua orang mengerti dan paham apa hakikat sebenarnya. Kadang-kadang pahami sama dengan penilai atau inspeksi. Padahal tidak demikian maksudnya.<br />Ada sebuah konsep modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut: “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an environment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. <br />Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu (semantik). Secara etimologi, istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Sedangkan secara morfologis, supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya. Adapun dari segi semantik, pada hakikatnya isi yang terandung dalam definisi yang rumusannya tentang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikan. Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi mengajar belajar agar lebih baik. <br />Menurut Adam dan Dickey seperti yang dikutip Sahertian & Frans Mataheru, merumuskan supervisi sebagai pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sebuah program yang berencana untuk memperbaiki hal belajar dan mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut: “Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik“. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. <br />Untuk itu ada dua hal yang perlu diperhatikan: a). Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. b). Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki empat kompetensi yakni: 1) kompetensi Pedagogik, 2) kompetensi profesional 3) kompetensi personal, dan 4) kompetensi sosial. Melalui keempat kompetensi tersebut, seorang guru mampu dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pengajarannya.<br />Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. <br />Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada “pembinaan profesional guru“, maka pembinaan lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru. Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru. <br /><br />Karakteristik Supervisi Pengajaran<br />Di abad sekarang ini, yaitu era globalisasi dimana semuanya serba digital, akses informasi sangat cepat dan persaingan hidup semakin ketat, semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Hanya manusia yang mempunyai sumber daya unggul dapat bersaing dan mempertahankan diri dari dampak persaingan global yang ketat. Termasuk sumber daya pendidikan. Yang termasuk dalam sumber daya pendidikan yaitu ketenagaan, dana dan sarana dan prasarana. <br />Guru merupakan pelaku yang menentukan tujuan pengajaran. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab II, Pasal 39 ayat 2 di jelaskan bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.<br />Sahertian mengemukakan ada dua metafora untuk menggambarkan pentingnya pengembangan sumber daya guru. Pertama, jabatan guru diumpamakan dengan sumber air. Sebagai sumber air, maka ia harus terus menerus bertambah, sehingga sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus dan tidak pernah asat (kering). Sebab, bila tidak dilakukan demikian, maka sumber air itu lama kelamaan akan habis dan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru, tidak menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan kepada peserta didik. Kedua, jabatan guru diumpamakan dengan sebatang pohon buah-buahan. Pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila akar induk pohon tidak menyerap zat-zat makanan yang berguna bagi pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan guru yang perlu bertumbuh dan berkembang. Baik itu pertumbuhan pribadi guru maupun pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu keharusan untuk menghasilkan output pendidikan berkualitas. <br />Itulah sebabnya guru perlu belajar terus menerus, membaca informasi terbaru dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran agar suasana belajar mengajar menggairahkan dan menyenangkan baik bagi guru apalagi bagi peserta didik.Peningkatan sumber daya guru bisa dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Perlunya bantuan supervisi terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan masyarakat. <br />Menurut Swearingen, seperti yang dikutip Sahertian, mengungkapkan latar belakang perlunya supervisi berakar mendalam dalam kebutuhan masyarakat dengan latar belakang sebagai berikut:<br />1. Latar belakang Kultural. Pendidikan berakar dari budaya arif lokal setempat. Sejak dini pengalaman belajar dan kegiatan belajar-mengajar harus diangkat dari isi kebudayaan yang hidup di masyarakat itu. Sekolah bertugas untuk mengkoordinasi semua usaha dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang dicita-citakan.<br />2. Latar belakang filosofis. Suatu sistem pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna bila ia berakar mendalam pada nilai-nilai filosofis pandangan hidup suatu bangsa. <br />3. Latar belakang psikologis. Secara psikologis supervisi itu berakar mendalam pada pengalaman manusia. Tugas supervisi ialah menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri. <br />4. Latar belakang sosial. Seorang supervisor dalam melakukan tanggung jawabnya harus mampu mengembangkan potensi kreativitas dari orang yang dibina melalui cara mengikutsertakan orang lain untuk berpartisipasi bersama. Supervisi harus bersumber pada kondisi masyarakat.<br />5. Latar belakang sosiologis. Secara sosiologis perubahan masyarakat punya dampak terhadap tata nilai. Supervisor bertugas menukar ide dan pengalaman tentang mensikapi perubahan tata nilai dalam masyarakat secara arif dan bijaksana.<br />6. Latar belakang pertumbuhan jabatan. Supervisi bertugas memelihara, merawat dan menstimulasi pertumbuhan jabatan guru. Diharapkan guru menjadi semakin professional dalam mengemban amanat jabatannya dan dapat meningkatkan posisi tawar guru di masyarakat dan pemerintah, bahwa guru punya peranan utama dalam pembentukan harkat dan martabat manusia. Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif. <br />Menurut Supandi, ada dua hal yang mendasari pentingnya supervisi dalam proses pengajaran. Pertama, perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan. Perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan penyesuaian yang terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini berarti bahwa guru-guru senantiasa harus berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana secara baik. Namun demikian, upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan dan bahkan proses memecahkan masalah belum terkuasai. Dengan demikian, guru dan Kepala Sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat paling mendasar memerlukan bantuan-bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum.<br />Kedua, pengembangan personel senantiasa dilakukan guna meningkatkan upaya yang terus-menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan personal dapat dilaksanakan secara formal dan informal. Pengembangan formal menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalui penataran, tugas belajar, lokakarya dan sejenisnya. Sedangkan pengembangan informal merupakan tanggung jawab pegawai sendiri dan dilaksanakan secara mandiri atau bersama dengan rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan ilmiah, latihan suatu metode mengajar, dan lain sebagainya. Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran.<br />Secara umum ada dua kegiatan yang termasuk dalam kategori supevisi pengajaran, yakni: pertama, supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada guru-guru. Secara rutin dan terjadwal Kepala Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru dengan harapan agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru. Saat kegiatan supervisi berlangsung, kepala sekolah menggunakan lembar observasi yang sudah dibakukan, yakni Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG terdiri atas APKG 1 (untuk menilai Rencana Pembelajaran yang dibuat guru) dan APKG 2 (untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran) yang dilakukan guru.<br />Kedua, supervisi yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah kepada Kepala Sekolah dan guru-guru untuk meningkatkan kinerja. Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah yang bertugas di suatu Gugus Sekolah. Gugus Sekolah adalah gabungan dari beberapa sekolah terdekat, biasanya terdiri atas 5-8 Sekolah. Hal-hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan supervisi untuk memantau kinerja kepala sekolah, di antaranya administrasi sekolah, meliputi: <br />a. Bidang Akademik, mencakup kegiatan: 1) menyusun program tahunan dan semester, 2) mengatur jadwal pelajaran, 3) mengatur pelaksanaan penyusunan model satuan pembelajaran, 4) menentukan norma kenaikan kelas, 5) menentukan norma penilaian, 6) mengatur pelaksanaan evaluasi belajar, 7) meningkatkan perbaikan mengajar, 8) mengatur kegiatan kelas apabila guru tidak hadir, dan 9) mengatur disiplin dan tata tertib kelas.<br />b. Bidang Kesiswaan, mencakup kegiatan: 1) mengatur pelaksanaan penerimaan siswa baru berdasarkan peraturan penerimaan siswa baru, 2) mengelola layanan bimbingan dan konseling, 3) mencatat kehadiran dan ketidakhadiran siswa, dan 4) mengatur dan mengelola kegiatan ekstra kurikuler.<br />c. Bidang Personalia, mencakup kegiatan: 1) mengatur pembagian tugas guru, 2) mengajukan kenaikan pangkat, gaji, dan mutasi guru, 3) mengatur program kesejahteraan guru, 4) mencatat kehadiran dan ketidakhadiran guru, dan 5) mencatat masalah atau keluhan-keluhan guru.<br />d. Bidang Keuangan, mencakup kegiatan: 1) menyiapkan rencana anggaran dan belanja sekolah, 2) mencari sumber dana untuk kegiatan sekolah, 3) mengalokasikan dana untuk kegiatan sekolah, dan 4) mempertang-gungjawabkan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku. <br />e. Bidang Sarana dan Prasarana, mencakup kegiatan: 1) penyediaan dan seleksi buku pegangan guru, 2) layanan perpustakaan dan laboratorium, 3) penggunaan alat peraga, 4) kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah, 5) keindahan dan kebersihan kelas, dan 6) perbaikan kelengkapan kelas.<br />f. Bidang Hubungan Masyarakat, mencakup kegiatan: 1) kerjasama sekolah dengan orangtua siswa, 2) kerjasama sekolah dengan Komite Sekolah, 3) kerjasama sekolah dengan lembaga-lembaga terkait, dan 4) kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar. <br />Sedangkan ketika mensupervisi guru, hal-hal yang dipantau pengawas juga terkait dengan administrasi pembelajaran yang harus dikerjakan guru, diantaranya: penggunaan program semester, penggunaan rencana pembelajaran, penyusunan rencana harian, program dan pelaksanaan evaluasi, kumpulan soal, buku pekerjaan siswa, Buku daftar nilai, buku analisis hasil evaluasii. Buku program perbaikan dan pengayaan, buku program Bimbingan dan Konseling, Buku pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler <br /><br />Rasional Supervisi Pengajaran<br />Dewasa ini, setiap pekerjaan menuntut adanya sikap profesional. Apalagi profesi guru yang sehari-hari menangani makhluk hidup yang berupa anak-anak atau siswa dengan berbagai karakteristik yang berbeda. Pekerjaaan guru menjadi lebih berat tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan kemampuan dirinya mengalami stagnasi. Guru yang profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang dilakukan oleh Ace Suryani menunjukkan bahwa Guru yang bermutu dapat diukur dengan lima indikator, yaitu: pertama, kemampuan profesional (professional capacity), sebagaimana terukur dari ijazah, jenjang pendidikan, jabatan dan golongan, serta pelatihan. Kedua, upaya profesional (professional efforts), sebagaimana terukur dari kegiatan mengajar, pengabdian dan penelitian. Ketiga, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher's time), sebagaimana terukur dari masa jabatan, pengalaman mengajar serta lainnya. Keempat, kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya (link and match), sebagaimana terukur dari mata pelajaran yang diampu, apakah telah sesuai dengan spesialisasinya atau tidak, serta kelima, tingkat kesejahteraan (prosperiousity) sebagaimana terukur dari upah, honor atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan yang rendah bisa mendorong seorang pendidik untuk melakukan kerja sambilan, dan bilamana kerja sambilan ini sukses, bisa jadi profesi mengajarnya berubah menjadi sambilan. Guru profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan kurikulum. <br /> Akhir-akhir ini banyak guru, dengan berbagai alasan dan latar belakangnya menjadi sangat sibuk sehingga mereka tidak dapat fokus mencapai tujuan pengajaran. Seringkali kesejahteraan yang kurang atau gaji yang rendah menjadi alasan bagi sebagian guru untuk menyepelekan tugas utamanya. Implikasinya adalah banyak kegiatan pengajaran yang tidak sesuai dengan tujuan umum pengajaran, kebutuhan siswa, dan tujuan sekolah. Guru memasuki kelas tidak mengetahui tujuan yang pasti, yang penting demi menggugurkan kewajiban. Idealisme menjadi luntur ketika yang dihadapi ternyata masih anak-anak dan kalah dalam pengalaman. Banyak guru enggan meningkatkan kualitas pribadinya dengan kebiasaan membaca untuk memperluas wawasan. Jarang pula yang secara rutin pergi ke perpustakaan untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan. Kebiasaan membeli buku menjadi suatu kebiasaan yang mustahil dilakukan karena guru sudah merasa puas mengajar dengan menggunakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) yang berupa soal serta sedikit ringkasan materi. Dapat dilihat daftar pengunjung di perpustakaan sekolah maupun di perpustakaan umum, jarang sekali guru memberi contoh untuk mengunjungi perpustakaan secara rutin. <br />Jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership pernah menurunkan laporan mengenai tuntutan guru professional. Menurut Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang guru dituntut memiliki lima hal, yakni: 1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya. 2) Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. 3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar. 4) Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa. 5) guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya. <br />Dalam konteks yang aplikatif, dengan adanya supervisi pengajaran diharapkan para guru menguasai sepuluh kompetensi sebagai berikut: <br />1) Menguasai bahan, meliputi: a) menguasai bahan bidang studi (standar kompetensi dan kompetensi dasar seperti digariskan dalam kurikulum, b) menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi atau pengembangan bahan ajar yang lebih luas. <br />2) Mengelola program belajar-mengajar, meliputi: a) merumuskan tujuan pembelajaran, b) mengenal dan menggunakan prosedur pembelajaran yang tepat, c) melaksanakan program belajar-mengajar, d) mengenal kemampuan anak didik. <br />3) Mengelola kelas, meliputi: a) mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran, b) menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi.<br />4) Penggunaan media atau sumber, meliputi: a) mengenal, memilih dan menggunakan media, b) membuat alat bantu yang sederhana, c) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar, d) menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan.<br />5) Menguasai landasan-landasan pendidikan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengajaran.<br />6) Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar yang dapat menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.<br />7) Dapat mengevaluasi hasil belajar dan pengajaran yang menjadi bahan pertimbangan untuk membenahi kepentingan pelajaran selanjutnya. <br />8) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah, meliputi: a) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan konseling, b) menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling. <br />9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.<br />10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. <br />Alasan rasional mengapa supervisi itu penting adalah untuk perbaikan pengajaran/pembelajaran. Adapun untuk mendukung proses pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang akan ada di dalam sekolah dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Menurut Townsend dan Butterworth, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pembelajaran yang bermutu, yakni:<br />1) keefektifan kepemimpinan kepala sekolah<br />2) partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf,<br />3) proses belajar-mengajar yang efektif, <br />4) pengembangan staf yang terpogram,<br />5) kurikulum yang relevan, <br />6) memiliki visi dan misi yang jelas,<br />7) iklim sekolah yang kondusif,<br />8) penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan, <br />9) komunikasi efektif baik internal maupun eksternal, dan<br />10) keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik. <br />Melalui supervisi pengajaran, maka peran guru secara lebih luas, didorong untuk meningkatkan mutu dan makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu.<br />Dalam konteks pengajaran, seorang guru menentukan mulai dari input, proses, dan output. Input pengajaran adalah segala sesuatu sumber dan bahan ajar yang tersedia untuk berlangsungnya proses pengajaran. Proses pengajaran merupakan transformasi sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan input sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Output pengajaran adalah kinerja guru yang dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya melalui prestasi hasil belajar siswa. <br />Makna positif lain yang dapat dipetik dari supervisi adalah mengurangi beban guru. Fullan & Stiegerbauer dalam "The New Meaning of Educational Change" mencatat bahwa setiap tahun banyak guru yang berurusan dengan banyak problem yang hal itu menjasi sumber stres bagi mereka. Mungkin tak aneh bila dilaporkan banyak guru mengalami stres dan jenuh. Dengan dukungan supervisi, maka guru dapat dibantu untuk memecahkan serangkaian problema yang mereka derita itu. Sehingga dengan demikian mereka dapat terkurangi bebannya.<br />Supervisi juga menjadi pertukaran pengalaman dan transfer pengetahuan baru. Supriadi mengatakan: "orang yang mendalami teori difusi inovasi akan segera tahu bahwa setiap perubahan atau inovasi dalam bidang apa pun, termasuk dalam pengajaran, memerlukan tahap-tahap yang dirancang dengan benar sejak ide dikembangkan hingga dilaksanakan". Sejak awal, supervisi harus di sesuaikan dengan sebuah kondisi yang perlu diperhitungkan, mulai substansi sampai kondisi-kondisi lokal tempat institusi itu diimplementasikan. Intinya, supervisi merupakan cara untuk melakukan suatu perubahan yang mendasar, melibatkan banyak pihak, dan dengan skala yang luas akan selalu memerlukan pikiran, tenaga dan waktu. Supervisi dijalankan berdasarkan kriteria yang jelas, terukur dan realistik dalam sasarannya, dan dirasakan manfaatnya oleh pihak yang melaksanakannya. <br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA <br /><br />Balitbang Depdiknas. 2001. Data Standardisasi Kompetensi Guru. (http://www.depdiknas.go.id.html).<br />Berliner, David. 2000. Educational Reform in an Era of Disinformation. (http://www.olam.asu.edu/epaa/v1n2.html). <br />Depdiknas. 1997. Petunjuk Pengelolaan Adminstrasi Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas. <br />Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta: Depdiknas. <br />Fullan & Stiegerbauer. 1991. The New Meaning of Educational Change. Boston: Houghton Mifflin Company. <br />http://s1pgsd.blogspot.com/2009/02/supervisi-pendidikan-1.html<br />Mujtahid, 2009. Pengembangan Profesionalisme Guru, Malang: UIN-Malang Press.<br />Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.<br />Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan kompetensi Guru.<br />Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan<br />Peraturan Pemerintah RI, Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.<br />Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. <br />Sapari, Achmad. Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan. Kompas (16 Agustus 2002). <br />Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />Suparlan, 2005. Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat. <br />Supriadi, Dedi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. <br />Supriadi, Dedi. Laporan Akhir Tahun Bidang Pendidikan & Kebudayaan. Kompas, 2002. <br />Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan, Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press. <br />Suryasubrata.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. <br />Townsend, Diana & Butterworth. 1992. Your Child's Scholl. New York: A Plime Book. <br />Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen<br />Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya <br />Wardani, IGK. 1996. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Dirjen Dikti.Mujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-62717384873712251472010-11-18T08:55:00.002+07:002010-11-18T09:08:19.461+07:00Mendaki Puncak Kemabruran HajiMujtahid*<br /><br />RITUAL haji adalah perjalanan spiritual menuju baitullah (rumah Allah). Dalam rukun Islam, haji ditempatkan pada rukun yang terakhir sebagai puncak tangga menuju kesempurnaan menjalankan syari’at Islam. Berbeda dengan shalat, zakat, dan puasa, ibadah haji lebih memperlihatkan sebuah sarana pendakian yang unik, karena ritual haji dapat langsung mempertemukan dimensi ruhani di pusat kiblat umat Islam se-alam semesta.<br /> Secara kodrati, manusia pasti menginginkan sebuah kesempurnaan dalam segala aspek kehidupannya, juga termasuk ibadah haji. Jadi wajar kalau ada orang ingin kaya, terhormat, pinter dan seterusnya. Bahkan, seberat apa pun kendala dan rintangan menghadangnya, seorang begitu gigih dan kuat demi meraih apa yang menjadi keinginan dan cita-citanya. <br /> Kegigihan untuk mencapai kesempurnaan itu, kata Paul G. Stoltz, adalah AQ (Adversity Quotient). Yakni satu kecerdasan berupa kegigihan untuk mengatasi segala rintangan demi mendaki tangga kesempurnaan yang diinginkan. Hidup ini tak ubahnya seperti mendaki gunung. Kesuksesan atau kepuasan diperoleh melalui upaya yang tak kenal lelah untuk terus mendaki, walau terkadang langkah demi langkah yang ditapaki terasa lambat dan menyakitkan.<br /> Menyempurnakan Gagasan Paul G. Stoltz seperti di atas, C. Ramli Bihar Anwar dan Haidar Bagir menambahkan dengan istilah "spiritual". Hal itu seperti tanpak pada judul bukunya “Adversity Spiritual Quotient (ASQ) (2004. AQ (Adversity Quotient)saja bulum cukup, akan tetapi membutuhkan “rasa kendali” dengan kekuatan Tuhan. Jadi suasana batin ke Atas (kepada Sang Khaliq) akan membuat orang selalu siap untuk segera bangkit dari ketersungkuran yang paling dalam sekalipun. <br /> ASQ (adversity Spiritual Quotient) adalah cara baru untuk menyusun kiat-kiat kesuksesan yang tidak hanya terbatas material, tetapi juga kesuksesan dan kepuasan spiritual. ASQ ingin membawa makna fitrah ke pengertian yang seutuhnya. Secara fitriyah, manusia pada dasarnya punya ketergantungan dengan sang Pencipta, yang hal ini diwujudkan melalui bentuk ritual keagamaan. Haji termasuk bagian penting untuk mencari kesuksesan bathin dan spiritual.<br /> Dengan ASQ, manusia dapat meraih kekuatan fitriyahnya. Kekuatan ini sebagai sumber kesucian dan kebaikan dalam dirinya. Sementara Haji adalah sarana terpenting di dalam mengembalikan fitriahnya manusia. Terlebih dapat berjumpa dengan pusat peribadatan yang menjadi kiblatnya Islam seluruh umat muslim.<br /><br />Haji Mabrur<br /> Kemabruran haji, sesungguhnya dapat diukur dengan beberapa hal. Pertama, ongkos yang digunakan untuk membayar perjalanan haji harus halal. Sebab, jika tidak, akan sangat mengganggu konsentrasi ibadah, bahkan perhatian ibadahnya bukan ditujukan kepada Allah melainkan sebagai cara untuk mendapatkan derajad sosial di tengah kehidupan masyarakat. <br />Kedua, kesiapan mental yang bersih, tulus, serta ihklas karena ingin bertaqarrup kepada Allah. Kemabruran haji, bisa diukur dari sifat ini selepas dari tanah suci dengan peningkatan spiritualnya semakin bagus. Cara mengukurnya adalah seberapa rajin para hujjaj yang datang dari Tanah Suci itu melakukan shalat jama’ah, menyantuni anak yatim dan orang fakir miskin, dan seterusnya.<br />Ketiga, menjauhkan diri dari sifat-sifat jelek yang dapat mengotori fitrah. Jika sifat-sifat yang bertentangan masih menjadi kebiasaan, maka itu tandanya kegagalan meraih kemabruran haji. Tidak melakukan tindakan tercela, baik berupa kata-kata maupun tindakan/perbuatan. Tanda haji mabrur adalah orang yang semakin bertambah tawadhu’ dan istiqamah nilai kebaikannya, bukan malah menjadi rakus dan tama’ dalam hidup kesehariannya. Sikap benci, sombong, riya dan sejenisnya seyogyanya terhempas suhu spiritualitas haji selama di Makkah al-Mukarramah. <br />Keempat, mendapatkan ketenangan bathin yang semakin mantap dan teguh dalam memegangi ajaran agama. Begitu juga kecerdasan atau kepekaan spiritual dan sosialnya semakin meningkat. Sehingga selepas melaksanakan haji, bukannya semakin jauh dari agama, lari dari tanggungjawab sosial, tetapi justru semakin dekat dengan Tuhan dan peka terhadap urusan kemanusiaan.<br />Dari beberapa indikator di atas, sesungguhnya ibadah haji adalah ibadah penyempurnya dari serangkaian ibadah-ibadah lainya. Oleh karena itu, puncak kemabruran haji tidak bisa hanya diukur dengan menjalankan sahnya ritualitas di tanah suci saja. Akan tetapi, ditandai dengan keberangkatannya mulai bekal syahadah, shalat, zakat dan puasa. Keempat bekal tersebut tidak bisa dilompati hingga ada salah satu yang kosong. Pendek kata, harus sempurna dulu menjalankan rukun-rukun sebelumnya, barulah bisa mendapat tiket untuk berhaji. <br /> Setelah syarat dan rukun haji dijalankan selama prosesi haji di Tanah Suci, yang merupakan ritual pokoknya, maka yang tidak kalah pentingnya yaitu memaknai kembali ritualitas itu. Proses haji harus dihayati dan dimalkan setelah tiba di Tanah Air dengan melahirkan sikap kesalehan yang lebih sempurna pada jiwa dan raganya. Kalau itu dapat diwujudkan, maka dampaknya adalah semakin meningkatnya akhlak dan spiritual umat Islam. <br /> Semoga kegigihan meraih haji mabrur para jama’ah haji dari tahun ke tahun dapat terwujud dan hal itu menjadi modal penting untuk memperbaiki kondisi dan keadaan bangsa yang sedang dilanda krisis moral ini. Bangsa ini merindukan solidaritas agung yang tulus ikhlas dari semua para jama’ah yang menjadi tauladan dan contoh bagi masyarakat dan bangsanya. Ialah seorang yang dapat ditiru dan digugu dari segala sikap, perilaku, pikiran, ucapan dan tindakannya.<br />*) Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim MalangMujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3199925506919825277.post-30965385337573700152010-11-17T05:22:00.000+07:002010-11-17T05:23:52.649+07:00Memahami Etos Pembaruan Pendidikan MuhammadiyahMujtahid*<br /><br />SECARA geneologis, kelahiran Muhammadiyah diilhami oleh dua hal, yaitu pemahaman terhadap sumber ajaran Islam yakni al-qur’an dan hadits serta keprihatinan atas fenomena sosial keagamaan yang mendera kehidupan umat Islam. Dua hal itulah menjadi spirit KH. Ahmad Dahlan dan kawan-kawan mendirikan organisasi Muhammadiyah yang didalamnya melahirkan amal usaha di bidang pendidikan. Menurut kisah sejarah, pendidikan yang kini menjadi amal usaha terbesar Muhammadiyah itu, konon lebih tua ketimbang usia gerakan Muhammadiyah itu sendiri.<br /> Kemunculan pendidikan Muhammadiyah merupakan perjuangan yang gigih dan tak kenal kelah para pendirinya, yang tanpa pamrih mereka rela mengorbankan apa saja demi tercapainya misi pendidikan modern dan mampu menjawab tantangan zaman. Pendidikan Muhammadiyah memiliki ciri khas, yaitu mensintesakan antara pendidikan yang dikelola kolonial Belanda yang mengajarkan ilmu-ilmu alam dan sosial (profan) dengan pendidikan berciri khas Islam, seperti madrasah, pesantren atau sejenisnya yang mengajarkan masalah agama (sakral). Bagi Muhammadiyah, keduanya sangat penting untuk diraih agar umat Islam hidupnya berkualitas, baik di dunia maupun akhirat kelak.<br /> Dari sisi landasannya, sesungguhnya pendidikan Muhammadiyah sudah sangat tepat, karena mengintegrasikan antara al-Qur’an dan Hadits dengan pemikiran pembaruan, antara muatan keilmuan umum yang berguna untuk meraih keunggulan duniawi dengan muatan ilmu agama yang menjadi basis kekuatan spiritual dan moral. Paradigma tersebut adalah spirit etis yang menjadi inti perjuangan yang dikembangkan oleh Muhammadiyah untuk merancang, mendesain pendidikan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan masyarakat global.<br /> Memenuhi tuntutan global saat ini, pendidikan Muhammadiyah perlu kembali mereformulasi konsep baru yang relevan dengan kebutuhan stakeholders, memunculkan ide-ide yang inspiratif, hingga strategi dan cara-cara inovatif untuk mengembangkan pendidikan. Dengan begitu pendidikan yang mengemban misi peradaban ummat mampu melahirkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan keadaan zaman.<br /> Pendidikan Muhammadiyah sesungguhnya bukanlah pendidikan yang baru kemarin berdiri, melainkan telah mengarungi rentang masa yang cukup lama, yakni lebih dari satu abad lamanya. Bahkan, sebelum pendidikan nasional berkiprah, pendidikan Muhammadiyah telah lebih dulu ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. <br /> Namun, akhir-akhir ini pendidikan Muhammadiyah tengah menghadapi problematika yang tidak ringan. Dikatakan tidak ringan, karena selain gempuran sekolah atau madrasah negeri yang tidak memberikan ruang gerak pada pendidikan swasta, kebijakan pemerintah yang kurang menguntungkan pendidikan swasta, juga ditambah dengan semangat dan kreasi para pelaku pendidikan Muhammadiyah agak mulai menurun. Beberapa sekolah Muhammadiyah yang tersebar di berbagai daerah yang dulu tampak sangat maju dan ramai peminatnya, kini mengalami suasana yang cukup rawan dan mengkhawatirkan, bahkan tidak sedikit mengalami stagnasi.<br /><br />Etos Pembaruan<br />Peta persoalan tersebut di atas, perlu dipikirkan dan dicarikan jalan pemecahannya agar pendidikan Muhammadiyah terus berkibar dan survive di tengah persaingan yang kompetitif itu. Saatnya para pimpinan Muhammadiyah mulai dari tingkat pusat, wilayah, daerah hingga cabang dan ranting memusatkan perhatian pada bidang pendidikan, selain bidang-bidang lainnya untuk terus mengembangkan etos pembaruan yang selama ini dipahami dan diyakini oleh warga Muhammadiyah.<br /> Tatkala dulu KH. Ahmad Dahlan masih aktif berkecimpung dalam pendidikan, pesan yang beliau ajarkan adalah etos kemajuan. Melalui etos kemajuan itulah setapak demi setapak pendidikan Muhammadiyah menunjukkan keberhasilan yang membanggakan umat Islam. Nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan yang dibarengi dengan jiwa tulus ikhlas yang dulu tampak menjadi spirit etis pendiri Muhammadiyah, kini perlu dipupuk kembali dan dijadikan tema besar untuk membangkitkan pendidikan Muhammadiyah yang cemerlang.<br /> Memasuki abad kedua, Muhammadiyah perlu memetakan sebuah gerakan yang sesuai dengan konteks zaman saat ini. Menjelang muktamar ke 46 di Yogyakarta, ada tema yang cukup menarik yang sering dibahas pada forum-forum diskusi terbatas, baik di kantor-kantor PDM maupun di amal usaha Muhammadiyah, yaitu gerakan ilmu. Dan pendidikan merupakan salah satu gerakan yang relevan untuk mewujudkan gerakan ilmu tersebut, yang sekaligus menandai dan menjadi ciri utama gerakan Muhammadiyah.<br /> Membangun gerakan ilmu atau pendidikan adalah membangun peradaban, melahirkan nilai-nilai spiritualitas dan moralitas, serta menumbuhkan sikap dewasa dan kearifan manusia. Supaya gerakan itu berhasil, maka membutuhkan spirit perjuangan bagi semua pihak, baik para pimpinan Muhammadiyah maupun pelaku di masing-masing sekolah atau madrasah. Spirit perjuangan dan etos pembaruan itu sesungguhnya modal utama untuk membangun prestasi pendidikan Muhammadiyah. <br />Dibanding dengan organisasi lain, Muhammadiyah telah memiliki sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik. Artinya, itu merupakan modal yang sangat berharga untuk diajak membenahi pendidikan Muhammadiyah. Namun pertanyaannya, apakah mereka yang secara SDM sangat baik, mau dan mampu meluangkan waktunya, tenaganya serta segala yang dimilikinya untuk memajukan pendidikan Muhammadiyah. <br />Menjawab pertanyaan tersebut, perlu kita renungkan pepatah yang pernah diwariskan oleh sang pendiri Muhammadiyah, yaitu ”hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah”. Pepatah itu relevan bahwa tidak sedikit saat ini orang cenderung serba transaksional, suka jabatan dan cari kesempatan, yang ujung-ujungnya akan jadi penghambat pendidikan Muhammadiyah itu sendiri. Berbekal dengan nilai-nilai etos pembaruan diharapkan semua pelaku pendidikan Muhammadiyah mampu menghayati dan mengamalkan dalam setiap aktivitasnya untuk mengambil kebijakan dan keputusan.<br /><br />*) Mujtahid, Mahasiswa Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam (MPI) PPs UIN Maulana Malik Ibrahim MalangMujtahidhttp://www.blogger.com/profile/06831835229595170415noreply@blogger.com0