A. Sketsa
Awal: Prestasi dan Aksi
Memasuki
usia satu dasawarsa (sepuluh tahun), sejak berubah status dari Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) pada 21 Juni 2004
lalu, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengalami lompatan historis yang sangat
ekspektatif di tengah arus persaingan perguruan tinggi di tanah air. Capaian
dan prestasi gemilang tersebut telah menggugah pikiran, membuka pandangan,
serta mengundang perhatian banyak kalangan, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri.
Sebagai perguruan tinggi Islam yang bermula sangat kecil
dan belum masuk perbincangan skala nasional, kini UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang memiliki kekuatan dan keunikan yang luar biasa. Sentuhan kepemimpinan
Imam Suprayogo selama empat periode berturut-turut atau enam belas tahun, mampu
memainkan peranan universitas ini menjadi referensi atau ”rujukan utama” bagi
semua pihak, tidak saja bagi perguruan tinggi Islam melainkan juga perguruan
tinggi umum dari segala penjuru dunia.
Kesuksesan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang itu bukanlah
sesuatu yang terjadi secara kebetulan dan takdir belaka, akan tetapi karena dibangun
atas tekad, spirit dan motivasi yang kuat untuk menjabarkan ”Islam yang
sesungguhnya”. Yaitu menjabarkan ajaran Islam yang mendorong umatnya, agar
menjadi umat yang unggul, terdepan dan berkontribusi bagi pembangunan peradaban
masyarakat, negara dan dunia yang bernilai tinggi.
Alhasil, kini UIN Maliki Malang ditunjuk oleh Menteri
Agama RI bersama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk diproyeksikan menuju World
Class University (WCU). Amanah sekaligus kepercayaan itu adalah tantangan
baru yang harus dilewati dan dijawab dengan kerja sungguh-sungguh secara sistemik
dan penuh dedikatif oleh seluruh sivitas akademika. Seperti pada masa transisi
perubahan (transformasi) dari STAIN ke UIN, semua warga kampus harus ambil
bagian sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing.
Semangat
juang, pengorbanan serta dedikasi selama ini yang telah ”mendarah daging”,
menyatu jiwa raga, bagi semua warga
kampus sepertinya akan ”diuji kembali” demi tercapainya tujuan dan cita-cita
menjadikan universitas Islam negeri ini bereputasi dunia. Untuk menggapai keinginan
itu sebenarnya tidaklah ringan, akan tetapi sivitas akademika telah memiliki modal
historis, modal intelektual serta modal sosial yang luar biasa untuk memenuhi harapan
itu.
Melalui
beberapa modal di atas, spirit untuk menjadikan UIN Maliki Malang sebagai
”kampus nomor 1” di dunia sepertinya mendapat titik terang. Kini sumber daya
manusia (SDM) yang dimiliki universitas jauh mengalami peningkatan secara signifikan,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sebagai modal intelektual, universitas
saat ini memiliki dosen yang bergelar doktor lebih dari 35 persen. Semakin
bertambahnya SDM yang berkelas itu, tentu dampaknya ialah detak jantung dan urat
nadi kampus akan bergerak secara normal. Kompas perjalanan dan kemajuan
universitas ini ke depan sangat ditentukan oleh SDM yang hebat dan unggul
dengan ditopang kearifan spiritual dan moral (akhlak).
Sementara
itu, modal sosialnya adalah universitas ini telah menjalin kerjasama dengan
berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri, baik berasal dari negara
tetangga (ASEAN), negara Timur Tengah maupun negara Barat. Selain itu,
universitas juga menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait, misalnya; Islamic
Development Bank (IDB), JICA, serta beberapa lembaga lainnya. Belum lagi
kepercayaan dari organisasi Islam dunia, organisasi Islam tanah air, serta para
ulama’ dania, para tokoh, para ahli dan para ilmuwan.
Adapun yang tidak kalah penting untuk menjadikan jalan
mulus universitas ini menuju WCU adalah modal historis. Sejak sepuluh tahun
terakhir, kampus ini dikenal oleh ”orang luar” sebagai kampus yang ”serba bisa”
untuk mengubah dari yang tidak mungkin menjadi mungkin, dari yang tidak percaya
menjadi percaya dan begitu seterusnya. Melalui modal historis itulah
kebangkitan ”jilid dua” UIN Maliki Malang perlu disentuh dan dihidupkan
kembali. Kesuksesan historis universitas ini bukanlah kebetulan dan keajaiban
belaka, melainkan ada kobaran semangat, lembaran jiwa ikhlas (altruistik),
serta ketulusan hati dari para aktor, pelaku dan penggerak kemajuan kampus ini.
GAMBAR 1:
TIGA MODAL UTAMA MENUJU
WORLD CLASS UNIVERSITY
Melalui
tiga modal tersebut di atas, prestasi dan aksi menuju universitas bertaraf
internasional terbuka lebar. Kebangkitan UIN Maliki Malang ”jilid dua” ditentukan
peran-peran strategis dan taktis oleh semua pihak, baik dari pimpinan tertinggi
hingga pada lapisan paling bawah. Sesuai dengan slogan dan jargon pada saat launching
WCU yang digelar bersamaan dengan peringatan Hari Jadi Kementerian Agama RI ke-68
(3/1/2014), bahwa kampus ini memerlukan gerakan massif ”one heart”, ”one
spirit”, ”one vision”, dan ”one teamwork”. Energi dan
kekuatan sumber daya yang dimiliki universitas harus diorganisir, dikelola dan
diberdayakan secara optimal.
Cita-cita
menuju universitas bereputasi dunia merupakan tonggak penting sekaligus
menandai sejarah baru bagi kampus UIN Maliki Malang. Saatnya semua warga kampus
membuka lembaran baru agar konsentrasi dan fokus dalam menjalankan aksi dan
kreasi yang tepat sasaran dan tujuan. Kampus yang memiliki trademark
perpaduan antara perguruan tinggi dan ma’had aly, pusat sekaligus pelopor pembelajaran
bahasa asing (bilingual) bahasa Arab dan bahasa Inggris, serta pengakaderan
tahfidz al-Qur’an ini merupakan keunikan sekaligus distingsi (daya beda)
dari perguruan tinggi lain yang ada di dunia. Sebagai pijakan awal, barangkali keunggulan,
prestasi dan daya beda (distingsi) itulah sebagai pintu masuk menuju WCU.
B. Ukuran
Tradisi Akademik Bertaraf Internasional
Sejak berdiri
tahun 1960-an yang silam, tradisi akademik di kampus ini telah cukup dikenal oleh
kalangan luas, baik secara regional maupun nasional. Sekalipun berstatus cabang dari IAIN Sunan
Ampel Surabaya, perguruan tinggi ini memiliki reputasi yang sangat luar biasa.
Tidak sedikit para dosen IAIN/STAIN Malang telah melahirkan karya tulis, baik
berupa buku, modul, maupun diktat yang terbit dan digunakan sebagai bahan
referensi dan rujukan di pelbagai perguruan tinggi lain.
Tradisi akademik
melalui budaya menulis atau membuat karya tulis ilmiah itu sulit terbantahkan
di UIN Maliki Malang (d/h. IAIN/STAIN). Dari sekian jumlah dosen yang ada,
hampir semua dosen memiliki karya berupa buku masterpis (monumental)
sesuai bidang keahliannya masing-masing. Padahal, para dosen tersebut hidup di
era kegelapan, yang jauh berbeda dengan sekarang. Dulu, mereka berkarya saat
belum ada listrik, alat komputer, internet, Ipad dan segala bentuk kecanggihan
teknologi lainnya. Walaupun begitu, tanpa menyurutkan semangat dan mengurangi kreasi
mereka, tradisi dan spirit akademik tetap tumbuh dan berkembang secara luar
biasa.
Hal lain yang menandai tradisi akademik yaitu
proses pembelajaran yang dilakukan para dosen dan mahasiswa. Para dosen
IAIN/STAIN, sekalipun mereka mengajar dengan cara dan metode seadanya,----
belum ada dukungan media elektronik modern seperti akhir-akhir ini,--- tetapi proses
pembelajaran itu berjalan dengan sangat mengesankan, dan dapat melahirkan lulusan
yang hebat dan handal. Hasil
pembelajaran seolah-olah bukan ditentukan oleh seberapa canggih dan modernnya
alat dan media ajar, melainkan oleh ruh dan jiwa mengajar yang menyatu dan
melebur pada diri dosen. Model seperti itulah sesungguhnya kekuatan, kearifan
serta sebagai bentuk menandai kedalaman dan keluasan ilmu para dosen tempo dulu.
Proses
pembelajaran yang dilaksanakan para dosen begitu disegani dan dihormati oleh
para mahasiswa. Proses penilaian kegiatan akademik juga berlangsung sangat
jujur dan terbuka, tidak ada budaya tawar menawar apalagi jual beli nilai
antara dosen dan mahasiswa. Tradisi pembelajaran yang berupa penilaian hasil
akhir akan kembali kepada capability (kemampuan) diri masing-masing
mahasiswa. Kalau dirinya tidak mampu dan tidak lulus, maka ia akan berusaha
belajar lebih giat lagi untuk mengulang ujian hingga sampai mendapatkan
predikat lulus. Kewibawaan akademik sangat terjaga dan menjadi sangat sakral bagi
semua orang yang belajar di perguruan tinggi.
Gambaran dua hal di atas, antara budaya menulis dan
budaya proses pembelajaran adalah ciri khas tradisi akademik tingkat tinggi. Empat paragraf sebelumnya, merupakan sebuah ”narasi
historis” betapa gigih dan kuatnya para dosen dalam menjaga dan menghormati
tradisi akademik. Mulai tahun 1960-an hingga 1990-an, menurut hemat penulis, adalah
era pertumbuhan menuju terwujudnya cita-cita menjadi Universitas Islam Negeri
(UIN). Sebelum berubah menjadi universitas, atau berlangsung lebih kurang 30-an
tahun, bibit-bibit peninggalan atau warisan tradisi akademik yang luar biasa tersebut
telah ditanamkan oleh para dosen pendahulu kita.
GAMBAR 2:
GENERASI PERINTIS (MASA
PERTUMBUHAN) UIN MALIKI MALANG
Seperti yang
telah dicontohkan para pendahulu (generasi perintis) di atas, kiranya patut
menjadi pelajaran dan bekal berharga bagi semua warga kampus untuk menggerakkan
jiwa, pikiran dan hati guna mencapai cita-cita WCU. Tradisi akademik adalah
iklim keilmuan yang harus dijunjung tinggi universitas. Keterpaduan visi-misi, dan
tujuan akademik yang dikembangkan oleh universitas itu kiranya perlu disadari dan
dijalankan secara bersama-sama, baik para dosen PNS, dosen BLU, maupun dosen
luar biasa.
Peran dan fungsi dosen sangat dibutuhkan dalam mengawal
tradisi akademik ini. Untuk menuju WCU tenaga pengajar (dosen) yang harus
dimiliki universitas yaitu tidak kurang dari 40 persen bergelar doktor, dari
jumlah dosen yang ada. Bagi UIN Maliki Malang, syarat ini tidaklah terlalu
sulit, karena hingga tahun 2014 ini para dosen yang bergelar doktor hampir
mendekati angka 40 persen. Belum lagi ditambah puluhan dosen yang tengah
menyelesaikan studi program doktor (S3) di berbagai perguruan tinggi, baik
dalam negeri maupun luar negeri.
Ciri tradisi akademik bertaraf internasional adalah adanya
publikasi internasional. Hingga saat ini, karya ilmiah dosen UIN Maliki Malang
masih tergolong minim, untuk tidak mengatakan hampir tidak ada. Perhatian dari
pimpinan bidang akademik perlu menstresingkan kembali (memfokuskan) lebih tajam
lagi untuk mendorong para dosen agar menulis, meneliti, dan mempublikasikan
melalui jurnal-jurnal dan proseding-proseding internasional. Kehebatan dan
kewibawaan dosen UIN Maliki Malang bukan saja ukurannya rajin mengajar di
kampus, namun akan dinilai seberapa besar sumbangsih pemikiran melalui
publikasi di media jurnal atau media lainnya yang bertaraf internasional.
Begitu juga
halnya dengan jurnal terakreditasi nasional dan internasional yang harus
dimiliki UIN Maliki Malang. Hingga awal tahun 2014, baru ada dua buah jurnal
yang terakreditasi nasional (jurnal el-Harakah dan Jurnal Lingua), sementara
jurnal terakreditasi internasional belum ada. Padahal, jurnal yang terbit di
kampus ini, baik dikelola ditingkat universitas, fakultas, dan jurusan jumlahnya
lebih dari 20 Jurnal. Media yang sangat strategis dan memiliki nilai sangat
tinggi ini perlu mendapat sentuhan dan perhatian para pimpinan yang ada sebagai
sarana publikasi karya ilmiah dosen.
Untuk mendukung para dosen UIN Maliki Malang agar memiliki
publikasi internasional, maka gerakan membaca, menulis, diskusi dan riset harus
dihidupkan ulang, baik di dalam kampus dan luar kampus. Budaya yang serba formalitas,
gugur kewajiban, serta memenuhi syarat aturan yang tidak sejalan dengan tradisi
akademik itu, harus diubah dan dikembangkan sesuai dengan tujuan dan haluan WCU
yang dicanangkan universitas. Banyak hasil riset para dosen UIN Maliki Malang yang
belum terpublikasikan. Padahal, hasil temuan riset merupakan ”genuinisasi
keilmuan” yang dihasilkan peneliti berdasarkan prosedur ilmiah yang sangat
dipertanggungjawabkan, yang semestinya patut disebarluaskan melalui media-media
nasional maupun internasional.
Selain itu, upaya yang perlu pikirkan adalah pendanaan riset
perlu ditingkatkan secara signifikan. Berdasarkan pengalaman beberapa kampus yang
berpredikat WCU, bahwa anggaran riset yang disediakan minimal US$ 1300/ dosen
per tahun. Melalui pendanaan yang cukup dan kompetitif, maka diharapkan para
dosen UIN Maliki Malang mampu melahirkan tradisi riset yang benar-benar unggul
dan pada akhirnya dapat ditransformasikan melalui publikasi media jurnal
terakreditasi baik tingkat nasional maupun internasional.
Riset yang
bermutu akan dijadikan sebagai pijakan pihak lain atau pengguna sebagai
terobosan baru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (sciences) dan teknologi
terapan (melahirkan produk baru). Melalui hasil riset yang berkualitas dan
bernilai tinggi itu kemudian dipatenkan pada lembaga hak paten dan akan menjadi
nilai tambah dan keunggulan luar biasa yang dimiliki universitas. Ukuran
universitas yang berkelas dunia, selain akan dilihat berapa banyak penelitian
yang dihasilkan juga yang lebih penting lagi adalah akan dinilai seberapa tinggi
dampak riset yang dihasilkannya bagi pengembangan peradaban dan kemajuan
masyarakat.
Sebagai ciri universitas berkelas dunia yaitu adanya
manajemen pengembangan ICT (Information Communication Technology) yang
handal untuk mendukung kegiatan-kegiatan akademik. Proses kegiatan pembelajaran
dosen dan mahasiswa saat ini tidak luput dari pendayagunaan ICT yang telah disediakan
universitas. ICT menjadi sarana akademik (academic atmosphere) yang
sangat urgen guna menumbuhkan budaya belajar, budaya membaca, alat komunikasi serta
menjadi alat yang memudahkan pencarian informasi, sumber belajar yang di akses
oleh dosen, mahasiswa, maupun seluruh staff akademik. Melalui ketersediaan ICT
yang modern dan handal, tentu akan menambah lingkungan akademik semakin nyaman,
betah, dan enjoy yang dinikmati oleh seluruh warga kampus.
Untuk mengembangkan manajemen ICT yang benar-benar unggul
dan berkualitas tinggi, sistem yang dibangun selain sebagai alat untuk pemograman
kartu rencana studi (KRS), pelayanan pendaftaran mahasiswa baru (MABA), pendaftaran
wisuda, media lelang barang/jasa (barjas), dan sebagai sarana informasi seputar
kampus, semestinya ICT harus memuat seluruh hasil temuan penelitian (riset)
dan karya ilmiah lainnya, baik berupa artikel, jurnal, buku dosen dan mahasiswa
yang dalam bentuk publikasi. ICT yang terintegrasi ke semua fakultas, lembaga dan
unit yang sangat mudah diakses oleh para pengguna. Sebagai ukuran perguruan
tinggi yang bertaraf WCU, kemudahan akses ICT yang perlu disediakan universitas
sekurang-kurangnya harus 10/KB per mahasiswa dan dosen.
Masih dalam mengukur tradisi akademik bertaraf internasional,
bahwa total populasi mahasiswa yang aktif kuliah, 40 persennya adalah mahasiswa
pascasarjana, program magister (S2) dan program doktor (S3). Selain itu, WCU
juga mensyaratkan sekalipun tidak wajib, bahwa sebutan universitas berkelas dunia
itu manakala jumlah mahasiswanya tidak kurang 20 persennya mahasiswa asing. Untuk
syarat ini sepertinya UIN Maliki Malang tidak terlalu sulit, sebab mahasiswa
pascasarjana terus mengalami peningkatan secara signifikan, hanya perlu
penambahan prodi-prodi baru untuk program studi yang belum ada. Sementara itu, mahasiswa
asing yang belajar di kampus ulul albab ini juga bertambah terus dan sekarang
telah melewati angka lebih dari 25 negara dari berbagai belahan dunia.
Hal lain yang menandai ukuran kampus berkelas WCU adalah suburnya
penulisan buku. Tradisi akademik yang unggul akan selalu dilihat dari sisi
kuantitas dan kualitas buku yang dihasilkan para dosen. Buku yang ditulis para
dosen UIN Maliki Malang, bukan saja untuk bahan perkuliahan mahasiswanya sendiri,
tetapi dapat digunakan secara umum oleh semua dosen dan mahasiswa di manapun
mereka berada.
Buku yang
ditulis dosen UIN Maliki Malang tersebut diperbincangkan, dikutip dan dijadikan
acuan referensi orang lain. Untuk ukuran ini, UIN Maliki Malang agak bernafas
lega, karena beberapa tahun terakhir secara kuantitas buku-buku karya dosen yang
diterbitkan UIN-Maliki Press tidak kurang dari 60 judul buku per tahun. Untuk
skala nasional, UIN Maliki Malang termasuk salah satu universitas yang paling
subur dalam penulisan buku. Selain karya buku dosen yang terbit dalam kampus,
juga tidak sedikit karya buku dosen diterbitkan oleh berbagai penerbit luar. Kreativitas
dan produktivitas karya ilmiah berbentuk buku merupakan penanda kewibawaan
akademik kampus amat sangat terjaga.
GAMBAR 3:
UKURAN TRADISI
AKADEMIK BERTARAF WCU
Berdasarkan
ukuran tradisi akademik yang bertaraf WCU di atas, maka semua pelaku yang ada
dalam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang harus kerja keras, disiplin dan sesuai roadmap
yang dikembangkan oleh universitas. Tidak pernah ada sejarah yang menunjukkan
bahwa lembaga pendidikan sukses dan berhasil itu langsung dimulai dari skala
yang tinggi, melainkan dimulai dari yang kecil, sederhana, dan urgen. Dan
tradisi sukses yang pernah diukir UIN Maliki Malang selama ini nampaknya telah teruji
oleh zaman.
C. Membangun
Mutu Kinerja (Integritas, Etika dan Kebersamaan)
Pola kinerja
yang harus dibangun ke depan dalam rangka menuju World Class University (WCU)
adalah perlunya integritas, etika dan kebersamaan yang dimiliki oleh semua
aktor dan pelaku di UIN Maliki Malang. Dalam waktu yang relatif singkat,
universitas ini berhasil membangun sistem, budaya dan organisasi perguruan
tinggi yang kokoh. Nampaknya UIN Maliki Malang berhasil menerobos fenomena ini
dan menghasilkan fakta baru bahwa kampus ini tidak hanya berkompetisi tingkat
nasional tetapi merasuk tingkat dunia. Hal ini karena hadirnya integritas yang
tinggi dari semua warga sivitas akademika.
UIN Maliki
Malang akan menjadi pertama kalinya masuk peringkat WCU ditengah percaturan
kompetisi perguruan tinggi Islam di Indonesia. Upaya ini sekaligus mematahkan dominasi
dan kekuatan kampus lain di era persaingan yang super ketat ini untuk menggapai
kemajuan dan keunggulan sebagai universitas terbaik di dunia. Nilai keyakinan
dan kepercayaan harus diusung dan dijadikan spirit dalam menggalang prestasi
dan aksi menuju WCU tersebut.
Kunci sukses meraih impian WCU tersebut adalah
terbentuknya integritas mental semua warga kampus, baik kepribadian yang tampak
pada pola pikirnya, perilakunya maupun tindakannya. Integritas adalah
kesungguh-sungguhan (sincerety) atau dalam bahasa Jepang disebut ”makoto”.
Menarik untuk kita kaitkan dengan
filosofi Jepang, bahwa sikap ”makoto” merupakan sikap yang menjunjung tinggi
kemurnian dalam batin dan motivasi. Nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam
”makoto” itulah yang menjadi kunci sukses Jepang menjadi ”negara nomor 1” di
Asia.
Sebagaimana suksesnya Jepang, integritas dari
semua warga UIN Maliki Malang sangat diperlukan karena ingin mencetak ”kesuksesan
baru” yang membutuhkan pikiran besar, jiwa yang luas, hati yang tulus, dan
kesungguh-sungguhan yang luarbiasa. Sikap integritas secara otomatis menolak
adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi dirinya sendiri, kelompok dan
berjangka sesaat. Sikap integritas juga tidak menyukai cara berpikir dan
berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis. Melainkan sikap integritas ialah
sesuatu tindakan yang diperbuat oleh seseorang dengan penuh kejujuran dan
kesungguh-sungguhan untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
Bagi orang
yang memiliki integritas, dirinya akan tahan uji dan tahan cobaan. Integritas
bukanlah ciri orang yang suka mengeluh, menuntut dan bahkan melemahkan
cita-cita yang sedang dibangun dan direncanakan oleh lembaga. Untuk memajukan UIN
Maliki Malang ke depan, kita membutuhkan sosok yang berani, jujur, tanggungjawab
dan pantang menyerah. Universitas ini harus dihuni sosok/figur pegawai yang berjiwa
besar, pemikir sekaligus pekerja.
Jika kita maknai dari perspektif sosio-teologis, sikap
kesungguh-sungguhan (integritas) merupakan buah dari ”keimanan” seseorang dalam
menjalankan ajaran agama. Islam mengenalkan doktrin tentang ”mujahadah”,
yang artinya adalah kesungguh-sungguhan. Sikap seperti ini ialah kesempunaan
hidup. Oleh karena itu, profesi apapun adalah penting. Jadi, tidak hanya
rektor, para wakil rektor, dekan dan wakil dekan itu penting, tetapi juga
pekerjaan tukang sapu, satpam dan seterusnya adalah penting. Semua pelaku (pegawai)
menjadi penting, demikian halnya semua pekerjaan sama pentingnya, sehingga yang
menjadi ukuran bagi seseorang bukanlah pekerjaan apa yang dilakukan, tetapi
bagaimana ia melakukan pekerjaan itu. Apakah ia dengan kesungguh-sungguhan atau
tidak melakukan pekerjaannya tersebut.
Dalam sebuah mahfudhat (ungkapan) disebutkan bahwa
”man jadda wajada” (barangsiapa bersungguh-sungguh, maka ia akan sukses)
adalah tepat untuk menggambarkan sikap integritas yang kita maksud. UIN Maliki
Malang tidak membutuhkan sikap yang setengah-setengah, apalagi sikap
antagonistik, melainkan yang diperlukan adalah totalitas dan loyalitas. Untuk
mendorong kemajuan kampus harus dibangun di atas pondasi niat, kemauan kerja
keras dan kesungguh-sungguhan yang mendalam. Dari beberapa uraian paragraf di
atas, dapat kita rangkum dengan satu kata yang indah, ialah integritas.
Sementara itu, perjalanan UIN Maliki Malang ke depan
selain bermodalkan integritas, juga berbekalkan etika (akhlak) yang tinggi. Secara
semantik, antara integritas dan etika memang sulit dipisahkan. Integritas
berbuah etos (semangat/motivasi), sementara etika berbuah etik (tampilan/ perilaku).
Sebagai universitas berkelas dunia, kita akan diikat oleh nilai-nilai etika
universal yang berlaku dalam pergaulan lokal, regional maupun global.
Dalam arus globalisasi sekarang ini etika tingkat tinggi
(high moral dan high dignity) harus menjadi acuan semua orang
dalam menjalankan pekerjaannya, terutama etika akademik (moral academic).
Seorang pendidik (dosen) misalnya, harus bertindak secara objektif, ilmiah,
serta sesuai norma-norma etik dalam kegiatan keilmuan. Tidak sedikit para dosen
dibeberapa kampus lain terjerumus plagiasi (penjiplakan) karya orang lain, yang
merupakan pelanggaran berat etika akademik. Sikap kejujuran dan keobjektifan
harus dijaga dan dijunjung tinggi oleh semua dosen.
Sikap ilmiah harus dibarengi dengan etika yang baik.
Sebab tidak sedikit para ilmuan, termasuk pendidik/dosen, melakukan riset-riset
pengembangan kebijakan yang terkadang hasilnya bertentangan dengan kebenaran objektif,
hanya karena ada titipan pesan sponsor tertentu. Kebenaran ilmiah harus
ditopang dengan etika yang kuat. Dalam level internasional, etika harus
menjunjung kejujuran dan kebenaran secara universal, bukan mementingkan
kepentingan lembaga tertentu, apalagi perseorangan. Etika akademik adalah ”martabat
universitas” dalam upaya menyambung dan menyumbangkan nilai kontribusi positif
bagi pembangunan masyarakat, bangsa dan dunia.
Dalam proses pembelajaran misalnya, apakah seorang dosen
mampu menjunjung tinggi kejujuran dibidang keilmuan yang ditekuninya. Seorang
dosen tidak boleh melakukan illegal teaching atau illegal learning, melalui
cara duplikasi dan replikasi ilmu yang diperoleh dengan cara tidak jujur dan
tidak objektif. Etika menjadikan patokan bersama, supaya kita berhati-hati
dalam menjalankan tugas dan pekerjaan. Universitas-universitas besar di dunia,
selalu menumpahkan perhatiannya agar semua pegawai memiliki etika yang baik,
dan dijadikan sebagai pijakan sebelum berbuat dan bertindak.
Begitu pentingnya etika (akhlak), UIN Maliki Malang menjadikan
pilar tersebut sebagai salah satu pilar utama yang dikembangkan dan menjadi
tujuan bersama, selain pilar kedalaman spiritual, keluasan ilmu dan kematangan
profesional. Etika yang dibangun oleh UIN
Maliki Malang adalah kepribadian yang utuh, kepribadian yang digali dari
nilai-nilai keyakinan dan kitab suci (al-Qur’an dan Hadis). Melalui etika yang
tinggi, diharapkan semua penghuni universitas (dosen, karyawan dan mahasiswa)
dapat menampilkan dirinya sebagai sosok yang berperilaku dan bertindak alim,
arif dan bijaksana.
Adapun
yang tidak kalah penting dalam mengembangkan UIN Maliki Malang menuju WCU
adalah membangun sikap kebersamaan. Kata ”kebersamaan” berasal dari kata sama,
yaitu menunjuk sebuah arti keterpaduan, kesepahaman dan kesaudaraan dari setiap
diri yang berbeda-beda untuk mencapai sebuah tujuan dan cita-cita bersama. Kebersamaan
adalah kunci kesuksesan dalam memajukan UIN Maliki Malang selama ini, tidak
terkecuali juga untuk meraih reputasi skala internasional.
Sikap kebersamaan merupakan energi yang dibutuhkan dalam
mengembangkan sistem organisasi dan tatakelola UIN Maliki Malang yang akan kita
bangun secara profesional. Sikap kebersamaan membuat lingkungan kerja menjadi
nyaman dan saling percaya. Posisi satu dengan posisi lainnya saling melengkapi
dan menopang kinerja masing-masing. Kebersamaan membuat seseorang bekerja tanpa
rasa curiga, prasangka dan beban.
Sistem kinerja yang perlu kita bangun dalam mengembangkan
UIN Maliki Malang menuju WCU ialah menempatkan dan menghargai orang sesuai
dengan tingkat kemampuan dan dedikasinya, bukan berdasarkan kesukaan dan sektarianisme.
Melalui sikap kebersamaan itu, kita dapat melepaskan diri dari ego sektoral dan
komunal masing-masing. Kebersamaan senantiasa berpikir untuk membahagiakan
orang lain, bukan untuk mengintimidasi dan mendiskriminasi orang lain.
Ciri kebersamaan ialah kita merasa bahagia manakala kita
membuat orang lain sukses atau bahagia. Membahagiakan orang lain merupakan ruh
terpenting dalam semua agama. Bahkan, dalam Islam karakter ini sebagai salah
satu ciri utama keimanan. Seperti dalam hadis dijelaskan; ”Tidak beriman
seorang di antara kalian hingga ia mencintai bagi saudaranya apa yang ia cintai
bagi dirinya sendiri” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Baihaqi).
Sebagai ciri universitas berkelas dunia, kebersamaan akan
sangat menentukan, bahkan sebagai kekuatan (power). Kita harus terbuka
dan menerima pendapat lintas batas dari mana saja sumbernya asalkan mengandung
kebenaran dan manfaat, tanpa harus melihat tentang siapa asal muasal sumbernya,
sekalipun itu penting. Sebagai kode etik universal, ada sebuah pepatah yang
menyatakan sebagai berikut: (a) kita harus memperlakukan orang lain sesuai
dengan bagaimana orang lain untuk memperlakukan diri kita; (b) perlakukan orang
lain seperti kita ingin diperlakukan; (c) kita seharusnya tidak memperlakukan
orang lain dengan cara yang tidak ingin kita diperlakukan seperti itu; dan (d)
jangan memperlakukan orang lain, dengan cara kita tidak ingin diperlakukan.
Kebersamaan memerlukan hati mulia dan jiwa besar. Orang yang berjiwa besar dan mulia disebut sebagai the
great people. Yaitu manusia pilihan yang bersedia berjuang dan berkorban
untuk kepentingan bersama, berjuang demi kebahagiaan dan kesuksesan bersama,
mengutamakan kepentingan orang banyak ketimbang kepentingan diri sendiri,
memberikan energi positif dan manfaat di manapun ditempatkan, serta sebagai
perjalanan diri yang teguh dan konsisten. UIN Maliki Malang harus menjadi tenda
besar untuk melahirkan manusia besar (great people), serta menjadi
miniatur peradaban Islam terkemuka di dunia.
Sesuai dengan slogan
UIN Maliki Malang, kebersamaan terbangun atas kesatuan hati, spirit, visi dan
tim kerja. Jargon tersebut maknanya sangat mulia dan sangat dalam. Kebersamaan
yang dibangun atas kerendahan hati (egaliter), tidak ambisius, memiliki
integritas akan membuahkan energi positif bagi semua warga dan seluruh sivitas
akademika. Sikap kebersamaan adalah sikap utama yang harus diteladankan UIN
Maliki Malang kepada semua pihak, khususnya bagi perguruan tinggi Islam di
tanah air. Tidak sedikit kampus Islam sulit berkembang dan maju, karena dilanda
konflik di dalam kampus itu sendiri.
GAMBAR 4:
MUTU KINERJA UIN
MALIKI MALANG MENUJU WCU
Melalui
ilustrasi gambar di atas, maka pola kinerja para pegawai UIN Maliki Malang harus
berlandaskan pada nilai-nilai pokok utama, yaitu integritas, etika dan
kebersamaan. Tiga kekuatan tersebut diharapkan mampu mengawal dan melapangkan proses
universitas yang baru saja meraih akreditasi institusi ”A” dari Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) ini menuju world class university.
Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai ketiga hal pokok dimaksud diangankan mampu
menginspirasi dan menggugah seluruh warga kampus agar terus menjalankan tanggungjawab
dan dedikasi (perjuangan dan pengorbanan) yang tinggi dengan penuh kelapangan hati
dan kesadaran jiwa.
D.
Kontribusi dan Layanan (contribution and service)
Peran global perguruan tinggi Islam,
salah satunya UIN Maliki Malang, dalam merespon tuntutan modernisasi masyarakat
sangat dinanti dan dibutuhkan oleh semua orang. Gagasan WCU sebenarnya lebih
pada memberikan perhatian ”nilai kontribusi” sesuatu yang nyata untuk kebaikan demi
kelangsungan kehidupan manusia di dunia yang lebih baik.
Pemikiran
pokok mengenai reputasi universitas berkelas WCU, sebetulnya bukanlah sekadar
sebagai “gagah-gagahan”, atau “mewah-mewahan” melainkan berbicara sumbangsih
peradaban nyata bagi kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, kampus yang
menyandang WCU adalah kampus yang mapan, baik secara kelembagaan maupun secara pendanaan
untuk pengelolaan universitasnya.
Kontribusi
nyata (riil) adalah ukuran universitas berkelas dunia. Sebagai ilustrasi misalnya,
universitas Harvard University, Oxford
University, dan Cambridge University,
sesungguhnya kampus tersebut berdiri tidak dirancang untuk menjadi WCU, tetapi dengan sendirinya sebagai
universitas besar (WCU), karena nilai kontribusinya luar biasa. UIN Maliki
Malang akan menyusul daftar urutan berikutnya dengan catatan harus memberikan
kontribusi nyata bagi pembangunan pusat peradaban negeri dan dunia.
Untuk menjadi
universitas yang memiliki kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu, teknologi
dan seni harus dimulai dari membangun mindset para dosen dan seluruh aktor lainnya. Nilai kontribusi dapat dilihat dari
jumlah dan bobot riset (penelitian) yang dihasilkan, kualitas buku yang
diterbitkan, jurnal-jurnal yang bermutu, bentuk-bentuk binaan sosial
(pengabdian masyarakat) yang diberikan univeritas kepada masyarakat.
Inovasi
dan kreasi yang dilakukan oleh para dosen, baik berupa pikiran, temuan
penelitian serta terapan bidang ilmu tertentu kepada masyarakat merupakan
kontribusi nyata. UIN Maliki Malang mengabdi untuk kemajuan bangsa dan dunia,
melalui sumbangsih gagasan, ide-ide fantastis serta aksi nyata yang dirasakan
bagi masyarakat luas.
Selain
tuntutan peran dan kontribusi universitas bagi kemajuan peradaban manusia, hal
lain yang tidak kalah penting untuk dipersiapkan menuju world class university ialah pelayanan (service). Pelayanan prima (excellent service) adalah ukuran yang
menggambarkan keseluruhan jiwa (ruh) bahwa universitas itu pertanda baik. Sistem
pelayanan di lembaga resmi, seperti universitas misalnya, memang berbeda dengan
sebuah perusahaan, sebab universitas lebih kompleks dan luas cakupannya. Walapun
begitu, bukanlah sesuatu yang tepat untuk kita jadikan sebagai alibi (alasan) untuk berkelit dan menghindar dari upaya
memberikan nilai excellent service
kepada semua
pelanggan, yaitu mahasiswa, mitra kerjasama, tamu pengunjung (visitor), stakeholders, hingga orang tua atau wali
mahasiswa.
Dalam
era modern seperti sekarang ini, service memainkan peran yang sangat
penting. Melalui service yang tepat kepada mereka, tentu
akan membuat mereka menjadi “pelanggan” yang loyal dan yakin. Bahkan tak jarang
berkat service (layanan) yang baik dan berkualitas,
mereka menjadi “pembela institusi” kita, semisal membantu proses promosi dan memberikan
citra positif kepada siapa saja.
Untuk
menggapai impian menuju WCU, UIN Maliki Malang harus belajar dan mengambil
impirasi dari sistem “perusahan besar” dunia yang mapan dan berkelas, misalnya
perusahan maskapai penerbangan, perusahan otomotif, perusahan telekomunikasi,
dan sebagainya. Dari sistem pelayanan yang diberikan oleh macam-macam perusahan
tersebut banyak hal yang dapat kita tiru sebagai inspirasi baru untuk kita dikembangkan
dalam pelayanan di universitas.
Sebagai
upaya melihat kembali posisi UIN Maliki Malang menuju tangga universitas
berkelas WCU, service merupakan solusi sekaligus kebutuhan mendasar yang sulit diabaikan. Apakah standar
akademik (academic standard) yang kita rancang dan terapkan itu sudah
sesuai dengan kebutuhan dan selaras dengan zaman? Layanan bukan hanya sekadar
memberikan dengan cara terbaik, namun lebih dari itu adalah menawarkan solusi
untuk membantu mengurangi permasalahan yang dihadapi oleh manusia.
Service
merupakan nilai tambah. Sebuah nilai yang terus menerus diberikan kepada pelanggan
tanpa kita pikirkan kapan dampaknya akan kembali pada lembaga. Dengan
memberikan pelayanan memuaskan kepada seluruh sivitas akademika, tamu
pengunjung serta mitra kerjasama, otomatis universitas akan menciptakan positioning
yang kuat dibenak mereka sebagai tempat tujuan yang menyenangkan dan memuaskan.
Perjalanan
selama sepuluh tahun menyandang status UIN Maliki Malang, sangatlah penting sebagai
pengalaman/pelajaran berharga untuk menentukan bentuk pelayanan yang
benar-benar bernilai tinggi. UIN Maliki Malang dikenal sebagai kampus yang
“sering tak terduga” dalam memberikan layanan. Jadi, ketika orang berkunjung ke
UIN Maliki Malang, yang sekiranya mempersepsi biasa-biasa saja, ternyata di
luar “dugaan” mereka, bahwa layanan yang kita berikan jauh lebih baik dari yang
mereka impikan sebelumnya. Layanan semacam itu menciptakan sebuah pengalaman (experience)
yang tak terlupakan kepada orang lain, dan menjadi nilai tambah berupa emotional
benefit (manfaat emosional) dan functional benefit (manfaat
fungsional). Itulah sebabnya, mengapa beberapa tamu pengunjung, merasa
“ketagihan” untuk datang kembali ke kampus hingga berulang-ulang kali, karena
bentuk layanan yang mengesankan.
Sejalan
dengan nilai-nilai yang dikembangkan UIN Maliki Malang, bahwa melayani harus
melibatkan hati. Pelayanan dengan menggunakan hati akan berdampak pada kualitas
layanan. Kita bekerja bukan sekadar menjalankan tugas dan kewajiban sebagai
pegawai, melainkan lebih dari itu ialah kerja merupakan panggilan hati,
panggilan jiwa dan panggilan hidup. Layanan berstandar tinggi akan menjadi
kharisma tersendiri, yang memperlakukan mereka sangat dihormati, dihargai dan
“di-orangkan”. Upaya seperti inilah cara-cara “berinvestasi” berjangka panjang.
Sekaligus menjadi “kekuatan siluman” yang bakal medorong kemajuan universitas ke
depan.
Secara
umum, tolak ukur WCU adalah menekankan pentingnya excellent secara
totalitas yang terjadi dalam kehidupan perguruan tinggi, khususnya dalam hal
riset dan teaching. Dalam hal teaching misalnya, seorang tenaga pendidik
(dosen) harus memberikan layanan yang berkualitas kepada mahasiswa. Perkuliahan
yang menyenangkan, ramah, empati, dan materi yang sampaikan berbobot dan mudah
dipahami oleh para mahasiswa. Sehingga, para mahasiswa begitu terkesan, dan
apabila mereka tidak masuk, dirinya akan merasa menyesal dan merugi, sebab
tidak dapat mengikuti perkuliahan.
Universitas sebagai lembaga yang
bergerak di bidang jasa (pendidikan), maka sesuatu yang patut kita jaga dalam
memberikan layanan antara lain; (a) reliability, yakni kita harus
memenuhi semua janji atau harapan yang pernah kita tawarkan kepada orang lain,
(b) responsiveness, yaitu kemampuan untuk menyikapi adanya tuntutan
perubahan dan perkembangan, seperti perubahan kurikulum, perubahan sosial dan
budaya, kebijakan pemerintah, kebutuhan pasar atau permintaan stakeholders,
serta lainnya. (c) emphaty, ialah upaya memahami orang lain secara
mendalam dan memperlakukannya secara baik. Layanan bersifat empati pada
ujungnya adalah “tabungan” yang berbuah
“credit-point” (membuat orang lain puas) ataukah “debit-point”
(membuat orang lain kecewa). (d) tangible, menjaga penampilan fisik secara
elegan, menarik, dan mengesankan orang. Orang akan mudah menilai dari performa
luar terlebih dahulu, kemudian akan merasakan performa dari dalam (intangible).
Tampilan fisik kampus sangat mudah dipersepsi orang lain, dengan cara menafsirkan
keseluruhan sistem yang ada di dalamnya. Misalnya, soal kebersihan, keindahan
lingkungan, menyediakan eco green (lingkungan yang hijau), keramahan
para penghuninya, dan seterusnya.
GAMBAR 5:
NILAI-NILAI EXCELLENT SERVICE YANG HARUS
DIKEMBANGKAN
Berdasarkan
gambar di atas, makna service (layanan) bukan sebatas layanan biasa,
melainkan bagaimana kita dapat bertindak sesuai dengan janji yang kita tawarkan
(visi, misi dan tujuan), bergerak cepat dan tepat dalam merespon perubahan dan
pekembangan zaman, menciptakan memorable experience pada semua orang, sehingga
mereka ketagihan dan kecanduan untuk datang kembali, serta menjaga performa
lahir (tangible) sekaligus batin (intangible) secara konsisten,
arif, bijak, secara terus menerus.
E. Penutup
Dari
uraian di atas dapat kita tegaskan bahwa membangun pendidikan tinggi Islam bereputasi
dunia memerlukan aksi nyata melalui langkah-langkah strategik, sistemik dan
holistik dari semua pelaku dan aktor dalam institusi UIN Maliki Malang. Melalui tulisan ini, ada empat hal yang dapat
penulis simpulkan sebagai berikut:
Pertama, sebagai ruh (jiwa)
dan jati diri UIN Maliki Malang, paling tidak untuk memasuki pintu WCU, terdapat
tiga modal utama, adalah (a) modal intelektual, yaitu bertambahnya kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualifikasi tinggi, (b) modal
sosial, melalui mitra kerjasama, kepercayaan baik dari lembaga maupun personal;
dan (c) modal historis, adanya spirit, semangat, motivasi yang kuat untuk
menentukan perubahan dan kemajuan universitas dari para aktor dan pelaku.
Kedua, tradisi akademik
bertaraf internasional meliputi beberapa syarat, antara lain: (a) Dosen yang
dimiliki perguruan tinggi minimal 40 persen bergelar doktor; (b) Kuantitas dan
kualitas publikasi internasional karya ilmiah dosen; (c) pendanaan yang cukup
untuk pengembangan riset-riset unggul dan berkualitas bagi dosen, sekurang-kurangnya US$ 1300/dosen per tahun; (d) adanya dukungan
manajemen pengembangan ICT (information communication technology) yang
modern, minimal 10 KB/ mahasiswa; (e) proporsi mahasiswa pascasarjana sekurangnya
40 persen dari populasi mahasiswa; (f) mahasiswa asing (manca negara) yang kuliah
di universitas itu tidak kurang dari 20 persen; dan (g) tumbuhnya budaya
menulis karya ilmiah bagi dosen melalui publikasi buku (paperless)
maupun e-book (electronic book) yang dapat dijadikan sebagai rujukan
bagi semua kalangan.
Ketiga, langkah nyata UIN Maliki Malang menuju WCU
memerlukan pola kinerja yang unggul yaitu: (a) pentingnya integritas bagi
seluruh pegawai, ialah kesungguh-sungguhan, kejujuran, semangat/motivasi
tinggi, dan kerja keras; (b) adanya etika yang menjadi acuan bersama agar
dapat berperilaku luhur, objektif,
ilmiah, profesional serta dapat menjaga nama baik pribadi maupun lembaga; (c) adanya
sikap kebersamaan dan kerja kolektif yang secara massif untuk berbuat yang
seoptimal mungkin.
Keempat, dampak atau efek
dari cita-cita UIN Maliki Malang ingin menggapai WCU harus memperbesar porsi
dua hal pokok, yakni: (a) peran dan kontribusi, melalui temuan-temuan riset
ilmiah, memperbanyak penulisan karya ilmiah di jurnal nasional dan
internasional, serta sumbangsih pengabdian nyata untuk memajukan tatanan kehidupan
sosial yang lebih baik, dan (b) memberikan excellent service (layanan
prima) kepada semua pelanggan, meliputi mahasiswa, mitra kerjasama, tamu pengunjung (visitor), stakeholders, wali mahasiswa maupun
masyarakat sekitar.
*) Mujtahid, Dosen Tetap Jurusan
PAI-FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar